[FF Freelance] Where is My Man? (Part 6)

where is my man

Title            : WHERE IS MY MAN? PART 6

Writer                   : Endor Yochi

Main Cast    : Park Jiyeon (T-ara), Kim Myungsoo a.k.a ‘L’ (Infinite), Yang Yoseob (B2ST), Choi Minho (SHINee)

Other Casts : Lee Jieun a.k.a IU, Bae Suzy (Miss A), Park Sanghyun a.k.a Thunder Cheondung (MBLAQ), Seo Joo-hyun a.k.a Seohyun (SNSD), Lee Gikwang (B2ST), Jung Ilhoon (BTOB), Lee Sungjong (Infinite), Lee Chanhee a.k.a Chunji (Boyfriend)

Genre           : Romance, Comedy ( a little bit ), aneh, gaje, dsb

Length                   : Chaptered

Rating                   : Kayaknya masih PG-15, jadi mending jauh2 dulu deh buat yang masih under 15 😀

Previous part: Part 1, Part 2, Part 3, Part 4 , Part 5

Cerita sebelumnya..

Jiyeon mengangguk, dan membiarkan Minho beranjak meninggalkannya. Jiyeon memandang kepergian namja itu dengan perasaan tak menentu. Apakah dia sudah benar-benar merelakan kepergiannya? Tapi bagaimana bisa? Jiyeon bahkan sekarang merasa dirinya jauh lebih tenang dan bebas. Ia sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya. Apa mungkin karena Kim Myungsoo? Apakah karena kehadiran namja itu yang membuat perasaannya jadi terombang-ambing seperti ini? Jiyeon menggelengkan kepalanya keras-keras, berusaha menepis sosok Kim Myungsoo dari benaknya karena ia tak mau mengingat lagi kejadian “dare” yang mereka alami berdua tadi.

PART 6

_Author POV_

Bel tanda pulang berbunyi. Kyuhyun seonsaengnim pun segera mengakhiri pertemuannya dan segera keluar dari ruangan. Jiyeon menarik napas lega sepenuh dadanya karena pelajaran Bahasa Inggris yang menyulitkannya itu telah berakhir. Ia melihat Suzy tersenyum-senyum sendiri saat memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

“Yaa, kenapa kau senyum-senyum begitu?” tanyanya penuh selidik.

“Ahh, anii.. Amugeotdo aniya..” sahut Suzy sambil nyengir, lalu bangkit dan berjalan keluar kelas mendahului jiyeon setelah melambaikan tangannya terlebih dulu. Jiyeon nyengir pula melihatnya.

“Pasti dia begitu senang karena selalu diantar jemput oleh Sanghyun oppa. Aish! Dasar oppa yang durhaka pada dongsaeng sendiri.” Gerutunya. Beberapa saat kemudian ia melihat Yoseob melewati bangkunya hendak keluar kelas pula.

“Oh, Yoseob oppa!” panggilnya tiba-tiba.

Yoseob berhenti dan menoleh dengan memasang muka terkejut.

“Mwo? Oppa?” tanyanya heran.

“Aigoo.. Bukankah sudah kubilang, kau lebih tua dariku. Aku akan memanggilmu oppa mulai sekarang.”

“Mwo?”

“Aish! Namja ini.. Ahh, apa Oppa langsung pulang hari ini?”

“Wae?”

“Pertemukan aku dengan yeoja yang oppa sukai.”

“Mwo??”

“Yaa! Kenapa kau selalu bilang ‘mwo’ dan ‘mwo’ terus?”

“Uhm, geuge..”

“Jebal.. Pertemukan aku dengan yeoja itu. Aku penasaran sekali, oppa..”

“Aku.. Aku belum bisa memberitahukanmu sekarang. Suatu saat nanti kau pasti akan tahu sendiri.”

Jiyeon hanya memasang muka cemberut mendengarnya.

“Geureom, aku pergi dulu. Apa kau mau pulang bersamaku?” tanya Yoseob lagi.

“Ahh, anii.. Tidak usah. Aku baru ingat kalau aku masih ada urusan bersama Minho oppa. Annyeong, Yoseob oppa!” kata Jiyeon yang kemudian langsung berjalan keluar kelas meninggalkan Yoseob yang masih tertegun di tempat.

“Yaa, sejak kapan dia memanggilmu oppa?” tanya Gikwang yang tiba-tiba berada di belakang Yoseob.

“Baru sekitar 10 menit yang lalu.”

Gikwang hanya mengangguk-angguk walaupun ia masih sedikit heran.

“Kajja, kita pulang.” Katanya kemudian.

“Kau duluanlah, aku masih ingin pergi ke suatu tempat dahulu.”

“Uhh, arasseo. Annyeong!”

Yoseob tersenyum, dan membiarkan Gikwang berjalan mendahuluinya. Setelah itu ia baru berjalan menyusulnya keluar kelas. Namja itu masih belum ingin pulang ke rumah. Ia malah berjalan menuju arah yang berlawanan dengan arah rumahnya. Namja itu rupanya menuju ke taman kota. Entah kenapa namja itu sudah sangat menyukai suasana di tempat itu. Hatinya akan menjadi tenang setiap kali berada di sana. Dengan bersiul-siul kecil ia berjalan sambil menyapu seluruh pemandangan di depannya. Hingga tanpa sengaja ia melihat seorang yeoja berseragam sekolah yang berbeda dengannya sedang duduk di sebuah kursi taman seorang diri.

“Oh, bukankah itu Jieun?” gumamnya. Lalu ia pun langsung berjalan menghampiri yeoja itu.

“Nona Jepit Rambut.” Katanya.

Jieun yang merasa dipanggil itu pun menoleh. Ia sedikit terkejut ketika melihat Yoseob sudah berdiri di sampingnya.

“Kau?” katanya.

“Sedang apa kau di sini? Dimana Hyungsuk?”

“Kenapa kau ingin tahu? Bukan urusanmu aku sedang apa dan Hyungsuk berada di mana.”

“Ohmo.. Apa kau selalu bersikap seketus ini pada orang lain?”

“Anii, hanya padamu saja.”

Yoseob tertawa kecil, lalu ikut duduk di sebelah Jieun.

“Yaa, siapa yang menyuruhmu duduk di sini?” kata Jieun ketus.

“Ini tempat umum. Jadi siapa saja boleh duduk di sini.”

“Tapi tidak untukmu. Lagipula akulah yang lebih dulu duduk di tempat ini. Jadi aku yang memutuskan kau boleh duduk di sini atau tidak.”

“Aigoo.. Apa kau masih marah soal jepit rambut itu?”

Jieun tak menjawab. Yoseob melihat ke arah rambut Jieun. Ia terkejut ketika melihat jepit rambut yang dipakai yeoja itu sama dengan jepit rambut yang dibelinya kemarin.

“Yaa, bukankah kau juga sudah memiliki jepit rambut yang sama? Tapi kenapa kau masih saja marah padaku?” protes Yoseob pula.

“Anii.. Siapa bilang aku marah padamu? Aku hanya tidak menyukaimu.”

“Mwo? Wae?”

“Karena kau namja yang menyebalkan.”

Yoseob tertegun sejenak. Ia menatap ke arah yeoja yang duduk di sampingnya itu. Tiba-tiba saja ia tertawa.

“Waeyo?” tanya Jieun heran.

“Yaa, apa kau cemburu karena Hyungsuk lebih menyukaiku daripada kau?” kata Yoseob pula.

Jieun hanya mendengus mendengarnya.

“Jangan khawatir. Aku tidak akan merebutnya darimu. Tapi kalau Hyungsuk memang menginginkannya, aku terpaksa harus merebutnya darimu.”

“Mwo? Isshh!! Neo jinjja..”

“Anii aku hanya bercanda. Kau lucu sekali kalau sedang marah begitu.”

“Yaa!! Kau pikir aku ini badut?”

Yoseob hanya tertawa. Tapi Jieun masih memasang tampang kesalnya.

“Uhm, apa kau tidak menjaga toko ramenmu? Kenapa kau malah berada di sini?” tanya Yoseob kemudian.

“Darimana kau tahu kalau aku memiliki toko ramen? Kau bahkan belum pernah datang kesana?”

“Aku tahu dari Hyungsuk. Apa tokomu sedang tutup?”

“Anii.. Umma yang menggantikanku kalau aku pergi ke sekolah.”

Yoseob hanya mengangguk-angguk mendengarnya. Tiba-tiba saja Hyungsuk datang sambil membawa sebuah balon. Anak itu kegirangan ketika melihat Yoseob.

“Hyung! Hyung ada di sini juga?” serunya.

Yoseob tersenyum riang menyambutnya.

“Ne. Kau darimana saja? Hyung sudah menunggumu sejak tadi.” Katanya sambil mengelus rambut Hyungsuk.

“Aku baru saja membeli balon ini. Noona tidak mau pergi membelikannya untukku. Dia hanya memberiku uang dan aku disuruh membeli sendiri. Noona memang jahat.”

“Yaa! Apa yang kau katakan?” bentak Jieun kesal.

“Hyungsuk-ah, bukankah Noona sudah memberikanmu uang? Itu berarti Noona tidak jahat. Mungkin Noona lelah baru pulang sekolah makanya Noona tidak bisa membelikan balon untukmu. Justru seharusnya kau harus berterima kasih pada Noona. Kajja, ucapkan terima kasih pada Noona.” Kata Yoseob, membuat Jieun tercenung mendengarnya.

“Gomapta, Noona.” Kata Hyungsuk pula.

“Yaa, kau harus mengucapkannya dengan tersenyum. Seperti ini.” Yoseob pun memberikan contoh senyum imutnya pada Hyungsuk. Hyungsuk pun mengikutinya.

“Gomapta, Noona..” katanya sambil tersenyum dengan imutnya.

Mau tak mau Jieun pun tersenyum juga melihatnya. Ia mengacak pelan rambut dongsaengnya itu.

“Noona, Hyung, ayo kita jalan-jalan. Aku ingin membeli eskrim.”

“Yaa, tetaplah di sini saja. Noona sedang malas berjalan.” Kata Jieun.

“Kajja, kita pergi berdua saja.” Kata Yoseob tiba-tiba membuat Jieun terbelalak.

“Andwae! Geurae.. Kita pergi sama-sama. Noona tidak mau kalau kau hilang diculik.” Katanya pula.

Yoseob tersenyum geli melihatnya.

“Kajja, tapi Noona dan Hyung harus berpegangan tangan.” Kata Hyungsuk.

“M.. mwo? Pegangan tangan?” ulang Yoseob terkejut. Ekspresi yang sama pun diperlihatkan oleh Jieun.

“Tadi aku melihat ada hyung dan noona lain sedang berjalan sambil bergandengan tangan. Aku ingin melihat Yoseob hyung dan Jieun noona seperti itu juga.”

“Yaa, tidak usah aneh-aneh. Ppalli kita pergi saja.” Sambung Jieun pula.

“Shireo!! Pokoknya Noona dan Hyung harus bergandengan tangan. Kalau tidak, aku pergi sendiri saja.”

“Ya sudah pergi saja sendi~”

Belum sempat Jieun menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Yoseob sudah meraih tangan kanannya dan menggenggamnya erat-erat.

“Nah, Hyung dan Noona sudah bergandengan. Kajja, kita pergi sekarang.” Katanya pula.

Hyungsuk melonjak kegirangan melihatnya. Sementara muka Jieun langsung merah padam karena menahan malu. Saat itu dadanya sudah berdebar-debar keras tak seperti biasanya. Ia hanya diam saja ketika Yoseob menggandengnya berjalan mengikuti Hyungsuk yang berjalan lincah di depan mereka. Sedangkan Yoseob, namja itu dari luar memang tampak biasa saja seperti tak terjadi apa-apa. Namun sebenarnya ia sendiri pun gelisah bukan main saat tangannya menggenggam tangan Jieun. Bahkan keringat dingin pun sudah mulai keluar dari tubuhnya. Ia sendiri heran kenapa ia bisa seperti itu.

***

 

Jiyeon terlihat sedang berdiri di bawah anak tangga sekolah. Yeoja itu sedang menunggu Minho karena ia berjanji akan mengajak Minho pergi makan di toko ramen langganan mereka. Namun namja tampan bermata bulat itu masih belum kelihatan juga. Hingga para anggota strangers tampak turun dari anak tangga. Namun Myungsoo tak terlihat bersama mereka. Mereka sedikit heran ketika melihat Jiyeon sedang berdiri sambil mondar mandir di bawah anak tangga.

“Yaa, bukankah itu Park Jiyeon? sedang apa dia di sana?” tanya Chunji pada kedua temannya.

“Sepertinya dia sedang menunggu seseorang.” Sahut Ilhoon pula.

“Yaa, Park Jiyeon-ssi! Sedang apa kau di situ?” tegur Sungjong kemudian.

Jiyeon pun menoleh. Ia mendengus ketika melihat ketiga namja yang sudah tak asing baginya itu berjalan mendekatinya.

“Apa kau sedang menunggu seseorang?” tanya Sungjong lagi.

“Yaa, Kaleng Jalanan. Apa itu penting untukmu kalau aku mengatakan iya atau tidak?” sahut Jiyeon dengan ketus pula.

“Aish! Yeoja ini..”

“Wae? Apa kau marah? Yaa, kau masih punya hutang padaku.”

“Museun mariya?”

“Apa kau lupa tentang kejadian di toilet waktu itu? Kau pikir aku tidak tahu siapa yang mengunci pintuku dari luar? Itu kau kan? Ishh! Dasar kaleng jalanan!”

Sungjong agak terkejut juga mendengarnya. Namun ia tetap memasang muka sok tidak tahu.

“Yaa, apa yang kau bicarakan? Jangan menuduh orang sembarangan tanpa bukti.” Katanya.

“Aish! Kau benar-benar namja menyebalkan. Sudahlah, kalau kau mau pulang, pulang saja. Jangan buat aku meninju mukamu lagi.”

“Neo jinjja..”

“Hentikan!”

Sungjong yang baru saja hendak memberikan ‘pelajaran’ pada Jiyeon itu mengurungkan niatnya  ketika didengarnya suara tersebut. Mereka pun menoleh. Tampak Myungsoo tengah berjalan menuruni anak tangga. Jiyeon terkejut saat melihatnya. Ia mendadak teringat kembali dengan kejadian pagi tadi. Mukanya seketika berubah menjadi merah. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain diam saja di tempat. Myungsoo berjalan menghampiri mereka.

“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanyanya dengan sikap dingin.

“Yeoja ini menantangku. Aku harus memberinya pelajaran.” Kata Sungjong.

“Sudahlah, jangan membuat masalah di sekolah. Lebih baik kalian pulang.”

Walaupun masih sedikit kesal, Sungjong pun terpaksa beranjak pergi disusul Ilhoon dan Chunji. Sementara Myungsoo masih berada di tempatnya. Namja itu menatap Jiyeon. Sedangkan Jiyeon semakin salah tingkah ketika ditatap seperti itu.

“Mianhae..” kata Myungsoo kemudian.

“Ne?”

“Untuk.. kejadian yang tadi.”

“Uhh, ne..”

“Apa.. kau marah padaku?”

“Aku? Uhm, anii.. Ehm maksudku ne, tentu saja aku marah. Karena kau sudah berbuat kurangajar terhadapku..”

“Ne, arasseo.. Jeongmal mianhae..”

Jiyeon hanya mengangguk, lalu menundukkan kepalanya. Entah kenapa ia jadi tidak berani memandang kearah mata Myungsoo.

“Tapi.. Bukankah tadi kau.. juga menikmatinya?” tanya Myungsoo kemudian.

“M.. Mwo??”

“Uhm, maksudku.. Tadi kau juga.. itu.. Ahh anii, lupakan saja.”

Jiyeon tak menjawab. Rasanya ia benar-benar sudah ingin kabur saja dari hadapan Myungsoo. Namun kedua kakinya seakan sudah terpaku di tempat dan tak bisa digerakkan sedikitpun.

“Uhm, sedang apa kau di sini? Kau menunggu seseorang?” tanya Myungsoo lagi.

“Uhh, ne. Aku sedang menunggu Minho oppa. Aku.. sudah berjanji akan membelikannya ramen.”

Myungsoo tak segera menjawab. Ia menarik napas pelan.

“Minho sudah pergi dari sekolah sejak tadi.” Katanya pula.

Jiyeon terkejut dan mengangkat kepalanya.

“Mwo?” katanya.

“Ne, Minho sudah pergi sejak tadi. Tadi aku mendapat pesan kalau Seohyun sakit lagi. Jadi aku memutuskan untuk memberitahu Minho saja karena aku yakin saat ini yang Seohyun butuhkan hanyalah Minho.”

Jiyeon terdiam mendengarnya. Ia kembali menunduk.

“Ne, arasseo..” katanya pelan.

“Bukankah kau sudah merelakannya? Kenapa kau terlihat masih sedih?”

“Anii.. Gwaenchanha..”

Myungsoo kembali menarik napas.

“Belikan aku ramen.” Katanya tiba-tiba.

“Mwo?” tanya Jiyeon terkejut dan mendongakkan kepalanya kembali.

“Kubilang belikan aku ramen. Bukankah tadi kau bilang akan membelikan Minho ramen? Anggap saja kalau aku yang akan mengisi jatah Minho. Lagipula kebetulan aku juga lapar. Kajja.” Kata Myungsoo sambil melangkahkan kakinya.

“Yaa!! Jamkkanman! Kenapa kau ini selalu berbuat seenakmu saja? Yaa!!” seru Jiyeon. Tapi namja tampan itu telah berjalan mendahuluinya. Dengan sedikit kesal Jiyeon pun terpaksa berlari menyusulnya. Beberapa menit kemudian keduanya pun selesai makan mie ramen. Mereka berdua pun berjalan keluar toko.

“Gomawo untuk ramennya.” Ucap Myungsoo.

Jiyeon hanya nyengir saja menanggapinya.

“Kenapa hanya nyengir? Seharusnya kau juga berterimakasih padaku karena aku sudah membantumu.”

“Mwo? Membantu apa?”

“Karena aku, jatah untuk Minho jadi tidak terbuang sia-sia.”

Sekali lagi Jiyeon hanya nyengir.

“Haish! Cengiranmu bahkan tak lebih baik dari cengiran seekor bebek.” gumam Myungsoo pelan.

“Mwo? Kau bilang apa?”

“Anii.. Aku tidak mengatakan apa-apa.”

“Bohong! Tadi jelas sekali kudengar kau menjelek-jelekanku.”

“Kalau begitu kenapa kau masih bertanya? Bukankah kau sudah mendengarnya sendiri?”

“Aish!! Kau ini memang benar-benar namja yang menyebalkan!”

Myungsoo tak menjawab melainkan berjalan begitu saja mendahului Jiyeon. Dengan menggerutu, Jiyeon terpaksa mengikutinya.

“Yaa! Jangan cepat-cepat! Langkahmu terlalu panjang.” Seru Jiyeon.

“Kakimu saja yang terlalu pendek.”

“Mwo? Yaa! Tidak bisakah kau bersikap baik sedikit saja terhadapku?”

“Kau ini berisik sekali.”

Karena Myungsoo tak juga memperlambat jalannya, Jiyeon pun menarik lengan namja itu dan melingkarkan tangannya kesana. Myungsoo terkejut sekali dibuatnya.

“Yaa, mwohaeyo?” tanyanya.

“Kau harus berjalan mengimbangiku.”

“Yaa, lepaskan tanganmu.” Kata Myungsoo sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Jiyeon. Namun yeoja itu berusaha kuat agar pegangan tangannya tidak terlepas.

“Shireo!!” ucapnya tetap bertahan.

“Yaa!! Michyeosseo? Aku tidak mau orang-orang yang melihat mengira kalau kita ini sepasang kekasih.”

“Lalu kenapa? Bukankah aku cantik? Kau seharusnya bangga karena bisa berjalan berdua dengan seorang yeoja cantik sepertiku.”

“Aish! Kau ini benar-benar..”

Tapi Jiyeon tidak peduli. Mau tak mau Myungsoo pun hanya bisa pasrah saja. Walaupun sebenarnya dalam hati ia merasa senang karena Jiyeon bersikap seperti itu terhadapnya. Keduanya pun berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih. Namun beberapa saat kemudian Jiyeon menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.

“Wae geurae?” tanya Myungsoo heran.

“Yaa! Bukankah itu Yoseob oppa? Sedang bersama siapa dia? Ohmo! Mereka berpegangan tangan? Aigoo.. jangan-jangan itu yeoja yang disukainya!” kata Jiyeon heboh. Lalu ia pun melepaskan tangannya dari lengan Myungsoo dan mempercepat langkahnya untuk menghampiri Yoseob. Myungsoo sedikit kecewa saat Jiyeon melepaskan tangannya itu. Namun ia tetap mengikuti yeoja itu pergi.

“Yoseob oppa!!” seru Jiyeon.

Yoseob, Jieun dan Hyungsuk yang semula sedang berjalan bersama itu pun berhenti berjalan dan menoleh. Yoseob terkejut sekali ketika melihat Jiyeon.

“Oh, Stubborn girl? Sedang apa kau di sini?” tanyanya heran.

“Whoa.. Jadi Oppa sudah berhasil?” Jiyeon malah bertanya kembali.

“M.. museun mariya?”

“Uhm, itu..” kata Jiyeon sambil menunjuk pada tangan Yoseob dan Jieun yang masih berpegangan. Secara serempak Yoseob dan Jieun pun menarik tangan mereka masing-masing.

“Uhm, itu.. Bukan apa-apa. Kau jangan berpikiran macam-macam dulu.” Kata Yoseob sedikit gugup. Sementara Jieun hanya menunduk malu-malu tikus.

Jiyeon tersenyum geli melihatnya.

“Lalu itu apa? Bukankah itu dari oppa?” katanya giliran menunjuk ke arah jepit rambut yang dipakai Jieun.

Yoseob terbelalak melihatnya.

“Uhh, anii.. itu bukan..”

“Sudahlah, oppa. Tidak perlu secanggung itu. sudah sewajarnya untuk seseorang yang baru pertama kali menjalin cinta.”

“Mwo?” tanya Jieun sedikit terkejut.

“Oh, bukankah kau Lee Jieun pemilik toko ramen?”

“Uhh, ne.”

“Apa kau tidak mengingatku?”

“Uhh, kau Park Jiyeon yang pernah datang bersama Minho oppa?”

“Geurae. Itu aku. Whoa ternyata dunia itu sempit sekali ya? Tidak kusangka kita akan berputar-putar di tempat yang sama.”

Jieun hanya tersenyum-senyum saja karena ia masih belum begitu jelas dengan maksud Jiyeon. Sementara Yoseob hanya garuk-garuk kepala saja. 😀

“Noona, apa noona dan hyung ini temannya Noonaku dan hyungku?” tanya Hyungsuk tiba-tiba.

Jiyeon tersenyum riang ketika melihat Hyungsuk. Ia pun sedikit berjongkok dan mencubit pelan pipi Hyungsuk.

“Aigoo neomu kyeopta. Ne, noona dan hyung ini teman dari noonamu dan hyungmu. Apa selama ini hyungmu dan noonamu baik-baik saja? Mereka tidak pernah bertengkar, kan?”

“Ne, tentu saja. Kami sering pergi bersama, jalan-jalan bersama, bermain gitar bersama dan makan bersama..”

“Whoa, sudah sejauh itu.. Aigoo oppa, kau memang hebat~”

“Uhm, jeogi, kenapa kau ada di sini? Dan kau bersama Myungsoo sunbae?” potong Yoseob mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Uhh, kami berdua baru saja makan di tempat Jieun-ssi. Dan saat kami hendak pulang, kita malah bertemu di sini.”

“Uhh arasseo.”

“Ahh, kalau begitu kami berdua akan pergi. Bersenang-senanglah. Hyungsuk-ah, jaga noona dan hyungmu, arrachi?”

“Arasseo, noona.” Sahut Hyungsuk riang.

“Kajja, sunbae.” Kata Jiyeon kemudian sambil menarik tangan Myungsoo dan mengajaknya pergi. Sementara Yoseob dan Jieun hanya terbengong-bengong saja melihat kepergian mereka. Bagaimana mereka berdua bisa bersama? Pikir Yoseob heran.

“Jeogi, aku harus mengantar Hyungsuk pulang ke rumah.” Kata Jieun menyadarkan Yoseob.

“Uhh, aku akan mengantar kalian.”

“Tidak perlu. Akan kuantar sendiri saja. Kau lebih baik pulanglah. Aku tidak mau nanti ada yang salah paham lagi terhadap kita.”

Yoseob tak segera menjawab. Jieun pun menggandeng tangan Hyungsuk dan mengajaknya pergi.

“Jeogi!” panggil Yoseob tiba-tiba sambil mengejar.

“Aku akan mengantar kalian.” Katanya pula.

“Tapi..”

“Gwaenchanha. Jangan pedulikan orang lain. Kajja, Hyungsuk-ah! Naiklah ke punggung hyung. Hyung akan menggendongmu.”

“Joha, hyung!” sambut Hyungsuk bersemangat dan segera naik ke atas punggung Yoseob. Setelah itu keduanya pun berjalan mendahului Jieun. Jieun hanya tersenyum saja melihat mereka. Dalam hati ia merasa senang karena Yoseob ternyata adalah namja yang baik.

***

 

Geudaeman bomyeo seoinneungeolyo

I sarang huen nan jal moreugesseoyo

Aju eorin aiga hangsang geureohadeushi

Jigeum isunkan ttaseuhi anajullaeyo

 

Aku hanya bisa berdiri di sini melihatmu

Setelah merasakan cinta ini, aku tak tahu apa yg akan terjadi

Hanya seperti seorang anak kecil yang kebingungan

Akankah kau memelukku saat ini?

By : Taeyeon – Closer

 

Jiyeon termangu-mangu saat mendengar suara Yoseob bernyanyi diiringi petikan gitarnya di rumahnya itu. Begitu Yoseob selesai dengan lagunya, yeoja itu pun bertepuk tangan untuknya. Yoseob yang tak menyadari kedatangan Jiyeon itu kontan terkejut. Ia pun menoleh.

“Oh, Stubborn girl? Kau di sini?” katanya.

“Whoa, daebak!! Suara oppa merdu sekali. Benar-benar berhasil membuatku melayang.” Kata Jiyeon sambil mendekat.

Yoseob hanya tersenyum kecil menanggapinya.

“Duduklah. Tidak biasanya kau datang ke rumahku. Apa ada masalah?” tanyanya pula.

“Anii.. Aku hanya ingin sekedar berkunjung saja. Aku memang sudah biasa kemari sebelum kau datang dari Amerika.”

“Jinjja?”

“Ne. Ahjussi dan ahjumma sangat baik terhadapku.”

“Tentu saja. Mereka memang baik. Sama sepertiku.”

Jiyeon hanya mendengus mendengarnya tanpa bermaksud membantah. Namun tiba-tiba saja mukanya berubah serius.

“Yaa, apa oppa benar-benar sudah jadian dengan Jieun-ssi? Whoa, aku tidak menyangka ternyata selera oppa bagus juga.”

“Yaa, kau ini hanya salah menger~”

“Bagaimana kalian bisa saling mengenal, oppa? Bisakah kau menceritakannya padaku”

Yoseob hanya menarik napas saja.

“Wae? Apa oppa tidak mau memberitahuku?”

“Aku pertama kali bertemu dengannya saat berada di pekan raya.”

“Dan pasti itu adalah cinta pada pandangan pertama. Benar begitu kan?”

“Aigoo I am gonna be crazy..” keluhYoseob sambil kembali meraih gitarnya.

“Museun mariya?” tanya Jiyeon tak mengerti.

“Diamlah dan dengarkan saja aku bernyanyi.”

Yoseob pun segera memetik gitar dan kembali melantunkan suara merdunya.

 

Nappayo cham geudaeraneun saram

Heorakdo eopshi wae naemam gajyeoyo

Geudae ttaemune nan himgyeobge salgoman itneunde

Geudaen moreujanhayo

 

Arayo naneun aniran geol

Nungiljulmankeum bojalgeot eoptdangeol

Daman gakkeusshik geujeo geumiso yeogi naegedo

Nanwojul sun eoptnayo

Birok sarangeun anirado

 

Eonjenga hanbeonjjeumeum dolabwajugetjyo

Haneobshi dwieseo gidarimyeon

Oneuldo chama mothan gaseumsok hanmadi

Geudae saranghamnida

 

Sangat disayangkan, seseorang sepertimu..

Mengapa kau mengambil hatiku tanpa ijin?

Tidakkah kau tahu kalau aku hidup dengan banyak kesulitan?

Tapi kau bahkan tidak menyadarinya

 

Aku tahu seseorang yg kau cintai bukanlah aku

Aku tak berarti di matamu

Namun tak bisakah kau memandangku walau hanya sekali?

Meski itu bukan cinta

Tolong jangan sakiti perasaanku

 

Kumohon menolehlah walau hanya sekedar

Kaulah malaikatku

Jika aku menunggu terus seperti ini

Aku takut tak bisa menahan diri

Untuk berkata bahwa aku mencintaimu

By : Tim Hwang – I Love You

 

Jiyeon tertegun mendengarnya. Ia menatap Yoseob tak berkedip.

“Wae?” tanya Yoseob heran.

“Apa.. Lagu itu ditujukan kepadaku?” tanya Jiyeon kemudian.

“Uhm.. Geuge..” Yoseob tak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia tak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba saja Jiyeon tertawa.

“Wae irae?” tanya Yoseob lagi.

“Tentu saja itu bukan oppa tujukan kepadaku, tapi kepada Jieun. Benar, kan oppa? Aigoo tapi bukankah kalian sudah bersatu? Kenapa oppa menyanyikan lagu dengan lirik seperti itu?”

Yoseob diam saja mendengarnya. Ia hanya tersenyum seadanya saja.

“Geurae. Sepertinya aku harus pulang. Aku harus mengerjakan tugas sekolah.” kata Jiyeon tiba-tiba.

“Mwo? Kau? Mengerjakan tugas? Apa itu benar dirimu?”

“Yaa, biarpun aku tidak begitu pandai, tapi aku juga tidak terlalu malas. Geureom, aku pulang. Annyeong!”

Yoseob hanya mengangguk dan membiarkan Jiyeon beranjak pergi dari rumahnya. Jiyeon keluar dari pekarangan rumah Yoseob dengan menyimpan berbagai pertanyaan di benaknya. Kenapa tiba-tiba dia menyanyikan lagu itu? apa sebenarnya maksudnya? Kenapa saat dia menyanyikannya seolah-olah itu ditujukan kepadaku? Aigoo jangan-jangan.. Ahh anii, anii.. Tidak mungkin Yoseob oppa menyukaiku. Haish! Mwoya? Kenapa aku jadi berpikiran aneh begini? Yaa, sudah jelas-jelas Yoseob oppa memberikan jepit rambut itu pada Jieun. Berarti itu artinya yeoja yang disukainya itu Jieun, bukan aku. Lagipula, aku.. Aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja. Walaupun.. aku juga.. sedikit merasa nyaman saat bersamanya. Haish!! Jinjja.. Apa yang sedang kukatakan? Yaa!! Park Jiyeon sadarlah!! Paboya!! Jiyeon menepuk-nepuk jidatnya sendiri hingga ia masuk ke dalam pekarangan rumahnya sendiri. Ia bermaksud masuk ke dalam rumah ketika tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan Sanghyun dengan seseorang di telepon.

Oh, Sanghyun oppa? Bicara dengan siapa dia? Sepertinya serius sekali? Pikir Jiyeon heran. Maka ia pun mencoba menguping.

“..ne, ini serius. Suzy-ya, bisakah kau berjanji padaku untuk merahasiakan ini dari Jiyeon? Aku hanya tidak ingin dia terkejut dan shock mendengarnya dari orang lain. Biarkan kami saja sendiri yang memberitahunya soal perjodohan itu.”

Jiyeon mengerutkan kening saat mendengarnya. Mwo? Perjodohan? Apa maksud Sanghyun oppa dengan perjodohan? Dan apa hubungannya denganku? Kenapa ia tak ingin aku mengetahuinya? Berbagai pertanyaan langsung bertubi-tubi mengelilingi kepala Jiyeon. Maka begitu Sanghyun menutup teleponnya, ia pun langsung mendekat.

“Oppa, apa maksud oppa dengan perjodohan?” tanyanya to the point.

Sanghyun terkejut sekali ketika melihat Jiyeon.

“J-Jiyeon-ah? K-kau.. sejak kapan kau berada di sana?”  tanyanya.

“Cukup lama untuk mendengarkan pembicaraan oppa. Oppa, apa ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku?”

Sanghyun diam saja tak segera menjawab.

“Oppa, kenapa hanya diam saja? Wae geurae?” ulang Jiyeon.

“Anii.. Amugeotdo aniya..”

“Jangan bohong! Aku tahu ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku? Jawab, oppa! Mwonde??”

“Geuge.. Aku belum bisa memberitahukanmu sekarang..”

“Wae? Jadi benar ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku? Kenapa kalian tidak mau memberitahuku sekarang?”

“Jiyeon-ah, aku rasa biar Appa dan umma saja yang memberitahumu. Aku tidak memiliki hak apapun.”

Jiyeon terdiam. Ia hanya menunduk, lalu duduk di atas sofa. Yeoja itu memasang tampang sedih. Sanghyun menarik napas dalam-dalam melihatnya, lalu ikut duduk di depannya.

“Apa kau tidak akan marah kalau aku mengatakannya padamu?” tanyanya kemudian.

“Katakanlah. Aku tidak akan marah.”

“Kau bisa saja mengatakan janji palsu, kalau pada akhirnya setelah kau mendengar ini kau tetap akan marah.”

Jiyeon kembali terdiam mendengarnya dan kembali pasang muka sedih.

“Arasseo.. Aku akan mengatakannya padamu. Terserah kau mau marah atau tidak. Kau sudah memaksaku mengatakannya.”  Kata Sanghyun kemudian. Jiyeon pun menatap oppanya itu dengan serius.

“Kau.. sebenarnya.. Sudah dijodohkan dengan seseorang..”

Jiyeon membelalak mendengarnya.

“M.. MWO?? DIJODOHKAN??”

“Yaa, bukankah tadi kau bilang tidak akan marah?”

“N.. nugu? Dengan siapa aku dijodohkan?” tanya Jiyeon lagi dengan was-was.

Sanghyun tak segera menjawab. Ia menarik napas terlebih dahulu sebelum kemudian mulutnya terbuka.

“Yang Yoseob..”

DHUERR!! TUING-TUIING!! KLONTANG!! CETARR!! PLAKK!! #abaikan 😀

Jiyeon terkejut bukan main saat mendengarnya. Ia merasa dunia seakan berhenti berputar. #Wah padahal kalo buat author itu mah anugrah banget neng, ngiahahaplakk!!#

“M.. mwo? Y-yoseob oppa?” jiyeon mengulangi nama itu pelan hampir tak terdengar oleh Sanghyun.

Sanghyun mengangguk.

“Dan kalian sudah dijodohkan sejak kalian masih kecil.” Lanjut Sanghyun.

“Apa.. Yoseob oppa tahu soal ini?”

Sekali lagi Sanghyun hanya mengangguk.

Tubuh Jiyeon lemas melihatnya. Jadi ternyata benar dugaannya beberapa menit yang lalu. Yoseob memang menyanyikan lagu itu untuk ditujukan kepadanya. Itulah kenapa selama ini Yoseob selalu mengikutinya dan berkata akan melindunginya. Jiyeon mulai mengerti sekarang. Tapi ia masih heran, kenapa Yoseob memberikan jepit rambut itu untuk Jieun dan bukan untuknya? Padahal Yoseob pernah bilang kalau jepit rambut itu akan diberikannya pada yeoja yang disukainya. Bukankah itu artinya Yoseob memang menyukai Jieun dan bukan dirinya? Jiyeon semakin bingung memikirkan teka-teki itu. ia pun bangkit dari tempat duduknya.

“Eodiga? Gwaenchanha?” tanya Sanghyun.

“Biarkan aku menjernihkan pikiranku dulu, oppa. Kepalaku pusing.” Kata Jiyeon sambil berjalan menuju kamarnya diiringi pandangan iba dari Sanghyun.

***

 

“Nado lovey dovey dovey uh uh uh uh.. lovey dovey dovey uh uh uh uh.. Deo isang honja dujima..”

Ponsel baru milik Jiyeon itu bernyanyi ketika yeoja itu sedang asyik merenung di kamarnya malam itu. Dengan setengah malas, ia pun meraih ponselnya dan melihat ke lcd. Nomor tak dikenal.

“Yoboseyo.” Katanya.

“Keluarlah, aku menunggumu di bawah.”

“Nuguseyo?”

Klekk. Telepon dimatikan.

“Yoboseyo! Yaa! Nuguya?”

Namun sudah tak terdengar jawaban lagi. Jiyeon menggerutu. Ia pikir itu hanyalah telepon iseng saja. Namun mau tak mau ia penasaran juga. Setelah mengambil mantel, ia pun turun dari kamar dan keluar dari rumah. Yeoja itu bahkan lupa tidak membawa serta ponselnya. Sesampainya di luar, ia melihat ke sekeliling. Namun ia tak melihat siapapun di luar. Karena dirasa tak ada siapa-siapa, yeoja itu bermaksud kembali.

“Kau mencariku?” tegur sesorang tiba-tiba.

Jiyeon menoleh ke asal suara. Rupanya ada seseorang tengah duduk di atas tembok pagar samping rumah Jiyeon. Sosok itu pun turun dan mendekati Jiyeon.

“Oh, Myungsoo sunbae?” kata Jiyeon terkejut.

“Ayo kita keluar.” Kata Myungsoo pula.

“Uhh, eodi? Ini sudah malam.”

“Tenang saja. Kita takkan lama. Kajja.”

Walaupun dengan ragu, Jiyeon pun mau tak mau mengikuti namja itu pergi.

“Darimana kau tahu nomor ponselku?”

“Dari Minho.”

“Mwo?”

“Dia meminta maaf karena tidak sempat memberitahumu kalau dia pulang cepat tadi.”

Jiyeon diam saja. Kenapa Minho oppa tidak mengatakannya langsung kepadaku? Apa dia sudah tidak mau berhubungan lagi denganku? Pikirnya.

“Bukan karena dia tak mau menghubungimu lagi. Ponsel miliknya tadi terjatuh dan hilang sewaktu ia terburu-buru hendak menemui Seohyun.” Sahut Myungsoo seakan tahu apa yang dipikirkan Jiyeon.

“Mwo? Hilang?”

“Ne. Tapi bagusnya dia hafal dengan nomor ponselmu. Makanya dia memberitahuku dan memintaku untuk menyampaikannya padamu.”

“Uhh, arasseo..”

“Seharian penuh dia mendampingi Seohyun di rumah. Namja itu sepertinya benar-benar sayang pada Seohyun. Bahkan sekarang pun mereka masih bersama.”

“Ne, arasseo..”

Myungsoo tersenyum kecil melihat raut wajah Jiyeon yang tak bercemungudh (?) itu.

“Jangan sedih. Bukankah kau bilang kau sudah merelakannya?” katanya.

“Ne.. Lalu untuk apa kau mengajakku keluar malam ini?”

“Selain untuk menyampaikan pesan dari Minho, aku memang sengaja ingin mengajakmu keluar.”

“Wae?”

“Saat ini Minho dan Seohyun juga sedang pergi keluar. Karena aku merasa kesepian karena tak ada yang bisa kuajak bicara, jadi kupikir tidak ada salahnya kalau aku mengajakmu keluar juga.”

Jiyeon mendengus mendengarnya.

“Kenapa tidak mengajak anggota the Strangers saja?”

“Uhm, mereka sudah punya acara sendiri-sendiri. Lagipula aku juga ingin mencoba sesuatu yang baru. Dan kurasa kau orang yang tepat untuk kujadikan sesuatu yang baru itu.”

“Yaa, museun mariya? Aishh!! Kalau aku tahu dari awal kau hanya menggunakanku sebagai barang pelengkap, aku tidak akan mau mengikutimu pergi.” Katanya.

“Tapi bukankah kau sudah berada di sini? Itu artinya  kau memang mau.”

“Aish! Kenapa kau jadi banyak bicara sekarang?”

Myungsoo hanya tersenyum kecil saja tak menjawab. Keduanya terus berjalan hingga semakin jauh dari rumah Jiyeon.

“Kita mau kemana sebenarnya?” tanya Jiyeon setelah beberapa menit kemudian.

“jalan-jalan saja.”

“Haish! Aku paling tidak suka berjalan-jalan di malam hari. Lagipula aku tidak memberitahu orangtuaku kalau aku mau keluar.”

“Tenang saja. Kau aman bersamaku. Takkan ada yang berani mengganggumu.”

“Yaa, bahkan jika ada yang mau menggangguku itu hanyalah kau. Bukan orang lain.”

Myungsoo tertawa kecil mendengarnya. Sementara Jiyeon hanya mendengus saja. Namja tampan itu berjalan tidak seperti sebelumnya. Ia kini berjalan mengimbangi langkah Jiyeon. Diam-diam Jiyeon tersenyum geli menyadarinya. Ia kini mulai merasa nyaman berada bersama dengan Myungsoo. Beberapa saat kemudian yeoja itu mulai merapatkan mantelnya karena merasa kedinginan.

“Jangan berlebihan. Bukankah kau sudah memakai mantel?” kata Myungsoo.

“Mwoya? Aku memang kedinginan. Kalau aku sakit dan masuk angin, kaulah yang harus bertanggung jawab.”

Myungsoo berhenti melangkah sejenak.

“Wae geurae?” tanya Jiyeon heran dan turut berhenti.

Myungsoo bukannya menjawab, melainkan malah menarik tubuh Jiyeon dan memeluknya.

“Yaa, wae irae?” kata Jiyeon mencoba melepaskan diri.

“Bukankah kau bilang kau kedinginan? Aku akan bertanggung jawab dan membuatmu tidak merasa dingin lagi.”

Jiyeon tak menjawab. Ia pun berhenti meronta dan membiarkan dirinya berada dalam pelukan Myungsoo. Ia bisa merasakan dengan jelas bahwa jantungnya berdegup sangat kencang saat itu. Entah kenapa ia merasa sangat nyaman dan hangat berada dalam pelukan namja itu. Sementara Myungsoo semakin mempererat pelukannya.

“Apa sudah tidak dingin lagi?” tanya Myungsoo pula.

“Anii.. Biarkan begini sebentar lagi.”

Myungsoo tersenyum mendengarnya. Ia sendiri pun merasa kalau jantungnya berdebar-debar pula saat memeluk yeoja manis itu. Ia sangat senang karena Jiyeon tidak berusaha melepaskan pelukannya.

“Apa sudah cukup?” tanya Myungsoo sekali lagi.

Walaupun sebenarnya Jiyeon masih ingin merasakan pelukan Myungsoo lebih lama lagi, namun yeoja itu terpaksa mengangguk. Myungsoo pun melepaskan pelukannya perlahan. Ditatapnya yeoja yang kini berada di depannya itu. Jiyeon tampak semakin cantik berada di bawah cahaya rembulan malam. Dada Myungsoo semakin bergemuruh melihatnya. Sementara Jiyeon sendiri pun merasakan hal yang sama. Tatapan namja itu benar-benar meneduhkan hatinya. Ia benar-benar seolah merasa tak ingin berada jauh dari namja itu.

“Jiyeon-ah.. Gwaenchanha?”

“Ne?”

“Apa kau.. tidak masalah kalau kita melakukannya lagi?”

“Mwonde?”

Myungsoo tak menjawab, melainkan hanya matanya yang terus menatap dalam kearah mata Jiyeon seakan ia menjawab melalui tatapan itu. Jiyeon pun mulai mengerti apa yang dimaksudkan namja itu. Maka entah karena sudah terhipnotis atau karena sudah dirancang oleh author atau apa, yeoja itu ternyata menganggukkan kepalanya. Maka tanpa basa basi lagi, Myungsoo pun menarik tubuh Jiyeon agar semakin dekat padanya dan mendekatkan wajahnya pada wajah yeoja itu. Jiyeon yang merasa sudah siap (?) itu pun memejamkan kedua matanya. #Jiahaha gue ketawa sendiri nulis cerita yg beginian# akhirnya, di bawah terangnya sinar rembulan, kedua makhluk ciptaan Tuhan itu pun berciuman kembali untuk yang kedua kalinya. Mereka saling melumat bibir sama seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Myungsoo melepaskan ciumannya sejenak dan menatap Jiyeon lembut.

“Apa kau menyukainya?” tanyanya dengan setengah berbisik.

Jiyeon hanya mengangguk. Myungsoo tersenyum manis, dan kembali memagut bibir mungil itu untuk yang ke sekian kalinya. Mereka terus melakukan itu hingga tanpa mereka sadari Minho dan Seohyun telah berada di sana dan melihat mereka berdua.

“J-Jiyeon-ah?” kata Minho tergagap.

“Oppa..?” sambung Seohyun pula.

***

_Author POV end_

To be continued..

 

Hahaha gak tau kenapa author jadi merasa gaje sendiri tiap bikin cerita model kaya gini. Abis bawaannya jadi pengen juga, ngiahahaplak!! Gimana nih Myungyeon momentnya? Udah puas kan? Hahaa PLAKK!!

Ya sudahlah, abaikan saja ucapan ga penting dari author. Dan kalo dilihat-lihat, kayaknya bakalan masih panjang nih ceritanya, haha gak apalah yang penting jangan sampai berhenti di tengah jalan. Kalo masih banyak peminatnya, author bakal berusaha untuk segera menyelesaikannya 😉 Yang penting komentarnya saja readers 😀

Kamsahamnida and see you at the next part. Annyeong! 😉

56 thoughts on “[FF Freelance] Where is My Man? (Part 6)

  1. kekeke minhoo liat smuany kah?
    biarin,biar tew rasa!
    smoga aj dy tmbh perang batin nglian myungyeon

  2. Jiyeon dah tw tentang perjodohannya..
    bakal batal gak tuh perjodohan??
    Ya! Myungppa jgn cium Jiyeonnie terus..
    resmiin(?) dlu hubungan kalian 😀
    wae? Kaget eoh?
    Next……

  3. O-o-o-o-oh!
    Minho ama seohyun ngeliat myungyeon lagi kisseu? Yoseob ama jieun aja, eoh.
    Next ah…

  4. waaaaahhh
    romantis bnget dech kisseu d bwah cahaya bulan
    haaaahaahaa

    waaaahhh
    pas bnget minho ngeliat adegan kisseu jiyeon, apa minho bkal cemburu ???

    yaaaaahh
    jiyeon salah paham ama yoseob nih, pdhl yoseob blum jwab tntng yeoja yg dy suka
    hahahahaha

    next part

  5. Kyaaa Myungsoo yadong nya kumat..
    Jadian dulu uyy, kalo udh jadian tersserah dah mau brpa kali mereka ngelkuinnya hhaaa *Yadong Mode on

  6. sweet ih cute sukaaaa momentnyaaaa bikin senyum senyum sendiri 😀 hahaha minho kamu liat itu? kamu melihatnya? hahaha baguslah 😀 /loh kekeke

Leave a reply to Endor Yochi Cancel reply