30 DAYS CUPID [Chap. 13B-End + Epilog]

30 DAYS CUPID

Author: Anditia Nurul||Rating: PG-13||Length: Chaptered||Genre: Fantasy, School-life, Friendship||Main Characters: (BTS) Jungkook, (BTS) Jin/Seokjin, (BTS) V/Taehyung & (OC) Oh Shina||Additional Characters: (OC) Jeon Junmi, (A-Pink) Bomi, (OC) Min Chanmi, (OC) Junmi’s Appa/Jungkook’s Ajussi, (BTS) Jimin, (BTS) Rap Monster/Namjoon, (OC) No Hara, (OC) Han Gyeoul & (GOT7) Bambam||Disclaimer: I own nothing but storyline and the OCs. Inspirated by film My Name Is Love, Tooth Fairy 2 & Korean Drama 49 Days||A/N: Edited! Sorry if you still got typo(s).

“Saat ini kau adalah cupid-30-hari. Kau akan diberi kesempatan selama 30 hari untuk menjalankan hukumanmu. Jika kau gagal, kau tidak akan hidup sebagai manusia lagi. Kau akan menjadi cupid selamanya.”

Prolog|Chp.1|Chp.2|Chp.3|Chp.4|Chp.5|Chp.6|Chp.7|Chp.8|Chp.9|Chp.10|Chp.11|Chp.12|Chp.13A>>Chap.13B-End.

HAPPY READING \(^O^)/


Gadis itu, Shina, terlihat tekun mengerjakan tugas di dalam kamarnya. Tangan kanannya dengan lincah menari-nari di atas buku tulis, entah sedang mencatat apa. Sesekali ia memperbaiki letak kacamatanya—ya, di rumah, ia melepas contact lens-nya. Setelah beberapa puluh menit berkutat dengan bukunya, akhirnya tugas itu selesai.

Shina lantas beranjak dari kursinya, beringsut menuju jendela. Dibukanya daun jendela, lantas duduk di kusennya sambil menikmati tiupan angin malam. Tatapannya mengarah pada taman samping rumahnya di bawah sana, entah sedang melihat apa. Beberapa menit setelahnya, Shina mengalihkan pandangannya ke dalam kamar dan… tanpa sengaja, kedua matanya tertuju pada sekumpulan mawar berwarna merah di atas kabinetnya.

Hei…, itu kan…

Shina beringsut ke arah kabinet itu, mengambil salah satu dari 18 tangkai mawar di sana, lantas kembali duduk di kusen jendela. Dipandanginya setangkai mawar yang tengah dipegangnya. Mawar… pemberian Kim Taehyung.

Hah~

Kim Taehyung.

Jujur, Shina… tidak tahu seperti apa perasaannya pada pemuda itu sekarang. Mawar yang berada di dalam genggamannya itu membuat ia teringat semua perlakuan Taehyung padanya. Bagaimana pemuda itu menemaninya di ruang kesehatan waktu itu, bagaimana Taehyung memberinya kado saat ia ulang tahun, mengantarnya pulang, menggendongnya di hutan dan… yang paling tidak bisa dilupakan oleh Shina, mawar pemberian Taehyung yang dulu selalu menyambutnya setiap kali ia membuka loker.

Tidak gadis itu pungkiri, ada saat dimana ia senang melihat mawar itu berada di lokernya. Setidaknya, keberadaan mawar itu membuatnya mengalihkan perhatian dari… sikap Jungkook yang dulu sangat dingin padanya.

Tetapi…

Gadis itu… bingung. Apa mungkin… hubungannya dengan Taehyung bisa kembali seperti dulu? Seperti saat Shina belum mengetahui siapa Tuan Mawar sebenarnya. Seperti saat sebelum Taehyung mengakui perasaannya. Paling tidak, dia dan Taehyung bisa berbicara dengan hangat satu sama lain.

Atau mungkin…, Shina menuruti apa yang dikatakan Jungkook padanya.

Sebuah kesempatan untuk Taehyung.

Apa… Shina harus memberikan itu?

@@@@@

“Bagaimana kabar misi terakhirmu, Jeon Jungkook?” tanya Jin yang tiba-tiba datang ketika Jungkook sedang berbaring di atas tempat tidur, menutup wajahnya dengan komik.

Sontak, pemuda brambut merah marun itu menyingkirkan komik dari wajahnya, melihat ke arah Jin yang berdiri di samping tempat tidurnya. Dalam satu kali gerakan, Jungkook mengambil posisi duduk bersila dia tas tempat tidur. “Tidak ada kemajuan sedikit pun, Jin,” sahutnya pelan sambil menundukkan kepalanya.

Jin mendengus. “Hei! Kenapa kau putus asa seperti itu, hah?”

“Aku sudah berusaha, Jin. Aku sudah bicara dengan Shina dan Taehyung, tapi… hah~ entahlah. Sepertinya…, Taehyung… juga sudah melupakan Shina.”

“Memangnya dia mengatakan itu padamu, hm?”

Jungkook menggeleng pelan.

“Kalau begitu, masih ada kesempatan. Kau hanya perlu berusaha sedikit lagi.”

“Maksudmu, aku harus membujuk Taehyung menyatakan perasaannya kepada Shina sekali lagi, hah?”

“Ya, kalau diperlukan.”

Pemuda berambut merah marun itu menghela napas panjang. “Begitu, ya?”

“Ya! Jeon Jungkook. Setelah semua yang kau lewati, kenapa semudah ini kau menyerah, hah?” tegur Jin, duduk di tepi tempat tidur agar lebih dekat dengan cupid-30-harinya.

“Karena yang 1 ini benar-benar sulit, Jin. Aku sampai harus mengorbankan perasaanku sendiri. Kau tahu itu, hah?” kesal Jungkook.

“Aku tahu ini sulit, tapi… kau harus ingat kata-kata yang sering kau katakan padaku. Kau tidak mau jadi cupid, kan? Kau tidak mau ikut bersamaku ke istana Dewi Venus, kan? Melihat kelakuan yang mulai putus asa seperti ini, sepertinya kau malah ingin menjadi cupid,” ujar Jin, membuat telinga Jungkook terasa panas.

“KAU TIDAK TAHU BAGAIMANA RASANYA…” Jungkook terbawa emosi.

“APA?” potong Jin cepat. “KAU MAU BILANG AKU TIDAK TAHU BAGAIMANA RASANYA MENJADI CUPID-30-HARI, HAH?” tebaknya. “Aku ingatkan padamu, aku juga pernah menjalani hukuman yang sama dengan hukuman yang sedang kau jalani saat ini, Jungkook! Aku tahu rasanya seperti apa!”

Jungkook terdiam.

“Kau mau tahu kenapa waktu untuk menjalani hukuman ini dibatasi, hm?” Jin memancing Jungkook untuk berbicara.

“Apa?”

“Agar kau berusaha hingga detik terakhir. Kau tidak tahu, kan!? Keajaiban terjadi kapan saja, di saat yang tidak pernah kau duga.”

Jungkook mengembuskan napas, lalu bertanya, “Jadi…, kau pikir aku masih punya kesempatam untuk menyelesaikan misi terakhirku?”

“Selama waktumu belum habis, Jungkook, kesempatan itu masih ada.”

“Lantas, kapan waktuku akan berakhir, Jin?”

“Waktumu berakhir pukul 10 besok malam. Masih sekitar 28 jam lagi,” jawab Jin.

Jungkook terdiam.

Jin lantas menepuk pelan bahu kiri Jungkook. “Sampai jumpa besok. Aku harap, besok kau tidak akan ikut bersamaku ke istana Dewi Venus. Aku akan datang 30 menit sebelum waktumu habis,” katanya, lantas menghilang begitu saja.

Ya, Jin benar. Aku masih punya kesempatan.

@@@@@

Akhirnya…, hari ke-30 itu tiba. Tinggal beberapa jam tersisa untuk Jungkook menyelesaikan misi terakhirnya. Tapi… Jungkook sungguh tidak tahu… apa yang harus dilakukannya sekarang. Dia tidak punya rencana apapun untuk membuat Taehyung dan Shina bertemu di suatu tempat, mengungkapkan perasaan masing-masing—meski tidak menjamin, apakah… Shina bisa menerima Taehyung.

Kegelisahan itu bahkan sampai terbawa saat ia mengikuti pelajaran di sekolah. Beberapa kali ia terlihat menggaruk-garuk kepalanya, sesekali menghela napas panjang. Guru yang mengajar di depan kelas mungkin tidak begitu menyadarinya, namun… Taehyung yang duduk di sebelahnya sangat menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada Jungkook.

“Kau tidak ke kantin, hm?” tanya Taehyung begitu jam istirahat tiba. Hanya pertanyaan basa-basi karena dilihatnya Jungkook hanya duduk di tempatnya, berkali-kali menghela napas panjang.

Seperti yang sudah diduga Taehyung, Jungkook menggeleng.

“Kenapa?”

“Tidak apa-apa. Malas.”

“Kau sedang ada masalah, hah?”

Jungkook tidak menjawab.

Taehyung menghela napas. “Ada apa, hm? Sejak tadi kulihat kau tidak konsentrasi. Ada masalah di rumahmu?”

Lagi, Jungkook tidak menjawab.

Ya! Kalau kau diam terus seperti itu, bagaimana aku bisa menolongmu, hah?” protes Taehyung, agak kesal karena Jungkook sama sekali tidak merespon pertanyaannya.

Tidak lama setelah Taehyung berkata seperti itu, Jungkook bertanya, “Kalau aku mengatakan masalahku padamu, kau… mau menolongku?”

Seketika Taehyung merasa ragu mendengar nada bicara Jungkook yang terkesan serius. “Y-ya, aku akan membantumu kalau aku bisa. Kalau tidak, ya… kita pikirkan jalan keluarnya bersama-sama,” balas pemuda itu.

Jungkook menghela napas panjang, lalu melihat-lihat sekitar. Memastikan tidak ada orang lain di kelas selain dia dan Taehyung. “Aku ingin minta tolong sesuatu padamu,” ucapnya kemudian, menatap Taehyung lamat.

“Minta tolong… apa?”

Pemuda itu menghela napas panjang sekali lagi. “Tolong…, ungkapkan perasaanmu sekali lagi pada Shina.”

“Apa kau bilang?” Taehyung terkejut. “Kenapa kau harus melakukan itu, hah?”

“Kau tidak perlu tahu alasannya, tapi… aku mohon, kau lakukan itu, Taehyung-ah. Hanya kau harapanku saat ini,” bujuk Jungkook dengan nada memelas.

Taehyung memejamkan kedua mata sambil memijat keningnya pelan. Ucapan Jungkook tiba-tiba saja membuatnya merasa sedikit pusing. Ck! Yang benar saja? Mengungkapkan perasaan sekali lagi pada gadis itu, hah? Bagaimana kalau dia ditolak untuk yang kedua kalinya? Memalukan!

“Tidak! Aku tidak mau melakukannya. Shina tidak punya perasaan apa-apa padaku. Aku tidak mau melakukan apa yang kau minta! Aku tidak bisa menolongmu,” tolak Taehyung.

“Aku mohon, Taehyung~”

Pemuda berambut light caramel itu menggeleng. “Tidak! Aku tidak bisa melakukan itu, Jungkook. Aku minta maaf. Aku tidak bisa menolongmu,” tolak pemuda itu sekali lagi, beranjak keluar dari kelas, meninggalkan Jungkook.

Bagaimana ini? Apa yang harus dilakukan Jungkook?

@@@@@

“Tik! Tik! Tik!”

Sejak tiba di rumah, Jungkook terus saja memandangi jam yang terpajang di dinding kamarnya. Bahkan hingga jarum pendek jam itu menunjuk angka 8, pemuda berambut merah marun itu sama sekali tidak mau mengalihkan kedua matanya dari sana. Sekitar 2 jam lagi… dan semua ini akan berakhir.

Entah sudah berapa kali ia membujuk Taehyung hari ini, tapi… tetap saja pemuda berambut light caramel itu menolak. Dia tidak mau lagi menyatakan perasaannya pada Shina. Itu sudah menjelaskan seperti apa nasib Jungkook 2 jam ke depan. Dia… akan menjadi cupid.

“Jungkook-ah?” Terdengar suara Junmi di depan pintu kamarnya. “Ini sudah jam 8. Kau tidak lapar?”

Namun sang pemilik kamar tidak menyahut. Lapar? Ah, dia tidak merasakan itu lagi. Bagaimana bisa ia merasa lapar sementara pikirannya sangat terfokus pada… apa yang dibayangkannya 3 jam ke depan.

Istana Dewi Venus?

Sayap di punggung?

Sepasang antenna di kepala?

Dan yang paling buruk dari semua itu, pakaian berwarna merah muda!

Oh, God. Rasanya Jungkook ingin mati saja. Paling tidak, dia tidak akan menjadi cupid setelah ia membunuh dirinya sendiri.

“Hah~”

“Ehm~”

Bahkan suara deheman Jin yang duduk di sebelahnya tidak membuat Jungkook bergeming.

Seperti yang dikatakan Jin, dia akan datang 30 menit sebelum… waktu Jungkook habis. Hah, waktu terasa berjalan begitu cepatnya. Dan sekarang, tersisa 30 menit lagi untuk Jungkook menikmati wujudnya sebagai manusia.

“Hei! Kenapa terus melihat jam, hah?” tegur Jin.

Jungkook tidak membalas.

“Masih ada 30 menit Jungkook. Banyak hal yang bisa terjadi dalam 30 menit.”

“Tidak usah menghiburku. Aku tahu aku tidak akan berhasil.” Setelah berjam-jam mengatup mulutnya rapat, akhirnya pemuda itu bicara juga.

Jin tersenyum masam. “Kau ini! Kenapa bicara seperti itu, hah?”

“Aku sudah berusaha semampuku hari ini, tapi aku tidak berhasil. Sekarang aku hanya tinggal menunggu waktu, bukan?”

“Ya. Kau—”

“Kau bisa diam, hm?” potong Jungkook di saat Jin ingin mengatakan sesuatu. “Aku butuh ketenangan.”

Cupid itu menuruti permintaan Jungkook. Ya, dia tahu bagaimana rasanya menit-menit terakhir dari batas waktu hukuman, sementara jumlah pasangan yang harus disatukan tidak mencapai target. Kesal. Sakit hati. Sedih. Semua bercampur menjadi satu.

“10 menit lagi,” gumam Jin, sekedar memberi tahu Jungkook.

Pemuda berambut merah marun itu menghela napas panjang. “Kalau aku jadi cupid nanti, bagaimana dengan Junmi Noona, Jin? Dia… pasti kaget begitu menyadari kalau aku tiba-tiba menghilang dari kamarku,” lirihnya, masih melihat ke arah jam dinding.

“Ya. Dia pasti akan terkejut.”

Lagi, Jungkook menghela napas panjang. “Apa aku harus berpamitan padanya, hm? Berpamitan pada Taehyung dan… Shina juga?” tanya Jungkook lagi.

“Terserah kau, Jungkook. Kalau kau mau melakukannya, kau masih punya waktu beberapa menit untuk berpamitan kepada mereka.”

Namun, tiba-tiba Jungkook tertawa samar. Tepatnya, memaksa dirinya tertawa samar. “Setelah dipikir, sebaiknya tidak usah. Nanti akan semakin menyedihkan,” ucapnya.

Keduanya kembali terdiam. Detik demi detik terus bergerak. Jungkook benar-benar hanya menunggu waktu dimana Jin akan membawanya ke istana Dewi Venus dan… goodbye world. Sedangkan Jin, cupid itu ikut menatap love tablet yang dipegang Jungkook. Bersama-sama menunggu waktu yang tersisa 1 menit itu habis.

“Sebentar lagi,” gumam Jungkook, nyaris tidak terdengar. Sepersekian detik kemudian, pemuda itu memejamkan kedua matanya. Tidak sanggup melihat angka-angka detik yang terus berjalan mundur.

Tuhan, tidak bisakah Kau memberiku keajaiban?

Hanya sekali ini saja.

Aku mohon.

“10…,” Jin mulai membaca angka yang tertera di layar love-tablet.

Semuanya, selamat tinggal.

“9… 8… 7… 6… 5… 4… 3… 2…”

“SSIIING~~”

Dan, tiba-tiba saja bandul hati yang melingkar di leher Jungkook itu berpendar dengan terangnya. Jungkook, bahkan Jin seketika memejamkan mata saking silaunya cahaya yang berkilauan dari bandul kalung itu.

Apa yang terjadi?

Kenapa bandul kalung ini menyala?

Bukankah seharusnya bandul kalung ini pecah seperti yang pernah dijelaskan Jin jika aku gagal menyelesaikan misiku?

Tapi…, kenapa… bandul kalung ini menyala?

Apakah… aku berhasil?

Setelah beberapa saat, cahaya dari kalung itu mulai meredup. Bergegas Jungkook membuka kedua matanya, begitu juga dengan Jin. Dan, betapa terkejutnya Jungkook begitu melihat… ada 4 buah hati di dalam bandul kalung itu.

“Apa yang terjadi Jin? Bagaimana bisa kalung ini berpendar, hah? Apa aku berhasil? Bagaimana ini bisa terjadi, Jin?” Jungkook panik dan terkejut. Dipegangnya bandul kalung itu dan… dengan jelas kedua matanya bisa melihat ada 4 buah hati di dalam sana.

“Terkadang, keajaiban terjadi di saat-saat yang tidak pernah kau duga, Jungkook,” sahut Jin.

Jungkook masih terkejut. “Tapi, bagaimana bisa, hah? Apakah Taehyung…”

Jin menggidikkan kedua bahunya. “Aku juga tidak tahu. Mungkin saja… Taehyung berubah pikiran atau… entahlah. Aku tidak tahu apa yang terjadi.”

Pemuda berambut merah marun itu terdiam menatap bandul kalungnya. “Jadi…, apakah aku berhasil, Jin?” tanyanya, menoleh ke arah cupid yang berada di sebelahnya.

Jin tersenyum, lalu mengangguk pelan. “Ya. Tugasmu selesai. Kau berhasil.”

Mendengar kalimat itu keluar dari mulut Jin, Jungkook tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. “YEAAAAHH! AKU BERHASIL!!!” teriaknya tanpa sadar. “AKU BERHASIL!” teriaknya sekali lagi sambil berdiri mengangkat kedua kepalan tangannya ke udara.

Jin lagi-lagi hanya bisa tersenyum melihat itu.

Tidak lama Jungkook menoleh. “Aku berhasil, Jin. Kita berhasil!”

“Kau yang berhasil. Bukan aku.”

“Tidak akan seperti ini tanpa bantuanmu.”

Entah untuk keberapa kalinya dalam kurun waktu satu jam ini, Jin tersenyum karena ulah Jungkook. “Kalau begitu, lepaskan kalung itu dari lehermu dan berikan padaku,” kata Jin, menjulurkan telapak tangan kanannya, meminta kalung itu dari Jungkook.

Cepat-cepat Jungkook melepaskan benda itu, lalu memberikannya kepada Jin.

“Tugasku sudah selesai di sini,” ujar Jin, berdiri dari duduknya.

“Kau… akan pergi setelah ini, hm?” tanya Jungkook lirih.

Jin mengangguk. “Tentu saja. Kau sudah menyelesaikan hukumanmu dengan baik. Tugasku sudah selesai,” balas Jin.

“Jadi…, setelah ini… kita tidak akan bertemu?”

“Ya~” sahut Jin singkat. Sepersekian detik kemudian, Jin menjentikkan jarinya dan membuat love-tablet yang dipegang Jungkook seketika menghilang. “Aku pergi sekarang, Jungkook. Selamat. Kau sudah berhasil menjalani hukuman ini. Senang bisa menjadi mentormu.”

“Ya, Jin. Terima kasih atas semua bantuanmu,” gumam Jungkook.

Dan sedetik kemudian, Jin pun menghilang bersama kalung berisi 4 buah hati itu. Lagi-lagi hanya meninggalkan selembar dari bulu sayapnya yang terayun-ayun lembut di udara. Jungkook menengadahkan telapak tangannya dan bulu sayap Jin mendarat di sana. Sesaat kemudian, Jungkook beringsut menuju meja belajar, mengeluarkan sebuah kotak dari sana. Dibukanya kotak itu dan… terlihat setumpuk bulu sayap berwarna merah muda.

Ya, Jungkook menyimpan setiap bulu sayap Jin yang rontok setiap kali Jin meninggalkannya. Ada 30 lembar bulu sayap di sana. Dan… yang baru saja diletakkan Jungkook ke dalam kotak itu adalah yang terakhir.

Semua sudah berakhir.

Dan… hingga detik ini, Jungkook masih menjadi manusia.

@@@@@

[Epilog]

Enam bulan berlalu sejak masa hukuman Jungkook sebagai cupid-30-hari berakhir. Senang? Tentu saja. Setelah melewati begitu banyak masalah, kali ini ia bisa bernapas lega. Tidak ada lagi love tablet, tidak ada lagi misi, tidak ada lagi bandul hati dan… tidak ada lagi cupid bernama Jin.

Selama Jungkook tidak lagi menjadi seorang cupid-30-hari, ia tidak pernah bertemu dengan cupid yang satu itu. Tentu saja. Jin pasti… sibuk mengawasi cupid-30-hari lainnya, jadi… tidak ada waktu untuk bertemu dengan Jungkook.

Hah~

Pemuda itu, Jeon Jungkook, terlihat menyusuri koridor sekolah menuju gerbang utama sekolah. Belajar seharian untuk persiapan ulangan kenaikan kelas minggu depan membuatnya perutnya lapar. Dia… ingin segera tiba di rumah.

“Hei! Park Jimin, kembalikan ponselku!” Suara melengking milik seorang gadis membuat Jungkook membuyarkan lamunannya. Di sana, di koridor utama, tampak Jimin berlari sambil menggenggam sebuah ponsel dengan gantungan yang sangat tidak asing di mata Jungkook. Yap, itu pasti ponsel milik Hara. Dan benar saja, yang berteriak itu adalah… Hara.

“Tidak akan aku kembalikan, Jagiya~” Jimin terlihat memeletkan lidahnya sekilas ke arah Hara yang mengejarnya. Ah ya, mereka sekarang… pasangan kekasih. Semua orang di sekolah sudah tahu. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari… ada saja kelakuan jahil Jimin yang membuat Hara kesal. Tidak hanya di kelas mereka, tapi di perpustakaan, di kantin, bahkan di koridor sekolah seperti saat ini.

Jungkook menghela napas melihat pasangan itu, pasangan pertama yang berhasil ia satukan. Sampai detik ini ia bertanya-tanya, bagaimana bisa orang seperti Jimin yang jahil dan kekanakan bisa mendapat pasangan seperti Hara, si gadis sempurna di sekolah ini?

Pemuda berambut merah marun itu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Berbelok menyusuri koridor utama, mempercepat langkahnya agar bisa lebih cepat keluar dari area bangunan sekolah. Entah apa yang terjadi, tapi… dia siang ini dia benar-benar lapar dan ingin secepatnya tiba di rumah.

YAAA!!!”

Saking buru-burunya, Jungkook nyaris tertabrak motor yang hendak keluar dari area parkir sekolah. Beruntung, si pengendara motor masih sempat mengerem, bahkan berteriak segala.

“KAU MAU MATI, HAH?” tegur si pengendara motor, Namjoon, pada Jungkook.

Bergegas Jungkook membungkukkan badannya sekali sambil berkata agak takut-takut, “Maafkan aku, Sunbae. Aku tidak hati-hati.”

Namjoon mendengus. “KALAU PUNYA MATA ITU DIPAKAI!” gerutunya.

“Hei. Sudahlah. Tadi dia terlihat buru-buru. Dia juga sudah minta maaf. Tidak usah kasar begitu~” Suara lembut itu membuat Jungkook tersadar bahwa… ada seseorang yang sedang dibonceng oleh Namjoon. Mungkinkah orang itu adalah…

“Iya. Iya. Gyeoul-ah, aku mengerti.” Namjoon menoleh ke arah orang yang diboncengnya, Han Gyeoul. “Hei, kau! Menyingkir dari situ.”

Jungkook terkesiap. Lupa bahwa… ia masih berdiri di depan motor Namjoon. Bergegas ia menyingkir setelah Namjoon menegurnya.

“Lain kali hati-hati,” ujar Namjoon lagi, lantas melajukan motornya menuju gerbang.

Sekali lagi Jungkook menghela napas sembari memandang motor berwarna hitam yang melaju pelan di antara siswa-siswi yang berjalan di sekitarnya. Seketika ia menyadari 1 hal. Gyeoul dan Namjoon, mereka seperti pasangan yang saling melengkapi, saling menyeimbangi satu sama lain. Yang satu lembut, yang satu kasar. Yang satu seperti air dan satu lagi seperti api. Sepertinya, Gyeoul memang orang yang tepat untuk mengendalikan Namjoon yang galak itu.

Sekitar beberapa menit kemudian, Jungkook mendapati dirinya duduk di dalam bis. Duduk di bangku baris ketiga, dekat dengan jendela. Kedua matanya memandang ke arah luar sembari menunggu bis ini terisi penuh penumpang.

“Jungkook-ah?”

Pemuda berambut merah marun itu langsung menoleh begitu mendengar suara deep husky yang tidak asing, mengetuk gendang telinganya. “Ah, Taehyung-ah?” gumamnya, mendapati Taehyung berdiri di dekat tempat duduknya bersama seseorang.

Ya. Oh Shina.

“Di sebelahmu kosong, kan?” Taehyung menunjuk tempat duduk yang masih kosong di sebelah Jungkook.

“Ya,” jawab Jungkook singkat.

“Shina boleh duduk di situ, ya? Tempat yang lain sudah penuh~” ijin Taehyung.

Mendengar itu, seketika Shina menoleh ke arah Taehyung. “Lalu, kau?”

Pemuda berambut light caramel itu balas menoleh ke arah gadis manis di sebelahnya. “Tidak apa-apa. Aku bisa berdiri. Kau duduk saja di sebelah Jungkook.”

“Ah, begini saja,” potong Jungkook, “Biar aku yang berdiri. Taehyung-ah, kau duduk di sini,” lanjut Jungkook, berdiri dari duduknya, namun…

“Tidak! Tidak! Kau duduk saja, Jungkook. Tidak apa-apa.” Taehyung langsung mencegahnya. “Ayo, duduk Shina. Sebentar lagi bisnya berangkat,” perintah Taehyung pada gadis manis yang menjadi kekasihnya. Shina akhirnya menuruti ucapan Taehyung, duduk di sebelah Jungkook. Sementara itu, Taehyung berdiri di sebelah Shina dengan tangan kanan yang memegang palang besi di atas.

Sekilas, Jungkook menyunggingkan senyum di wajahnya. Taehyung dan Shina pacaran. Sakit hati? Tidak! Jungkook tidak merasakan itu lagi saat ini. Justru sebaliknya, dia senang dan berterima kasih. Sangat senang. Taehyung, sahabatnya, bisa mendapatkan gadis yang disukainya. Dan Shina beruntung mendapat laki-laki baik—dan aneh—seperti Taehyung. Gadis itu sadar kalau, ya, selama ini… Taehyung yang berusaha membuatnya bahagia sampai menjadi Tuan Mawar segala. Sungguh, Jungkook sangat berterima kasih kepada gadis ini. Kalau bukan karena dia, sekarang… Jungkook pasti menjadi cupid.

Ya, berkat Shina yang malam itu menemui Taehyung, Jungkook masih tetap di berada di sini, menjadi manusia.

Di malam 6 bulan yang lalu, gadis itu, Shina, menelepon Taehyung untuk menemuinya di taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Entah apa yang membuatnya berpikir seperti itu sampai… ia memberanikan diri untuk menghubungi Taehyung.

Gadis manis itu lebih dulu tiba di taman yang tidak begitu sepi. Beberapa pasangan terlihat berjalan bergandengan tangan menghirup udara malam, beberapa nampak duduk mengobrol di bangku taman, bersenda gurau di sana. Sambil menunggu, sesekali Shina menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya atau memperbaiki letak topi rajut yang menutupi kepalanya.

“Shina-ssi?”

Sontak Shina menolehkan kepalanya ke asal suara begitu mendengar suara deep husky itu mengetuk gendang telinganya. “Uh, Taehyung-ssi?” gumam Shina, lalu tersenyum. “Ayo, duduk,” ajak Shina, menggeser tubuhnya, menyisakan tempat duduk untuk Taehyung.

“Maaf membuatmu menunggu,” ujar Taehyung.

Shina menggeleng pelan. “Tidak apa-apa,” balas Shina. “Justru aku yang seharusnya minta maaf karena sudah memintamu bertemu malam-malam begini,” lanjut gadis manis itu.

Pemuda yang malam ini membalut tubuhnya dengan jaket berwarna navy itu mengangguk.

Shina lalu mengalihkan wajahnya ke depan, memandang kolam air mancur beberapa meter di depan sana. Sepersekian detik kemudian, dia berkata, “Taehyung-ssi, sejak aku kemarin aku memikirkan sesuatu.”

“Apa?” tanya Taehyung, menatap wajah manis gadis itu dari samping.

“Aku memikirkanmu. Maksudku, memikirkan perlakuanmu padaku selama ini,” jawab Shina.

Taehyung yang berada di dekatnya seketika menghela napas panjang. “Memangnya… ada apa, hm? Ada perlakuanku yang membuatmu sakit hati? Maksudku, selain… ya, kau tahu, pengakuan itu.”

“Tidak, Taehyung-ssi. Bukan begitu. Aku… hanya memikirkan beberapa hal dan… aku baru menyadari kalau… yang dikatakan Jungkook padaku itu benar.”

“Maksudmu?” tanya Taehyung. Di saat yang sama, Taehyung teringat akan pembicaraan Shina dan Bomi di ruang kesehatan sekolah. Apa mungkin… itu yang dimaksud oleh Shina?

Shina menoleh ke arah Taehyung, menatap pemuda itu lamat. “Selama ini kau baik padaku. Tapi…, aku baru menyadari itu. Kau bahkan sampai menjadi Tuan Mawar hanya untuk membuatku mengalihkan perhatianku dari rasa sakit hatiku pada Jungkook.”

“Lantas?”

“Aku ingin minta maaf karena baru menyadari itu sekarang dan… berterima kasih untuk semua yang kau lakukan.”

Taehyung menghela napas. “Ya. Tidak apa-apa,” sahutnya. “Lagi pula, itu sudah lewat. Tidak perlu diungkit lagi.”

“Aku tahu. Tapi—”

“Sudahlah. Tidak usah dipikirkan,” potong Taehyung cepat. Pemuda berambut light caramel itu lantas berdiri dari duduknya, membuat Shina terkejut. Ia kemudian berkata, “Bagaimana kalau kita jalan-jalan di sekitar sini, hm? Aku sudah lama tidak jalan-jalan di malam hari.”

Shina agak mendongakkan kepalanya, menatap Taehyung sejenak. Dia masih ingin berbicara, namun kelihatannya… Taehyung tidak mau membicarakan hal yang sudah lewat itu. “Baiklah~” sahut gadis itu.

Keduanya lantas berjalan bersisian mengitari taman. Meski begitu, keduanya tidak saling mengobrol satu sama lain. Terlalu sibuk menikmati pemandangan malam, melihat indahnya kerlap-kerlip lampu hias di taman atau… terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

“Hei! Itu ada pojangmacha!” seru Taehyung ketika melihat beberapa gerobak penjual jajanan berjejer tidak jauh dari tempat mereka berjalan. “Mau jajan, hm?” tawarnya, “Aku traktir.”

Shina mengangguk pelan seraya berkata, “Baiklah~”

Taehyung dan Shina menghampiri salah satu penjual jajanan dan memesan. Sekitar beberapa menit menunggu, keduanya beranjak menuju salah satu bangku taman, menikmati jajanan malam masing-masing.

“Ah~ enaknya. Sudah lama tidak menikmati suasana seperti ini~” seru Taehyung dengan mulut yang berisi dakkochi.

Shina yang sedang menikmati odeng miliknya hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Taehyung. Beberapa kali memperhatikan Taehyung melahap bertusuk-tusuk dakkochi, terlihat seperti orang yang tidak makan beberapa hari… hehehe.

“Apa yang kau tertawakan?” Taehyung menoleh ke arah Shina, memperlihatkan pipinya yang menggembung saking mulutnya benar-benar dipenuhi dakkochi. Saus berwarna kemerahan bahkan menghiasi sisi kiri, terlebih sisi kanan tepi bibir Taehyung.

“Itu…,” Shina menunjuk wajah Taehyung, “Ada saus di wajahmu,” sahut Shina.

“Benarkah?” Taehyung menyentuh tepi bibirnya, merasakan ada sesuatu yang kental di sana. “Aish~” gerutunya setelah mendapati ada saus kemerah di jari telunjuknya. Namun sedetik kemudian, ia terkejut begitu… Shina membantu menyeka saus itu.

“Ma-maaf,” sesal Shina, sontak menyudahi kegiatannya begitu melihat reaksi Taehyung.

“I-iya. Ti-tidak apa-apa.”

Atmosfer kecanggungan perlahan-lahan menyelimuti keduanya. Dalam hati, Shina merutuki tindakannya barusan. Suasana yang awalnya mulai menghangat, seketika dingin karena keduanya terdiam. Tindakan Shina barusan benar-benar membuat Taehyung—bahkan Shina sendiri—terkejut.

“Ehm!” Taehyung sengaja terbatuk. “Apa kau haus? Mau aku belikan minum?” tanya Taehyung.

“I-iya,” jawab Shina pelan.

“Baiklah. Tunggu di sini, aku akan segera kembali.”

Taehyung pun berlari menuju sebuah minimarket di seberang jalan. Sepeninggal Taehyung, Shina langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangan, seraya bergumam, “Aaa, apa yang barusan aku lakukan, hah? Aish!”

Dering ponsel di dalam minibag membuat gadis itu menghentikan kegiatannya merutuki kejadian beberapa saat lalu. Sedikit malas, dia merogoh ponsel dari minibag-nya, melihat nama Bomi tertera di layar.

“Ada apa?” jawab Shina dengan nada malas setelah merapatkan ponsel di telinga kirinya.

“Hei! Kenapa nada bicaramu seperti itu? Kau dimana sekarang?”

“Aku di taman dekat rumah. Kenapa?”

“Aku di depan rumahmu sekarang,” jawab Bomi. “Apa yang kau lakukan di sana? Dengan siapa?”

Shina menghela napas. “Aku… bersama… Taehyung.”

What?” Jelas sekali Bomi terkejut. “Dengan Kim Taehyung? Apa yang kau lakukan dengan Taehyung di taman? Dia menyuruhmu datang ke sana?”

Shina menggeleng—meski tidak dilihat oleh Bomi. “Bukan. Tapi…, aku yang menyuruhnya datang.”

“Kau? Tapi…, kenapa, hah?”

Untuk kedua kalinya Shina menghela napas panjang. “Kau ingat dengan apa yang aku katakan saat kita keluar dari ruang kesehatan hari ini, hm?”

“Apa? Hei! Jangan bilang kalau kau—”

“Ya. Aku akan… memberi kesempatan untuk Taehyung. Lagi pula, aku belum pernah mengatakan bahwa… aku menolaknya, kan? Waktu itu… dia hanya mengungkapkan perasaannya dan… aku tidak menjawab apa-apa. Aku benar, kan?”

“Hah~” Shina mendengar Bomi menghela napas panjang. “Iya. Aku tahu itu. Tapi, apa kau yakin, hah? Dengar ya Shina, sebagai sahabatmu, aku tidak mau kau memberi kesempatan pada Taehyung hanya karena ingin membalas kebaikannya padamu. Kau harus tahu Taehyung punya perasaan padamu. Jangan sampai kau menyakiti anak orang! Kalau kau benar-benar mau melakukannya, lakukan dari hatimu!”

Shina mengulum senyum. “Ya, aku tahu, Bomi,” sahut Shina, lalu mengembuskan napas pelan. “Kali ini aku yakin. Aku akan… memberi kesempatan untuk Taehyung.”

“Benar?”

“Ya.”

“Baiklah kalau begitu. Semoga berhasil.”

“Ya.”

Dan tepat di saat Shina mengakhiri panggilan Bomi, Taehyung yang entah sejak kapan berdiri di sebelah bangku, langsung berdehem. Sontak, Shina menoleh ke arah Taehyung, terkejut.

“Tae-taehyung-ssi, se-sejak kapan kau… di situ?”

“Sudah dari tadi,” jawabnya. “Tadi…, k-kau bicara dengan Bomi, ya?”

Shina mengangguk pelan.

Taehyung lantas duduk di sebelah Shina, menyerahkan salah satu kotak jus kemasan kepada gadis itu, kemudian meminum jus kemasan miliknya sendiri seolah barusan ia tidak mendengar apa-apa.

“K-kau… mendengar semua yang kukatakan pada Shina tadi?” tanya Shina gugup, menatap Taehyung yang sedang memandang ke arah depan.

“Ya,” jawab Taehyung singkat tanpa menoleh ke Shina.

“Jadi…, kau… sudah tahu kan apa maksudku mengajakmu bertemu di sini?” tanya Shina terdengar hati-hati.

Taehyung mengangguk.

“Jadi…, bagaimana? Kau…”

“Aku ingin kau berjanji 1 hal terlebih dahulu,” potong Taehyung, menoleh ke arah gadis manis itu, menatapnya lamat.

“A-apa?”

“Aku ingin kau berjanji untuk benar-benar melupakan perasaanmu pada Jungkook,” ujar Taehyung. “Bagaimana? Bisa?” tanya Taehyung, menaikkan jari kelingkingnya seperti tanda bahwa jika Shina mau berjanji, ia harus mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Taehyung.

Shina menghela napas panjang. Perlahan, ia mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Taehyung, lantas berkata, “Ya~”

Sesaat Jungkook mengulum senyum saat mengingat Taehyung menceritakan kejadian itu. Dan, itu sebabnya… malam itu… bandul kalung Jungkook berpendar. Sungguh di saat yang tepat.

“CKIITT.”

Bis berhenti di depan sebuah halte.

“Jungkook-ah, aku dan Shina duluan, ya~” pamit Taehyung, membuat Jungkook tersadar dari lamunannya. Ia bahkan tidak sadar Shina kini sudah berdiri di sebelah Taehyung.

“Ya. Hati-hati,” balas Jungkook, tersenyum ke arah Taehyung dan Shina bergantian.

Pasangan itu pun beranjak turun dari bis. Sesaat setelahnya, bis mulai melaju, namun… Jungkook masih bisa melihat Taehyung dan Shina yang berjalan bersisian di trotoar sambil berpegangan tangan. Mengingatkannya pada kejadian dimana ia juga pernah berpegangan tangan dengan Shina saat mengantar gadis itu pulang.

Ah, masa lalu.

Sekitar beberapa menit kemudian, Jungkook pun turun di halte bis di dekat rumahnya. Bergegas berjalan menuju rumahnya, ingin segera memenuhi permintaan cacing-cacing yang sejak tadi ‘berunjuk rasa’ minta diberi makan. Tapi…, tiba-tiba Jungkook merasa aneh. Seperti… ada seseorang yang mengikutinya… lagi.

Ya, ini bukan pertama kalinya. Sekitar 3 hari belakangan ini, Jungkook… merasa dibuntuti oleh seseorang. Tidak hanya saat pulang, tapi… di sekolah juga.

“Siapa di sana?” Jungkook menoleh ke belakang, namun tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya jalanan kompleks yang kosong.

Pemuda berambut merah marun itu kembali melanjutkan langkahnya, tapi… baru beberapa langkah ia berjalan, sontak… ia berhenti dan menoleh ke belakang. “Hei! Siapa pun kau, keluarlah. Kenapa kau membuntutiku, hah?” tanya Jungkook. Namun sekali lagi, tidak ada siapa-siapa.

“Ck! Dasar orang iseng!” gerutu Jungkook, lantas kembali mengayunkan kakinya.

Beberapa menit berjalan, akhirnya… Jungkook tiba juga di rumah.

“Aku pulang~” teriak Jungkook begitu ia masuk. Didapatinya rumah yang terlihat agak berantakan dan lebih ramai dari biasanya. Maklum saja, besok… akan ada acara penting bagi salah satu penghuni rumah ini.

“Jungkook-ah, sudah pulang, hm? Ayo makan. Bibi sudah membuatkan makanan favoritmu~” Seorang wanita paruh baya langsung menyambut Jungkook begitu pemuda tersebut menampakkan dirinya di ruang televisi.

“Ah, iya, Bibi. Aku ganti baju dulu,” balas Jungkook.

Bergegas pemuda itu masuk ke dalam kamarnya, melepas tas dan mengganti seragamnya dengan kaos dan celana selutut. Setelah itu, ia beranjak menuju ruang makan dimana makanan favorit menunggunya.

“Junmi Noona kemana, Bibi?” tanya Jungkook disela-sela kegiatan makannya.

“Di salon,” jawab wanita paruh baya itu, ibu Junmi, bibi Jungkook, “Biasa. Calon pengantin wanita. Dia tidak mau terlihat jelek besok,” lanjut beliau, lalu terkekeh. Jungkook pun ikut terkekeh.

“Ah, ya. Tentu saja. Junmi Noona harus menjadi wanita yang tercantik di acara pernikahannya.”

@@@@@

Sebuah gedung telah dihias sedemikian rupa sehingga terlihat sangat indah untuk sebuah acara sakral. Mawar-mawar putih menghiasi berbagai sudut ruangan, juga di atas meja-meja untuk para tamu undangan. Selembar karpet merah telah membentang dari pintu masuk gedung hingga ke depan altar beberapa meter di depan sana. Alunan biola dan dentingan piano terdengar memenuhi ruangan, menemani para tamu yang telah datang menunggu acara dimulai.

“Apa aku sudah terlihat cantik, Jungkook? Bagaimana riasanku? Gaunku… apa tidak terlihat kebesaran?”

Jungkook dan Junmi sedang berada di dalam sebuah ruangan di dalam gedung sambil menunggu acara dimulai. Junmi, sang mempelai wanita, yang telah dirias sedemikian rupa itu benar-benar gugup. Berjalan mondar-mandir di depan Jungkook yang duduk di sofa, menanyakan hal yang sudah berkali-kali ditanyakannnya. Jungkook sampai bosan menjawab pertanyaan yang sama.

Noonaya, tenanglah sedikit. Kau sudah terlihat cantik. Kau yang paling cantik hari ini,” ujar Jungkook sedikit kesal.

“Kau yakin? Bedakku… tidak terlalu tebal, kan? Lipstick-ku masih bagus, kan? Gaunku… tidak kusut, kan?” Meski Jungkook sudah menjawab pertanyaannya, Junmi masih saja bertanya.

Jungkook mendengus, berdiri lantas menuntun Junmi ke depan sebuah cermin setinggi badannya. Pantulan tubuh Junmi yang dibalut gaun pengantin berwarna putih terlihat dengan jelas di sana. Junmi… bisa melihat dengan jelas seperti apa dirinya saat ini.

Noona bisa lihat sendiri, kan? Semuanya baik-baik saja. Noona saaaaangat cantik hari ini. Min Son—ah, maksudku… Yoongi Hyung tidak salah memilih mempelai wanita,” puji Jungkook yang berdiri di belakang Junmi.

Sepersekian detik kemudian, terlihat seulas senyum di wajah mempelai wanita itu. “Waah, sejak kapan adik noona yang tampan ini pandai memuji wanita, hah?” canda Junmi, berbalik menghadap Jungkook.

Pemuda berambut merah marun itu terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ehehe… aku hanya asal saja, Noona.”

“Kau sudah pandai memuji wanita, kurasa… sudah saatnya kau juga mencari seorang kekasih~” goda Junmi kemudian.

Seketika pipi Jungkook memerah. “Apa? Ah, tidak noona. Aku—”

“Ah, Junmi-ya.” Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan. Membuat Jungkook tidak jadi meneruskan ucapannya.

“Ah, appa? / Ajussi?” gumam Junmi dan Jungkook bersamaan begitu melihat pria paruh baya menghampiri mereka.

“Sudah waktunya acara pemberkatan. Ayo. Kau tidak mau membiarkan mempelai priamu menunggu terlalu lama, kan?”

“Ah, iya, appa.”

Beberapa saat kemudian, Junmi mendapati dirinya berjalan menyusuri karpet merah dengan appa yang menggandeng tangannya. Semua mata yang berada di dalam ruangan kini tertuju padanya, mengagumi betapa cantiknya sang mempelai wanita hari ini. Sementara sang mempelai pria, Min Yoongi, telah berdiri di sana, di dekat altar, menunggu mempelai wanitanya. Begitu Junmi tiba di dekat altar, berdiri di sebelah Yoongi, acara pemberkatan pernikahan pun dimulai.

Di bangku paling belakang gedung, tampak Jungkook duduk tenang mengikuti jalannya acara. Dari semua targetnya, pasangan yang menikah hari ini yang paling membahagiakan. Tentu saja, dengan begini… bertambah seorang lagi yang akan menemaninya di rumah. Yah, semoga saja Yoongi tidak mengajak Junmi pindah ke rumah lain. Jungkook akan tinggal sendirian jika seperti itu… hehe.

Setelah acara pemberkatan selesai, Jungkook keluar dari gedung. Berada di dalam ruangan itu membuatnya sedikit merasa bosan. Berjalan sendirian di sekitar taman gedung, mengayunkan langkah menuju sebuah bangku yang berada di dekat pohon. Namun tiba-tiba…

“Ukh!” Seseorang berjas abu-abu berlari di sebelahnya, tanpa sengaja menabrak bahu kirinya.

“Hei!” tegur Jungkook, memandang kesal ke arah orang yang berlari di depan sana. Ukh, apa-apaan. Sudah menabrak, tapi tidak minta maaf. Sialan!

Jungkook kembali melanjutkan langkahnya, tapi… uh, seketika ia merasakan ada sesuatu yang diinjaknya. Lekas pemuda itu melihat ke bawah sambil menyingkirkan kakinya dan…

“Cincin?” gumam pemuda itu, memungut sebuah cincin yang beberapa detik lalu tanpa sengaja diinjaknya. “Apa… ini milik orang tadi?” pikir Jungkook. Ah! Tidak mungkin! Ini cincin perempuan, sedangkan yang menyambarnya tadi adalah… laki-laki.

Pemuda berambut merah marun itu menggidikkan bahunya, lalu memasukkan cincin itu ke dalam saku jas hitam yang membalut tubuh proporsionalnya. Nanti saja aku kembalikan kalau ketemu. Ia pun kembali melangkah ke arah bangku yang ditujunya.

Tiba di sana, ia langsung duduk sambil melihat-lihat sekitar. Suasana agak sepi di luar sini. Tentu saja, kebanyakan orang berada di dalam gedung untuk memberi ucapan selamat kepada kedua pengantin.

“Hah~” Jungkook menghela napas panjang. Jimin, Namjoon, Junmi bahkan Taehyung sekarang sudah punya pasangan masing-masing. Sementara dirinya…, oh well, mungkin benar kata Junmi. Sudah waktunya Jeon Jungkook mencari seorang kekasih. Ayolah. Seharusnya itu perkara mudah mengingat dia memiliki semua yang diidamkan perempuan: tampan, pintar, baik… meski dia masih sedikit dingin pada orang-orang yang baru di kenalnya.

“Jungkook-ah?” seru seorang gadis terkejut. “Astaga! Apa yang kau lakukan di sini?” Gadis itu ber-dress ungu muda itu menghampiri Jungkook.

Jungkook mengenyitkan dahinya, heran, saat menoleh ke asal suara dan mendapati gadis yang dikenalnya sedang berjalan menghampirinya. “Chanmi? Kau sendiri, apa yang kau lakukan, hah?” tanyanya, tak kalah terkejutnya. Kedua matanya bergerak mengikuti gerakan Chanmi yang ingin duduk di sebelahnya.

“Ah, kau tidak tahu, ya? Min Sonsaengnim kan saudara sepupuku,” jawab Chanmi. “Kau sendiri? Ah, apa jangan-jangan… Jeon Junmi…”

Jungkook mengangguk sebelum Chanmi sempat menyelesaikan kalimatnya. “Ya, dia saudara sepupuku juga.”

Chanmi terkekeh. “Oh, ya? Kebetulan sekali. Kita jadi keluarga sekarang~” ujar Chanmi.

“Ya~” sahut Jungkook singkat. “Oh ya, apa yang kau lakukan di luar sini, hm? Kau tidak ikut menunggu acara lempar bunga dari mempelai wanita, hah?” tanya Jungkook kemudian.

“Ah, tidak. Bagaimana kalau aku yang mendapat bunganya? Aku tidak mau menikah secepat itu, hm~” canda Chanmi. “Ngomong-ngomong, aku sedang mencari cincinku. Aku tidak tahu benda itu terjatuh dimana, begitu aku sadar, tahu-tahu… dia sudah tidak ada di jari manisku,” lanjut Chanmi sambil memperlihatkan jari manis kanannya. “Apa kau melihat cincin di sekitar sini?”

“Cincin?” ulang Jungkook memastikan. Buru-buru pemuda itu merogoh saku jasnya, lantas menunjukkan cincin yang didapatnya beberapa menit lalu. “Apa maksudmu… cincin yang ini?”

“Ah, iya. Itu cincinku.” Sontak, Chanmi langsung merebut benda itu dari tangan Jungkook. “Bagaimana kau bisa mendapatkannya, hah?”

“Ah, itu… tadi ada seseorang yang menabrakku dan menjatuhkan cincin ini,” jawab Jungkook polos.

Chanmi bernapas lega. “Hah~ syukurlah kau yang mendapatkannya. Aku bisa dimarahi oleh eomma-ku kalau cincin ini sampai hilang.”

“Memangnya kenapa kalau cincin itu hilang, hah? Kau kan… bisa beli yang baru.”

Chanmi menggembungkan pipinya, agak kesal mendengar ucapan Jungkook yang terkesan meremehkan. “Ya! Kau tidak tahu sejarah cincin ini. Ini cincin turun temurun dari nenek buyutku. Ini jauh lebih berharga dari cincin mahal yang dijual di toko-toko perhiasan, tahu!”

“Ah, begitu. Maafkan aku. Aku tidak tahu~”

Kedua orang itu pun terus mengobrol di sana. Tenggelam dalam percakapan yang dimulai dari kalimat ‘apa yang kau lakukan di sini’ tanpa menyadari, diam-diam… di balik sebuah pohon beberapa meter di depan mereka, ada seseorang yang tengah memata-matai mereka.

“Ayolah, bandul bodoh! Berpendarlah!” gumam seorang pemuda berjas abu-abu itu sambil menggenggam sebuah kalung berbandul hati. O-ow… jangan-jangan dia orang ‘beruntung’ yang harus menjalani hukuman cupid-30-hari.

“Hei! Hei! Kau tidak boleh memaki-maki kalung itu, Bambam! Awas saja kalau sampai putus, aku akan membawamu ke istana Dewi Venus!” tegur seseorang yang berpakaian serba merah muda, lengkap dengan sayap di punggung dan antenna di kepalanya.

Pemuda berjas abu-abu bernama Bambam itu mendengus kesal. “Aku hanya kesal, Jin! Kenapa benda ini tidak bependar juga. Aku tidak mau usahaku untuk menyatukan Chanmi Noona dan teman sekelasnya yang berhidung besar itu sia-sia! Kau pikir mudah membuntuti laki-laki berhidung besar itu, hah? Aku hampir ketahuan kemarin!” cerocos Bambam.

“Hei! Laki-laki berhidung besar yang kau bilang itu memiliki nama, Bambam,” tegur Jin sekali lagi. “Dia Jeon Jungkook. Dia dulu sama sepertimu. Seorang cupid-30-hari,” jelas Jin, lantas mengalihkan pandangannya ke arah Jungkook dan Chanmi yang kini beranjak menuju gedung.

“YAAAA!!! AKU BERHASIL!!!”

Dan teriakan Bambam seiring dengan berpendarnya kalung berbandul hati miliknya itu membuat Jin diam-diam mengukir senyum di wajahnya.

Kau… sudah menemukan gadismu sekarang, Jeon Jungkook~

-THE END \(^O^)/-

Anditia Nurul ©2014

-Do not repost/reblog without my permission-

-Do not claim this as yours-

Also posted on author’s personal blog (Noeville) & Read Fanfiction / Fanfiction Side

YAAAA~~!!! AKHIRNYA ENDING JUGA… HEHE ^^

SO, HOW’S THE ENDING?

GAJE YA? HAHA… AAAH, TOLONG JANGAN LEMPAR(?) SAYA KALO ENDING-NYA GAJE.

Btw, berhubung ini udah ending, selaku author, saya mau pidato(?) dulu. Gak panjang kok pidato(?)-nya. Cuma mau bilang terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti FF ini dari awal hingga akhir. Terima kasih karena telah menyelamatkan FF ini dari draft konsep laptop saya… hehe. Terima kasih sudah membuat saya semangat melanjutkan FF ini—awalnya pesimis sih dengan FF ini. Kirain responnya bakal gak baik, ternyata… ya, it’s good. Terima kasih untuk semuanya.

Ah, sekalian aku juga mau minta maaf. Maaf atas segala kekurangan di dalam FF ini. Maaf atas typo(s) yang lewat dari proses pengeditan, maaf atas plot-nya yang tidak jelas, maaf atas ceritanya yang… kayaknya gak sesuai keinginan kalian—terutama untuk pairing Jungkook-Shina—hehehe. Maaf kadang telat posting dan telat ngebalas komennya. Intinya sih, saya mau minta maaf atas segala kekurangan dari FF ini.

Oke. Sekian aja pidato(?)-nya.

Sampai jumpa di FF-ku selanjutnya.

Jangan lupa komennya, ya~~

Bye~ ^^/ *ketjup atu atu*

34 thoughts on “30 DAYS CUPID [Chap. 13B-End + Epilog]

  1. FINALLY ^_^
    Bambam jga kena :v doh thor bkin sequel tentang jin sh T.T kenapa dia gagal pas jd cupid 30 hari, tp kalo ngga jga gpp .-.
    mian permintaan ku berlebihan :3

  2. Well, endingnya aku nggak ngira kalo bakal Jungkook-Chanmi. Kirain Jungkook-Jin haha 😀
    Bambam nimbrung juga? Okelah, gak masalah. Yang penting bukan Mark aja sih, hehe
    Dan, aku setuju sma Ny. Kim, Eonni. Bikinin sequelnya Jin dong. Pasti seru *smirk
    Penasaran Jin dulu gimana sebelum jadi cupid jadi aku juga pingin itu ada sequelnya
    Oke, sekian saja. Sampai jumpa di FF eonni yang lain^^

    With Love,
    Siwan Lovely Wife

  3. finally kelar juga… ya.. jujur agak kecewa endingnya si jungkook ga jadi sama shina.. tapi, pas tau jungkook juga dpt pasangan, aku seneng juga.. >< good job thor.. ^^

  4. WWWAAAHHHH EOONNIIEEE!!
    Gak kerasa akhirnya ni ff ending jugaaa~~
    gak pernah nyangka kalo jungkook bakal jadian sama chanmi hikss,, jinnya lucu yaa, wkwkwk
    Wah taehyung sama shina tuh akhirnyaa,, pokoknya seneng banget smuanya happy endingg~~
    Ya udah eon segini aja komennyaa,, ff lain ditunggu~~

  5. Endingnyaaa perfect .. Suka suka suka. Dan aku bahagia aja Taehyung bisa jadian sama Shina *kau memang pantas mendapatkannya Kim Taehyung* dan Jungkook-chanmi ya ampun gak nyangkaa tapi btw emg bsa ya sodara sepupuh ipar pacaran ? *bisa-bisa ajalah disini mah* … Pokoknya Daebak bgt deh ini FF .. Aku tunggu FF yg lainnya ya Author , Keep Writing & Fighting !!!

  6. Kya~~~ manis banget thor endingnya. Aku suka aku suka ^^/
    author aku tunggu FF-FF mu yang lain. Kalau bisa castnya member bts lagi ya, atau baekhyun dan L hehe. Oh ya author punya WP pribadi ? Kalau boleh aku minta linknya dong 😊

  7. Aigoo aigoo aigoooooooo.

    Jungkook sama chanmi? Gak terduga banget, padahal sempet mikir Jungkook bakal sama Bomi:v hahahahhah.

    Fuihhhh, akhirnya, selesai juga ff ini setelah berbulan-bulan nunggu ff ini keluar dan ahhhh~~~ sumpah seru bangettt kaaaa’-‘

    And… Bambam kena? Wksss. Gileeee. Kakkkk. Sequel Jungkook sama chanmi donggggg. Penasaran bgt sama merekaaaaa. zzzzzz.

    Pokonya good job deh kak. Suka bgt sama ff ini, yang berhasil bikin aku gereget dan… ahhh. Pokonya sukaaa. Keep writing ya kaakkkk. Aku tunggu karya yang lain^^ ‘-‘b

    • Heheh… iya. Kookie-nya sama Chanmi. 🙂

      Iya. 3 bulan loh ini FF kkk~ baguslah kalo seru.

      Iya… haha. Hmmm… sequel Kookie-Chanmi ya? Liat ntar deh. Soalnya ada yg minta Jin sblm jadi cupid juga.

      Oke dek. Makasih juga udah ikutin FF ini. Makasih udah RC^^

  8. aaaa akhirnya baca jugaa!!!
    komennya di gabung disini ya unni:)
    jungkook selamat ayeee tetep jadi manusia ujungnya walaupun harus sakit hati duluu wkwk
    iyanihh penasaran sama story-nya jin junmi, sequelnya ditunggu author-nim~~

  9. hohoho selesai juga hahay.. ga nyangka jungkook bakal sma chanmi huhu
    itu yang jin gimana ceritanya sih kepo. bikin cerita yang jin dong authorrr
    ditunggu sequelnyaa

    • Iya. Di sana aku kirim terus kok, adminnya nge-post-in aja. Kalo ini kan WP-ku… hehe.

      Maaf ya, yg Bambam gak dibikin sequel. Bukan main character sih… hehe

      Makasih udah RC ya^^

  10. Keren bgt crita’y . Iia, qw stuju ma yg lain, bikin sequel’y dunk thor kyk’y bkl seru . Dtunggu klanjutan’y . Hehehe *ngarep

  11. sumpah thor ini ff tergereget yang pernah gua baca ><
    maaf yaa thor baru komen sekarang soalnya tanggung hehhe xD
    dan gak di sangka-sangka bambam juga kena hahha xD
    penasaran dia abis nyakitin siapa hahha xD
    di tunggu ff yang lain yaa thor
    fighting~ ヽ(^。^)ノ

  12. YAAMPUN DAEBAKKK THOR BIKIN CERITANYA AAAHH POKOKNYA AKU TERHIBUR BANGET BACA FF INI DARI AWAL SAMPE ENDINGNYA *cium author* hahahaha
    Udah nyangka jangan2 jungkook ama chanmi… eh bener heheh xD
    keren ceritanya sumpah……… semuanya berakhir bahagia, terharu pas baca epilognya aahh :3

  13. AIGOOOO … THOR FF INI DAEBAK BANGET SUMPAHH ^^ GEGARA FF INI GUE SUKSES JADI BAPER KE JUNGKOOK, KIRAIN JUNGKOOK SAMA GUE •_• HEHE MAKSUDNYA SANA SHINA 😀 GUE BACA DARI AWAL PAS DI BROWSING LAGI UDAH END .. DAEBAK THOR
    KEEP SPIRIT YAA NULISNYA ^^

Leave a reply to Izkia Cancel reply