[Chapter 1] Forbidden Love

Forbidden Love

We shouldn’t have lived in the same building.

by Shinyoung (ssyoung)

Main Cast: Kim Myungsoo & Son Naeun || Support Cast: Jung Krystal & Others || Genre: School Life & Romance || Length: Chapter 1/? || Rating: Teen (PG-15) || Credit Poster: goldenblood || Disclaimer: Casts belong to God. No copy-paste. Copyright © 2015 by Shinyoung.

Chapter 1 — The Weirdo and The Ice

Prologue | Characters

*

Ketika semua orang sudah terlelap dalam tidur mereka, seorang gadis berumur 17 tahun masih saja sibuk memainkan ponselnya yang bermerek. Gadis itu bermain di atas tempat tidurnya yang empuk sambil melotot kesal. Jari-jarinya yang lentik bermain dengan cepat diatas papan ketik virtual ponselnya.

Di dalam kamarnya yang rapi tersebut, suara ketikan di atas papan ketik virtual tersebut terdengar. Untuk ukuran seorang gadis, mungkin memang aneh karena ia menempel wallpaper yang berwarna hitam bergaris-garis putih. Selain itu, tidak ada warna lain yang menghiasinya. Kamarnya begitu polos dan rapi di satu sisi. Di sisi lain, tumpukan buku dibiarkannya disana, menggambarkan bahwa ia baru saja membaca buku pelajaran itu sebelum beranjak naik ke atas tempat tidur.

Selain itu, sebuah meja belajar yang berdekatan dengan jendela tampak diramaikan oleh buku dan juga kotak pensil. Tak hanya itu, di atas sana terdapat sebuah lampu meja yang sudah dimatikan. Disamping meja belajarnya, di dekat pintu kamarnya, terdapat rak buku yang menjulang tinggi. Tampaknya rak buku tersebut memang didesain agar dapat dilepaskan satu persatu setiap tingkatnya, sehingga jika ia berniat untuk pindah rumah, dia tidak perlu repot-repot menyuruh orang untuk menggotong rak tersebut.

Di seberang rak bukunya, terdapat sebuah lemari sedang yang berisi baju-bajunya. Dibawah lemari tersebut terdapat laci khusus untuk menyimpan sepatu-sepatunya. Lemari tersebut memang tidak menjulang, namun, lemari tersebut melebar ke samping sehingga menguras sebagian besar ruangan tersebut. Di samping lemari pakaian tersebut ada sebuah cermin panjang yang dapat menampilkan satu tubuhnya. Setelah itu tidak ada yang lain lagi, hanya sebuah tempat tidur yang terletak di bagian paling belakang kamar, menghadap ke arah jendela kamar.

Gadis itu sendiri kini tengah asik membalas pesan yang dikirimkan sahabatnya. Ia berbaring diatasnya dengan posisi telungkup dan juga bertumpu pada bantalnya. Kedua kakinya di tekuk sehingga kedua telapak kakinya menghadap ke arah langit kamar dan juga ia goyang-goyangkan dengan iseng.

Baru saja ia hendak membalaskan pesan yang dikirimkan oleh kedua sahabatnya—Jung Eunji dan Yoon Bomi—sebuah pesan lain memasuki ponselnya. Cepat-cepat ia membalasnya dan kembali melanjutkan pesan yang belum sempat ia selesaikan untuk pesan grupnya itu dalam aplikasi LINE.

Naeunie94: Ya! Apa kalian sudah gila?

JungEJ: Tidak, aku tidak gila. Tapi, setidaknya cobalah ajak dia berbicara. Aku melihat kalian berdua seperti pasangan yang tidak kenal satu sama lain. Huft, lagi pula, kenapa kau tidak coba ajak bicara? Dia terlihat kesepian.

Naeunie94: Itu bukan ide yang bagus, Eunji-ya. Aku sama sekali tidak menyukai lelaki itu. Dia selalu berpapasan denganku ketika di lift. Hal itu terkesan seperti ia menguntit aku.

BbomieYoon: Dia bukan menguntitmu, bodoh! Itu karena kalian berdua tinggal di gedung apartemen yang sama. Makanya, dia selalu berpapasan denganmu saat di lift. Lagipula, apa susahnya, sih, menyapa seorang laki-laki setampan dirinya?

Naeunie94: Kau mengatakan dia tampan? Oh, ini lebih buruk dari yang aku kira!

Naeunie94: Sudah, aku mau tidur! Besok sekolah. Ppai.

Sesuai yang ia bilang saat di percakapan tersebut, Naeun segera mematikan ponselnya kemudian beranjak menuju dapur. Tidak seperti kamarnya yang ditempeli wallpaper hitam dan terkesan gelap, dapur tersebut ditempeli wallpaper berwarna krem pastel. Bukan keinginannya, namun keinginan kakaknya.

Dia punya kakak yang bernama Son Dongwoon yang juga bekerja sebagai guru mata pelajaran Biologi di sekolahnya. Mereka sudah tinggal di apartemen sederhana—dibilang sederhana juga bukan karena apartemen itu sendiri punya lift dan selalu menawarkan fasilitas-fasilitas yang super mewah—selama 5 tahun.

Sebagai info saja, pemilik gedung apartemen tersebut adalah Choi Gina Jane atau sering dipanggil Gina (G.Na). Naeun tidak tahu mengapa wanita itu menuliskan namanya yang dieja Gina dengan ‘G.Na’ saat penandatanganan surat milik apartemen. Wanita itu sendiri juga tinggal di gedung tersebut. Kalau Naeun tidak salah dengar, Gina membangun apartemen itu bersama sahabatnya yang bernama Jessica Jung.

Rasanya Naeun ingin geleng-geleng kepala mengetahui bahwa sekarang banyak orang Korea yang juga punya campuran darah dari luar negeri seperti Gina. Gina sendiri merupakan keturunan Columbia.

Namun, bukan itu yang mau dibahas oleh Naeun, melainkan apartemen tersebut. Pembeli pertama adalah keluarga Son. Awalnya apartemen tersebut hanya menyediakan fasilitas yang tergolong murah-murah saja. Namun, Gina menjanjikan bahwa ia akan meningkatkan fasilitas apartemen menjadi apartemen elit. Tentu saja kedua orang tua Naeun dan Dongwoon mempercayainya.

Benar saja, wanita itu mewujudkan impiannya membangun apartemen mahal. Yang sebelumnya hanya dilengkapi dengan tangga, kini diubah menjadi lift. Sebelumnya, tak ada taman di hadapan gedung apartemen itu dan ukuran halaman apartemen tersebut terbatas. Namun, lama kelamaan ukurannya bertambah dan dilengkapi sebuah taman dengan air mancur di tengah-tengahnya.

Tak hanya itu, untuk ukuran apartemen dengan 5 tingkat ini, Gina mampu menambahkan sebuah basement yang digunakan para pemilik apartemen sebagai tempat menyimpan mobil mereka. Selain itu, Gina juga memberikan gerbang otomatis di depan pintu basement tersebut. Tahun demi tahun, fasilitas apartemen juga bertingkat. Seperti adanya restoran di belakang gedung apartemen.

Diatas restoran terdapat sebuah salon. Tak hanya salon, Gina juga membangun sebuah tempat fitness di tingkat selanjutnya. Kemudian sebuah perpustakaan yang sering dikunjungi dan di tingkat yang paling tinggi terdapat sebuah klub yang dapat digunakan untuk bermain billiard atau sekedar mengobrol. Di luar itu, Gina tak membiarkan orang-orang yang tinggal di gedungnya untuk mabuk-mabukan di klubnya karena dia tahu itu bukanlah tindakan yang baik.

Kini, rasanya Naeun ingin sekali pergi mengunjungi klub tersebut, namun tentu saja jika ketahuan Gina, wanita itu pasti langsung marah-marah tidak jelas ke arahnya. Tak hanya itu, ada kemungkinan bahwa wanita itu akan melapor pada Dongwoon.

Mengingat soal Dongwoon, rupanya kakaknya itu sudah pulang. Naeun bisa mengetahuinya melalui sepasang sepatu converse yang sudah terletak rapi di atas rak sepatu. Naeun meletakkan gelasnya dan kembali melangkah masuk ke dalam. Sebelum memijakkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar, ia mendengar suara pintu dibuka.

Alhasil, ia menemukan Dongwoon yang baru saja beres mandi. Rambut kakaknya itu tampak basah dan lingkaran hitam menghiasi matanya. Lelaki itu menatap Naeun setengah bingung dan tersenyum tipis.

“Kau belum tidur, Naeun-ah?”

Naeun hanya menyengir lalu menggeleng pelan. “Aku baru saja mau tidur. Oppa baru pulang?” tanyanya. “Sebaiknya jangan melembur di hari-hari seperti ini. Minggu depan mereka pulang. Apa kata mereka nanti kalau melihatmu punya kantung mata seperti itu, mereka pasti langsung ngamuk dan menyalahiku soal ini.”

Dongwoon tertawa pelan. “Kau ini aneh sekali. Justru akulah yang akan dimarahi karena aku tidak memperhatikan kesehatanku. Sudah, kau jangan ikut-ikutan tidur malam.” Dongwoon melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. “Kau tidur sana. Bisa-bisa besok kau tidak bisa bangun.”

Naeun mengangguk pelan dan tiba-tiba saja ia menyipitkan matanya. “Kau lah yang jangan tidur malam-malam! Kau tahu, akhir-akhir ini… Banyak nyamuk yang berkeliaran di malam hari. Kalau mereka menangkapmu masih terbangun, mereka akan menghukum dirimu! Mereka akan menyerangmu! Hiat! Hiat!

Selanjutnya, Naeun bertingkah seolah ia adalah nyamuk-nyamuk tersbut dan menyerang Dongwoon dengan jurus-jurus aneh lainnya. “Dan, bruk!” Naeun melempar dirinya ke atas sofa. “Kau akan mati seperti ini,” jelasnya dan menunjukkan gerakan-gerakan aneh seakan ia tengah kejang-kejang akibat serangan nyamuk tersebut.

Dongwoon langsung tergerak begitu melihat tingkah Naeun yang aneh tersebut. Tidak heran bahwa murid-murid menganggap bahwa Naeun itu memang salah satu murid yang paling aneh, bahkan gadis itu membuat perkumpulan ‘Tiga Sekawan Aneh’ yang terdiri atas dirinya, Jung Eunji, dan Yoon Bomi. Ketiganya berasal dari kelas yang sama yaitu kelas 2-2.

“Sudahlah, Son Naeun. Sekarang kau tidur, sudah larut sekarang ini.”

Naeun menganggukkan kepalanya dan tersenyum hangat ke arah Dongwoon. “Aku tidur dulu, ya, Oppa! Kau jangan tidur malam-malam!”

Dongwoon hanya tersenyum lalu memperhatikan Naeun yang melangkah masuk ke dalam kamarnya dan hilang di balik pintu besar dengan cat putih tersebut. Dongwoon menggelengkan kepalanya karena sikap Naeun yang overaktif.

 

Dengan tergopoh-gopoh, gadis itu memasuki ruangan kelas sambil membawa tumpukan berkas-berkas yang dibawanya. Dengan lelah, ia meletakkan berkas-berkas tersebut lalu melirik ke arah ruangan kelas yang pandangannya ditutupi oleh berkas-berkas tersebut dan mendapati bahwa di dalam kelas hanya ada seorang lelaki yang tengah tertidur pulas. Son Naeun berdecak kesal kemudian meletakkan berkas-berkas yang dibawanya ke atas meja guru.

Matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi, jadi wajar saja apabila hanya ada seorang lelaki itu. Toh, Naeun tidak perlu terkejut dengan kehadiran lelaki itu di dalam ruangan kelas karena dia sudah berpapasan dengan lelaki itu saat di lift. Naeun sendiri masih tidak mengerti tujuan lelaki itu datang pagi, padahal lelak itu bisa datang pukul 6:45.

Bukan seperti dirinya yang harus datang pagi karena ia punya posisi penting di kelas yakni sebagai sekretaris kelas. Setelah menjatuhkan bokongnya ke atas kursi, Naeun langsung megusap peluh yang sudah membajiri keningnya di pagi hari. Dia yakin bahwa dirinya lebih bau dua kali lipat daripada murid-murid cantik yang tebar minyak wangi beraroma terapi agar terkesan manis.

“Naeun?!”

Baru saja Naeun ingin mengeluarkan ponselnya, gadis itu sudah terkejut sendiri akibat suara lantang yang diciptakan oleh sang ketua kelas 2-2. Naeun menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan seolah ia baru saja ditantang untuk naik roller coaster sebelum berangkat sekolah.

“Bisa tidak kau kecilkan suaramu itu, Kim Sunggyu?”

“Ah—Ne, arasseo. Aku tau kau pasti peduli pada Myungsoo yang tengah tertidur, bukan?” tanya laki-laki itu. Dia melempar tasnya ke arah tempat duduknya dan tersenyum lebar saat mendengar desahan berat tidak terima dari Naeun. “Baiklah, baiklah. Jadi—” Sunggyu mengambil kursi di hadapan Naeun dan duduk di sana dengan posisi kebalikan menghadap belakang. “—Apa hari ini ada PR atau tugas yang belum aku kerjakan?”

Naeun memutar bola matanya. “Mana aku tahu kau sudah mengerjakan PR atau tugas yang belum! Yah, Sunggyu-ya, santai saja jadi murid itu. Kau tidak perlu rajin-rajin, toh, nanti ada temanmu yang akan memberi tahu. Lagipula, kenapa kau tidak tahu apapun? Bukankah kau ini ketua kelas?! Seharusnya kau tahu segalanya.”

Sunggyu hanya termehe ketika Naeun mengucapkan hal tersebut. Alih-alih gatal, Sunggyu menggaruk tengkuknya, menyadari bahwa dirinya cukup bodoh menanyakan hal tersebut pada Naeun.

“Bisa tidak kalian berdua mengurangi volume suara kalian?”

Sebuah suara berhasil membuat baik mulut Naeun, maupun mulut Sunggyu langsung terkatup rapat. Keduanya melirik ke arah Myungsoo yang sudah menatap mereka dengan pandangan kesal. Matanya berkilat-kilat penuh amarah seolah lelaki itu paling benci apabila dinganggu suara-suara ketika sedang tidur.

Ne, Kim Myungsoo,” jawab Naeun bersamaan dengan Sunggyu.

“Dasar laki-laki menyebalkan,” gumam Naeun kesal.

Sunggyu tersenyum tipis. “Aku sudah mencoba untuk memberitahunya agar berhenti bersikap seperti itu atau dia tidak akan mendapatkan teman. Namun, tampaknya dia tidak mengindahkan kata-kataku,” bisik Sunggyu pelan. Sunggyu menarik nafas dalam-dalam kemudian menghelanya perlahan. “Bahkan, Woohyun juga sudah memberitahunya. Kami berpikir bahwa hanya Tiga Sekawan Aneh-lah yang bisa mengubahnya. Dia butuh diganggu oleh orang-orang yang aneh seperti kalian agar dia berhenti bersikap seperti itu.”

“Apa? Tidak mungkin!” desis Naeun, lalu mengepalkan tangannya hendak menggebrak meja, namun begitu melihat Myungsoo bergerak-gerak gelisah, Naeun langsung mengurungkan niatnya.

“Mungkin saja,” komentar Sunggyu senang. “Atau… Kau mau kau saja yang ingin melakukannya? Mendekati Myungsoo dengan trik-trik anehmu dan membuatnya berhenti bersikap seperti itu?”

Naeun langsung melotot ke arahnya. “Maldo andwae!

Sunggyu pun langsung tertawa, namun tawanya langsung berhenti begitu mendengar gebrakan meja kesal dari belakang punggungya. Lagi-lagi Myungsoo menggeram kesal ke arah mereka. Myungsoo pun ingin menghujat mereka, namun digantinya dengan memutar bola matanya dan mendesah berat. Kemudian, laki-laki itu melangkah keluar dari kelas tersebut meninggalkan Sunggyu dan Naeun dalam keheningan.

“Menyebalkan!”

Naeun mengepalkan tangannya kesal hendak meninju meja yang ada di hadapannya sambil mendesis geram. Sunggyu hanya tertawa melihat tingkah Naeun. Tak lama setelah itu, murid-murid kelas 2-2 mulai berdatangan hingga pukul 7 pagi akhirnya Myungsoo barulah kembali ke kelas. Tampaknya wajah laki-laki itu lebih segar daripada biasanya dan sesekali lelaki itu melirik dendam ke arah Naeun.

Naeun hanya menanggapi lirikan tajam laki-laki itu dengan menjulurkan lidahnya. Sedangkan itu, Eunji menatap Naeun bingung, tak lupa juga Bomi yang duduk di samping gadis itu.

“Ada apa denganmu, Son Naeun?” tanya Eunji dan mengikuti pandangan Naeun. “Apa kau baru saja menjulurkan lidahmu untuk seorang Kim Myungsoo?”

“Kim Myungsoo?” desis Bomi tak percaya.

“Hei! Hei, kalian ini salah paham. Aku baru saja menjulurkan lidah untuk Sunggyu,” ucap Naeun, lalu memutar bola matanya. “Benar tidak Kim Sunggyu?”

Ne?”

“Aku baru saja menjulurkan lidah ke arahmu, bukan?” tanya Naeun sambil menatap Sunggyu dengan pandangan menindas, meminta agar lelaki itu mengiyakan pertanyaannya barusan.

Sunggyu pun cepat-cepat menganggukkan kepalanya lalu terkekeh pelan, kemudian lelaki itu berlalu pergi. Eunji pun menggeleng tak percaya. “Aku tidak percaya kau melakukan itu pada Sunggyu. Apa tujuanmu, hah? Kau tidak pernah melakukan hal itu—“

“Kembali ke tempatmu, kawan-kawan!” teriak Kim Sunggyu tegas. Murid-murid langsung kembali ke tempat mereka yang sebenarnya. Begitu juga dengan Eunji yang memang duduk di depan Naeun dan Bomi yang duduk di samping Naeun. “Guru Kim akan masuk kelas sebentar lagi. Kalian harus sudah rapi di tempat kalian.”

“—Kita bisa lanjutkan lagi nanti, Son Naeun!” ancam Eunji.

Naeun hanya mengangkat bahunya tak peduli.

 

 

Seusai murid-murid kelas 2-2 duduk rapi di bangku masing-masing, seorang guru wanita bernama Kim Hyuna memasuki ruangan kelas dan mendadak wajah para murid mematung—melihatnya mengenakan blazer hitam panjang dan celana pendek diatas lutut yang berjarak sekitar 2 senti dari lutut. Tak bisanya, Guru Kim mengenakan baju sesopan itu. Dia dianggap sebagai guru paling seksi di Skoolite High School.

Dandanannya yang cantik biasanya akan membuat murid-murid lelaki langsung jatuh cinta padanya. Namun, hari ini, ia tampil dengan sangat berbeda dan mencolok, membuat murid-murid kelas 2-2 langsung tertegun. Mereka bahkan tak dapat menutup mulut mereka ketika melihat tatanan rambut Guru Kim yang lebih ditata.

“Selamat pagi, murid-murid,” sapanya dengan senyuman hangat. “Bagaimana kabar kalian? Rasanya sudah lama sekali tidak melihat wajah kalian. Padahal hanya libur 5 hari dan aku sudah sangat rindu pada kalian semua. Apa kalian memang terlalu atraktif sehingga aku bisa lebih merindukan kalian daripada pacarku sendiri?”

“Guru Kim, kau punya pacar?!”

“Guru Kim… Tidak mungkin! Kau punya pacar?”

“Sejak kapan?!”

“Apa?! Guru Kim punya pacar?”

“Tidak mungkiiiin!”

Mendadak suasana kelas menjadi lebih heboh. Para lelaki mulai panik dan ekspresi wajah mereka menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak menerima pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh Guru Kim. Seakan dunia akan runtuh, Guru Kim langsung tertawa dan menanggapi mereka dengan senyuman tipis.

“Tenanglah murid-murid. Ada apa jika aku punya pacar, memangnya?”

Tentu saja pertanyaan itu semakin membuat murid lelaki lebih heboh dan lebih panik daripada sebelumnya. Mereka mulai berteriak dan mengeluarkan ponsel mereka—mulai menyebarkan info yang akan dianggap menjadi info paling heboh di Skoolite High School. Son Naeun sendiri yakin sebentar lagi Skoolite High School akan mengalami gempa ringan dan kepala yayasan pasti akan meminta Guru Kim untuk membuat pernyataan di depan murid-murid lelaki.

“Oh, ayolah, ini sama sekali tidak lucu,” komentar Bomi sambil menggaruk tengkuk lehernya. Ia menjalin rambutnya menjadi satu—seperti ekor kuda. Ia menolehkan wajahnya ke belakang dan menatap Son Naeun yang sudah menggeleng-geleng tak percaya ketika membaca notifikasi ponselnya yang baru saja masuk.

“Ah… Benar-benar. Guru Kim memang sangat spektakuler,” Naeun menjelaskan keadaan yang terjadi pada notifikasi ponselnya. Naeun hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya dan mulai membaca satu persatu komentar murid di forum Skollite High School.

“Memangnya apa komentar para lelaki itu?” tanya Eunji penasaran dan ikut melirik ke arah layar ponsel Naeun yang berukuran besar—maklumi saja karena ponselnya adalah Samsung Galaxy Note 4 dengan layar super besar itu tentu saja kedua sahabatnya bisa ikut membaca apa yang tertera di atas layar ponsel Naeun.

“… Sinting! Aku patah hati,” baca Bomi.

“…Tidak! Hatiku sungguh remuk karena mu, Guru Kim. Bagaimana kau bisa menghancurkan perasaanku?”

“Oh, yaampun, mereka terlalu berlebihan,” komentar Naeun lalu mendecak sebal. Ia menggeser layar ponselnya ke bawah dan membaca komentar-komentar yang baru saja di posting oleh para lelaki beberapa menit, bahkan detik yang lalu.

Tampaknya, entah bagaimana, ponsel para lelaki itu memang memasang notifikasi spesial atau khusus untuk setiap postingan yang menyebut-nyebut Guru Kim. Kalau tidak, bagaimana bisa mereka mengetahui hal tersebut sedangkan di dalam kelas mereka pasti ada guru yang tengah mengajar atau mengawasi. Naeun masih tidak habis pikir apa yang sedang dilakukan oleh lelaki-lelaki itu.

Ia mengedarkan pandangannya dan mendapati bahwa hanya Kim Myungsoo seorang lah yang tidak mengeluarkan ponselnya. Lelaki itu membenamkan wajahnya ke atas jaketnya yang diletakkan di atas meja dan mulai tertidur. Naeun mencibir seolah tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh lelaki itu. Mungkin ia bisa percaya dengan Woohyun karena lelaki itu punya pacar—Park Chorong. Tapi, bagaimana dengan seorang Kim Myungsoo yang masih belum punya kekasih?

Naeun menggelengkan kepalanya. Mencoba menghapuskan pikiran-pikirannya itu. Dia sudah berusaha mencoba untuk menghilangkan pikiran buruk tersebut, namun yang ada ia makin penasaran dengan Kim Myungsoo. Ia pun menggeram pelan karena kecerobohannya telah memikirkan seorang laik-laki tak berguna.

“Ada apa denganmu, Son Naeun?”

Tubuh Naeun mendadak membeku di tempat. Ia menoleh ke samping dan ke depan, mendapati bahwa wajah kedua sahabatnya yang begitu bingung karena sikapnya. Ia pun menggelengkan kepalanya berusaha untuk menutupi segalanya, terutama dari kedua sahabatnya itu. Dia tidak bisa membayangkan apabila kedua sahabatnya itu memergokinya tengah mengawasi seorang Kim Myungsoo.

Dalam sejarahnya, dia sama sekali belum pernah berbicara dengan Kim Myungsoo. Padahal, dia sering sekali berpapasan dengan laki-laki itu semenjak mereka memasuki sekolah yang sama. Tentu saja, mereka pasti akan berangkat pada jam-jam yang tidak jauh. Selain itu, mereka sering berpapasan dalam lift. Walaupun begitu, tidak ada yang mau buka mulut untuk bersuara walaupun Naeun tahu bahwa kakaknya itu mengenal dengan betul tetangga-tetangganya.

Alasannya adalah Naeun tidak mau berbicara dengan orang sedingin Kim Myungsoo, sedangkan itu Kim Myungsoo sendiri memang tidak mau berbicara dengan siapapun. Baginya, sudah cukup untuk hidup sendirian. Hidup sendiri saja repot, apalagi jika bersama orang-orang, menurutnya akan lebih repot lagi.

Namun, tak ayalnya seorang manusia, tentu saja Myungsoo membutuhkan bantuan dari lainnya. Karena itulah, ia memilih Nam Woohyun dan Kim Sunggyu sebagai laki-laki paling waras di kelasnya meskipun Sunggyu masih saja memendam perasaan pada Guru Kim yang menurutnya titisan dari dewi Aphrodite.

A—Ani! Tidak ada apa-apa! Ngomong-ngomong, kemana Guru Kim?”

Bomi menoleh ke arah meja guru. Ia menunjuk meja guru tersebut dan mulai berbicara, “oh, dia. Dia pergi keluar dari kelas ini karena tidak tahan akan berita yang sudah menyebar kemanapun itu. Dia meminta waktu sejenak, dia pasti sangat penat begitu mendengar teriakan histeris para lelaki sinting itu.”

Eunji berdecak dan melipat kedua tangannya di depan dada. “Memangnya apa bagusnya sih dengan Guru Kim? Oke, dia memang cantik. Aku mengakuinya dan aku kalah telak karena kecantikannya. Lalu, dia memang pintar, tentu saja, karena dia adalah seorang guru.”

Bomi menoleh ke samping dan menatap Eunji tajam. “Bukankah kau juga kalah dari kepintarannya? Dia adalah seorang guru dan tentu saja dia lebih pintar dibandingkan dirimu yang hanya bisa mendapatkan nilai Matematika sebanyak 30!”

Eunji menoleh ke arah Bomi dan mendengus. “Dasar wanita jalang! Berhenti menyebutku bodoh. Kau juga bodoh! Bahkan kau sering bertanya padaku.”

Bomi pun menarik rambut Eunji. Tanpa peringatan lagi, Eunji langsung membalas Bomi dan menarik rambut gadis itu dengan kasar. Keduanya menjerit-jerit histeris dan anak-anak yang lain hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karena menurut mereka, Bomi dan Eunji memanglah aneh. Jadi, tidak ada yang aneh jika mereka melakukan hal seperti itu karena pada akhirnya, mereka hanya akan tertawa dengan puas akibat puas akibat perbuatan mereka, ditambah lagi dengan Naeun yang memprovokasi mereka.

“Aish, bisakah kalian bertiga berhenti?”

Ketiganya pun langsung menoleh ke arah sumber suara dan menyadari bahwa Kim Myungsoo sudah menatap mereka dengan mata berkilat-kilat. Sedangkan itu, murid kelas 2-2 hanya bisa menatap mereka sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka. Sedangkan itu, Woohyun yang baru saja selesai berbicara dengan Chorong menoleh ke arah ketiga sekawan aneh tersebut.

“Hei, kalian bertiga!”

Spontan, ketiga gadis itu menolehkan wajah mereka dan menoleh ke arah Woohyun. Woohyun baru saja ingin buka mulut untuk berbicara, namun mereka justru mendahuluinya dengan tawa lantang yang berhasil membuat murid-murid tak heran pada mereka bahwa mereka memang aneh.

“Bisakah kalian menghargai orang yang ingin berbicara dengan kalian?”

Ketiga gadis itu terdiam lalu menolehkan kepala mereka ke arah Myungsoo yang menatap mereka dengan pandangan tidak percaya. Lalu, Myungsoo hanya menghela nafas dan kembali berkutat dengan buku novelnya. Naeun mengangguk-nganggukkan kepalanya mengerti saat melihat lelaki itu membalikkan halaman novelnya.

“Kau pikir kau sudah cukup menghargai orang lain, huh?”

Myungsoo menutup buku novelnya dan bangkit dari kursinya. Ia menatap Naeun tajam dan penuh kekesalan. “Kau-lah yang tidak tahu aturan, Son Naeun-ssi. Nam Woohyun ingin berbicara dengan kalian, namun kalian justru menertawakannya. Memangnya ada yang lucu dengannya?”

Naeun menggebrak mejanya dan bangkit dari kursinya, menatap balik Myungsoo dengan pandangan yang tak kalah tajam. Gadis itu bahkan sudah menggertakkan giginya, siap untuk menerkam mangsanya. Namu, saat melihat wajah Myungsoo yang lebih bringas, Naeun mendadak menjadi sekecil rusa yang hendak dimangsa singa kelaparan.

“Aku tidak menertawakannya! Ah… Jangan-jangan kau bisa meramal orang, ya? Sampai-sampai, kau menuduh kami menertawakan Nam Woohyun. Justru, kami sedang menertawakanmu, Kim Myungsoo!”

Saat itu juga, Sunggyu pun berdiri, menghentikan keduanya untuk melanjutkan pertengkaran tersebut. Awalnya, murid-murid memang tidak tertarik, namun mereka mulai tertarik mengingat bahwa Kim Myungsoo dan Son Naeun sama sekali tidak pernah berbicara satu sama lain. Yang mereka lakukan selama satu setengah semester ini hanyalah berdiam, berbicara ketika butuh—kalaupun memang butuh, itu karena mereka satu kelompok. Yang lebih parah lagi, dalam kurun waktu ini, Myungsoo dan Naeun baru sekali berkelompok, itu pun karena permintaan Guru Jang.

“Huh?”

“Kim Myungsoo! Son Naeun! Sebaiknya, kalian berdua panggil Guru Yoon agar dia segera datang ke kelas ini,” potong Sunggyu akhirnya.

Naeun dan Myungsoo langsung menoleh ke arah Sunggyu dengan tatapan penuh kesal. Myungsoo mendengus pelan, lalu ia melangkah keluar dari kelas. Sunggyu melirik Naeun yang sama sekali belum bergerak dari tempatnya, ia pun berdeham pelan agar Naeun menyadari maksud tersembunyinya. Namun, Naeun tidak menanggapi isyaratnya, ia justru bersiap untuk duduk kembali ke bangkunya.

“Son Naeun!”

“AISH! Kim Sunggyu, sialan kau!”

 

 

Naeun meniup juntaian rambut yang menutupi penglihatannya. Matanya menangkap sosok Kim Myungsoo yang melangkah tak jauh di depannya. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana seragamnya. Tampaknya, lelaki itu tidak memedulikan sosok Naeun yang berdiri di belakangnya. Naeun sendiri sibuk dengan ponsel yang dilengkapi sebuah pelindung berwarna pink cerah berwajah kucing.

“Hei, kau,” panggil Myungsoo sambil membalikkan badannya. “Apa kau akan terus mengikutiku? Cepat, sebaiknya kau membantuku mencari Guru Yoon. Daritadi aku tidak melihat dirinya di ruang guru.”

“Aish,” gumam Naeun pelan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya. “Baiklah, Tuan Kim Myungsoo. Mungkin dia sedang ada di kantin sekolah. Bukankah biasanya dia akan disana? Bergosip bersama Guru Hyuna.”

Myungsoo memutar bola matanya dan melangkah disamping Naeun. “Kau pikir guru-guru tidak punya pekerjaan sehingga mereka bisa bergosip seperti itu? Dan, yang kau katakan barusan adalah perbuatan tidak baik. Pantas saja orang-orang tidak pernah menganggapmu normal karena kau berpikiran negatif soal gurumu.”

Naeun langsung melotot ke arah Myungsoo. “YA! Aku mengatakan hal yang sebenarnya! Kalau kau tidak percaya, sekarang kau bisa ikut denganku menuju kantin. Mungkin kau harus menyesali perkataanmu itu. Kau pikir orang-orang menyukaimu, huh? Kau selalu saja membuat orang-orang di sekelilingmu merasa kesal!”

Myungsoo justru menaikkan alisnya. “Aku? Aku tidak merasa seperti itu karena aku tidak pernah melakukan apapun pada mereka. Untuk apa mereka kesal padaku?”

Naeun langsung menginjak kaki Myungsoo dengan penuh tenaga dan berhasil membuat laki-laki itu menjerit sepanjang koridor. Sedangkan itu, Naeun langsung tertawa dengan puas dan tanpa malu ia menunjuk-nunjuk laki-laki itu sehingga para guru yang tengah mengajar langsung melangkah keluar.

“Kim Myungsoo! Son Naeun! Apa yang kalian lakukan disini! Cepat ikut aku!”

Detik selanjutnya adalah mereka berdua sudah duduk di kafe SMA Skoolite bersama Guru Hyuna. Wanita itu menyeruput kopinya kemudian menghela nafas dan menatap keduanya secara bergantian. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, lalu memijat pelipisnya secara perlahan.

“Sebenarnya, apa yang kalian berdua lakukan disana? Kalian tahu bahwa itu adalah di depan ruang guru. Ah… Aku tidak mengerti apa yang kalian pikirkan. Yang satu meringis kesakitan dan yang satu tertawa seperti orang gila. Son Naeun, aku tidak mengerti denganmu.”

“Tapi, Guru! Dia yang memulainya! Dia menyebutku seperti orang aneh,” rampas Naeun cepat.

Hyuna hanya bia menggelengkan kepalanya kemudian ia mengangkat tangannya memanggil sesuatu. Tak lama kemudian, Guru Jang datang dan ikut duduk di meja tersebut, duduk tepat di samping Hyuna. Guru Jang atau bernama Hyunseung menarik nafasnya dalam-dalam kemudian ia menoleh ke arah Hyuna.

“Ada apa dengan mereka berdua?” tanyanya bingung.

Hyuna menyeruput lagi kopinya, namun Hyunseung merampas cangkir tersebut melarang Hyuna untuk meminum kopi. “Aih, kau seperti tidak tahu kebiasaanku. Soal mereka… Mereka tadi mengacaukan suasana. Guru-guru tengah emosi padaku karena mereka membuat keributan di depan ruang guru.”

Aigoo, kalian berdua,” omel Hyunseung lalu meminum kopi yang sebelumnya milik Hyuna. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kalian berdua telah melakukan kesalahan besar pada kekasihku. Sebaiknya, kalian berdua bekerja sama membersihkan gudang sekolah selama satu minggu. Jika kalian masih belum bisa berhenti bertengkar, aku akan memberikan hukuman tambahan. Ingat itu.”

Naeun membulatkan matanya dua kali lipat. “APA? Tapi, Guru—”

“Baiklah, kami akan melakukannya,” tukas Myungsoo sambil menginjak kaki Naeun agar gadis itu segera mengikuti apa yang ia lakukan. Naeun hendak menjerit namun Myungsoo segera memberikan pandangan ‘jangan-main-main-denganku-atau-kau-akan-mati-nanti’ padanya.

“ARGH!”

 

To be Continued 

March 5, 2015— 11:00 P.M.

::::

a.n.: Halo, maaf, ya! Maaf kalau update-nya, langet. Sekain, terimakasih. Jangan lupa komentar dan like nya ya, readers. 

37 thoughts on “[Chapter 1] Forbidden Love

  1. Wkwkwk.. Kyk tom sam jerryy,, dohh krakter myung cocok anet /? Hahaha duh naeun pecicilan sklii xD,, ayoo authorr mkin mangat egenn ☆L(´▽`L )♪ :*

  2. seru ceritanya!! ;A; naeunnya meskipun aneh malaj keliatan lucunyaa aaa ;A; like this ff<3 semangat ya thor lanjutkan ff mu~

  3. keran bgt ff nya, next chap nya jgn lama lama gk sabar lgi baca lanjutannya, buat agak gimana ya thor.FIGHTING!!!

  4. Authoorrr ff ini lucu gemesin bangeett hihi. MyungEun berantem terus bikin gemes xD Dtggu lanjutannyaa. Keep writing thor!

  5. Hahahaha… lagi iseng” cari ff myungsoo eh ketemu dj blog ini 😀 keren thorrrr!!!!! Lucu abis sumpah dehh 😀 kocak.. naneun nya jempalitan kek orgil :v hahaha #abaikan-_- .. mungkin aku jdi reader baru 😀 insyaAllah gak jdi silent reader ^^ hehe… annyeong

  6. ffnya bagus thor :3 baru baca awal2nya dulu sih, lanjut lagi habis ini, tapi gatel mau komen dulu hehehehe
    tapi btw jadi pas itu apartemennya diupgrade, penghuninya masih tinggal disana apa gimana deh? .-.

Leave a reply to Aprilia Riska Cancel reply