[Chapter 4] Forbidden Love

Forbidden Love

We shouldn’t have lived in the same building.

by Shinyoung (ssyoung)

Main Cast: Kim Myungsoo & Son Naeun || Support Cast: Kim Jongin & Jung Krystal || Genre: School Life & Romance || Length: Chapter 4/? || Rating: Teen (PG-15) || Credit Poster: goldenblood || Disclaimer: Casts belong to God. No copy-paste. Copyright © 2015 by Shinyoung.

Chapter 4 — Master of Music

Prologue | Characters | 1 | 2 | 3

*

“Son Naeun?”

Ne, ssaem?

“Kau mau aku memberimu hukuman tambahan?”

“Tidak, ssaem!” jawab Naeun santai sambil memberikan senyum terbaiknya. Gadis itu lantas segera membungkukkan tubuhnya.  Ia mendongakkan wajahnya lalu menatap laki-laki yang berdiri di depan sana dengan tajam. “Kalau begitu, silahkan dilanjutkan, Tuan muda.”

Hyuna menghela nafas panjang. Ia menolehkan kepalanya pada murid baru tersebut dan tersenyum tipis. “Nah, kau bisa memperkenalkan dirimu sekarang.”

Laki-laki tersebut menganggkukakn kepalanya pelan. “Perkenalkan, aku Kim Jongin.”

Setelah itu, murid-murid langsung ternganga. Tidak pernah mereka menemukan murid yang memperkenalkan dirinya sesingkat itu. Bahkan, Hyuna yang berlaku sebagai guru pun terkejut bukan main.”

“Sudah? Hanya segitu? Kau tidak mau menjelaskan hal lainnya?” tanya Naeun tak percaya. Lagi-lagi gadis itu bersuara dan membuat murid-murid menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka tahu Naeun tidak akan berhenti begitu saja. “Kau tidak pernah memperkenalkan dirimu, ya?”

“Son Naeun!”

Arasseo, ssaem. Jangan begitu denganku,” ujar Naeun sambil tersenyum ke arah Hyuna. Gadis itu menyelipkan rambutnya di balik telinganya. “Tenang saja, aku selalu mendoakan agar hubunganmu dengan Jang ssaem berjalan lancar. Aku pastikan kalian punya dua anak yang tampan dan cantik!”

“Ey, Son Naeun,” Hyuna tertawa pelan menanggapi Naeun. Hyuna kini kembali beralih pada murid baru yang bernama Kim Jongin tersebut. “Baiklah, kalau kau sudah selesai. Sekarang kau duduklah di samping Kyungsoo.”

Mata Jongin menatap lurus ke arah yang ditunjuk oleh Hyuna. Yang dimaksudkan oleh Hyuna adalah bukan tepat di samping meja Kyungsoo. Setiap murid duduk sendirian, jadi wajar saja jika Hyuna menggunakan Kyungsoo sebagai patokan meja kosong yang berada di barisan belakang.

Laki-laki itu lantas menganggukkan kepalanya lalu membungkuk sebentar dan melangkah menuju barisan belakang. Murid-murid yang berada di barisan belakang tentu saja adalah barisan murid-murid yang senang berbicara. Jongin tidak peduli hal tersebut, setidaknya dia mendapatkan tempat duduk.

“Kalau kau tidak suka dengan tempat duduk tersebut, bersabarlah karena bulan depan aku akan melakukan pergantian tempat duduk,” kata Hyuna.

Mendengar hal tersebut, murid-murid langsung protes kepada Hyuna.

Ssaem! Kami tidak bisa duduk sesuai pilihan kami?”

Ssaem! Jangan begitu.”

“Dengar,” Hyuna menengahi keributan tersebut. “Kalian sudah duduk di kelas 2. Apa kalian akan terus bertingkah sesuai dengan keinginan kalian? Tidak, bukan? Aku akan melakukannya bulan depan alias dua minggu lagi. Ah, ya, bagaimana dengan tugas penelitian kalian? Apa kalian sudah memulainya?”

“Sudah,” beberapa murid menjawab seperti itu. Namun, beberapa murid memilih diam tak menjawab pertanyaan tersebut.

Hyuna hanya menganggukkan kepalanya. “Ah, Kim Jongin.”

Laki-laki itu mendongakkan wajahnya. “Ya?”

“Kau sekelompok dengan Kim Myungsoo dan Son Naeun. Lebih lengkapnya lagi, kau tanya saja pada mereka. Mereka akan menjelaskannya padamu.” Hyuna melirik Naeun yang ingin protes segera membatalkan niat gadis tersebut. “Tidak ada protes, Son Naeun. Kau tidak lihat Kim Myungsoo? Dia tampaknya menerima saja dengan keputusan ini.”

“Aku juga setuju dengan Son Naeun,” jawab Myungsoo datar.

“Jangan bercanda, Kim Myungsoo,” sahut Hyuna. “Sudah, ya, setelah ini kalian ada pelajaran Son seonsaengnim, bukan? Ketua kelas?”

“Ya!” Woohyun menjawab lalu bangkit dari kursinya. “Salam!”

“Terima kasih, seonsaengnim.”

 

 

“Kau sudah gila?”

“Apa?”

“Kau tidak mau berbicara dengan Hyuna ssaem?”

Myungsoo menggeleng. “Aku tidak mau mendapatkan masalah,” kata laki-laki itu sambil tersenyum tipis. Dalam sekejap ekspresinya berubah ketika mendapati sesuatu di balik Naeun, lantas laki-laki itu menarik Naeun dan mengajaknya berlari.

Naeun memekik kesal. “YA! Apa-apaan ini? Kenapa harus lari?” tanya Naeun bingung sambil menoleh ke belakang mencari-cari sesuatu. “Kita dikejar siapa? Oh, ayolah!”

Myungsoo hanya diam lalu menarik gadis itu memasuki sebuah ruangan. Naeun mendapati bahwa  ruangan tersebut adalah ruangan band yang sudah tak terpakai. Tidak ada yang tertarik dengan band karena SMA Skoolite sendiri tidak memiliki izin untuk meneruskan band tersebut di luar sekolah.

Naeun yang terengah-engah pun langsung menatap Myungsoo kesal. Gadis itu menarik rambut Myungsoo. “YA! Kenapa kau mengajakku kalau hanya kau saja yang dikejar, huh? Seenaknya saja menarik orang!”

Myungsoo meringis pelan sambil menggosok-gosok kepalanya. “Tidak perlu menarik rambutku juga.” Laki-laki itu memutar bola matanya. “Kalau aku tidak mengajakmu, aku yakin kau pasti akan menyebutkan ke arah mana aku berlari. Jika kau ditanyakan ke mana aku berlari, kau pasti akan menjawabnya, bukan?”

Naeun terdiam sejenak. “Benar juga. Aku pasti akan menyebutkan kemana kau berlari. Jadi, karena itu kau mengajakku juga?”

“Iya.” Myungsoo melirik gadis itu kesal. “Kau tahu? Siapa yang mengejarku? Jung Krystal. Kau mau dia mewawancaraimu? Tidak, bukan? Karena itu aku menyelamatkanmu darinya. Kau harusnya berterima kasih padaku bukan marah-marah.”

“Ah… Gadis itu. Dia benar-benar gila. Semenjak aku mendapatkan tugas untuk membersihkan gudang bersamamu, dia selalu mengejarku,” ujar Naeun kesal. “Seharusnya aku tidak pernah melibatkan diriku untuk bermasalah denganmu. Aku benar-benar menyesal! Sangat menyesal!”

Setelah itu, Naeun melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Myungsoo sendirian termenung. Laki-laki itu berpikir sejenak. Bukankah dia yang justru sering mendapatkan masalah semenjak Son Naeun mengajaknya bicara? Dia benar, seharusnya dia tidak pernah berbicara dengan gadis aneh itu atau mungkin, seharusnya dia tidak pernah tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Naeun.

Jika saat itu, dia memilih apartemen yang lebih jauh daripada sekolahnya dan tidak mengikuti keputusan ayahnya, mungkin dia tidak akan pernah bergaul dengan Son Naeun atau mungkin sekelas dengan gadis itu.

“Wah! Kim Myungsoo!”

Myungsoo bergidik lalu menoleh ke arah pintu dan mendapati Krystal yang sudah berdiri di sana dengan senyum manisnya—batalkan ucapan tersebut karena Myungsoo tidak pernah setuju dengan sesuatu yang memuji Jung Krystal. Myungsoo mendecak pelan dan melangkah mendekati pintu ruangan band dan meninggalkan Krystal yang ternganga tak mengira Myungsoo akan melakukan hal tersebut.

“Kim Myungsoo!”

“Hentikanlah!” tegur Myungsoo kesal saat Krystal meraih lengannya dan melepaskan lengannya dari gadis itu. “Jung Krystal, jangan pernah dekati aku lagi. Pergilah.”

YA! Kau kenapa? Kemarin-kemarin kau diam saja saat aku melakukan ini padamu? Kau bahkan tidak pernah berbicara denganku apabila aku mendekatimu!” kata Krystal sambil menatapnya sedih. “Oh! Jangan-jangan kau seperti ini karena Son Naeun, ya?”

“Berhentilah mengatakan yang tidak masuk akal,” jawab Myungsoo sambil mendorong tubuh gadis itu agar menjauhi dirinya.

Beberapa murid memperhatikan mereka dan menggunjing mereka karena mereka tahu Krystal tidak akan pernah bisa mendapatkan Myungsoo. Laki-laki itu bahkan tidak suka berada di dekat Krystal atau Myungsoo saja kabur saat melihat Krystal yang dari jauh sudah menyapanya.

Setelah Myungsoo mendorongya, Krystal pun terdiam di tempatnya, lalu menatap Myungsoo sebal. Gadis itu mendengus pelan sambil tersenyum miring.

“Lihat saja Son Naeun! Aku akan memberimu pelajaran!”

 

 

Sudah selama setengah jam mereka berada dalam taksi. Tak hanya itu, tak ada satu pun dari mereka yang mau duduk di depan. Naeun yang berada di tengah rasanya ingin memarahi kedua laki-laki itu. Ia merasa sangat menyesal karena memilih untuk menaiki taksi bersama mereka.

Kenapa mereka berada harus duduk di belakang?! Setidaknya salah satu dari mereka duduk di depan!

Naeun melirik ke kanan dan ke kiri secara bergantian lalu menghela nafas pelan. Rasanya, dia ingin menendang dua orang yang ada di sisinya ini karena tidak mau mengalah demi dirinya. Di sisi kirinya ada Kim Myungsoo yang sedang duduk sambil melipat kedua tangannya dengan wajah dinginnya dan di sisi kanannya ada Kim Jongin yang sedang duduk sambil menatap ponselnya.

Haksaeng, apa tidak ada satu pun dari kalian yang mau duduk di depan?” tanya sang supir taksi yang daritadi melirik ke belakang dan memperhatikan Naeun dengan prihatin. “Itu, teman kalian yang perempuan tampaknya kesakitan.”

“Dengar? Kenapa tidak ada satu pun dari kalian yang mau duduk di depan, sih?” tanya Naeun kesal. “Aku duduk di belakang karena aku memang suka duduk di belakang. Setidaknya, kalian duduk di depan!”

“Kau yang aneh, Son Naeun.” Myungsoo kali ini bersuara. “Kalau kau mau duduk dengan bebas, kau lah yang duduk di depan dan biarkan kami duduk di belakang.”

Arasseo! Aku duduk di depan! Kau puas?”

“Sangat.”

Setelah itu, Naeun pun pindah ke depan lalu menghela nafasnya panjang. Gadis itu melirik sang supir taksi dan mulai bertanya-tanya karena mati kebosanan menunggu kemacetan yang tak kunjung selesai.

“Apa masih jauh, Pak?”

“Tidak, Nona,” jawab pria itu sambil menggeleng. “Seharusnya jam segini tidak macet. Tapi, sepertinya ini terjadi karena hari ini ada festival di dekat museum musik.”

“Benar kah?”

“Iya.” Pria itu mengangguk. “Itu, dari tadi siang dan banyak mobil yang datang ke museum. Kalau kalian mau cepat, lebih baik turun saja dari sini dan jalan ke sana. Bagaimana? Sekitar 800 meter lagi untuk sampai di museumnya.”

“Ya sudah, kita turun saja, Pak,” Naeun memutuskan. “Ini uangnya.”

“Terima kasih, ya.”

Ketiganya pun turun dari taksi tersebut dan mulai melangkah di trotoar menuju museum tersebut. Hari ini pertama kalinya mereka bekerja bertiga karena sebelumnya Naeun dan Myungsoo telah memutuskan untuk mengerjakan beberapa penelitian melalui internet dan mereka mengerjakannya di apartemen Naeun.

Jongin yang masih sibuk dengan ponselnya dan mengikuti Myungsoo dan Naeun yang berada di depan sana. Keduanya tampak membicarakan sesuatu, namun Jongin tidak mengusik mereka. Hari ini adalah hari pertamaya sekolah dan dia sudah mendapatkan tugas tambahan dengan dua orang yang tinggal di samping apartemennya.

Walaupun mereka teman sekelasnya, Jongin tampaknya tidak ingin melibatkan dirinya. Ia membaca pesan yang daritadi terus mengganggunya.

YA! Kim Jongin!”

Laki-laki itu terkejut dan langsung mendongakkan wajahnya. Ia mendapati Naeun yang sudah memasang wajah kesalnya, lantas laki-laki itu menyimpan ponselnya kemudian menyusul keduanya.

“AH! Benar-benar, kenapa aku harus sekelompok denganmu?”

“Bukannya Guru Hyuna yang menentukannya?”

“Iya, memang benar! Seharusnya kau tidak pindah ke sekolah ini atau ke kelasku!”

 

 

Dongwoon merapikan kertas-kertas yang bertumpuk di mejanya. Tak sengaja, selembar kertas terjatuh dari mejanya. Ia pun menyadari kertas tersebut merupakan informasi mengenai murid baru yang dititipkan oleh Hyuna padanya siang itu. Guru muda itu tampaknya lupa memintanya kembali dari Dongwoon.

Pria itu membaca informasi yang terdapat pada selembar kertas tersebut. Dengan teliti, ia membaca satu persatu informasi yang ada di sana. Dari nama, tanggal lahir, asal sekolah, hingga kemampuan laki-laki itu. Setelah selesai membacanya, ia meletakkan kacamatanya dan menghela nafas pelan.

Lantas, ia menyimpan kertas tersebut di dalam tasnya dan melangkah keluar dari ruangan guru yang telah sepi itu. Ia mengambil ponsel dari dalam tasnya dan menghubungi nomor Naeun yang ia simpan dalam daftar favoritnya.

“Halo, Naeun?”

“Ne, waeyo? Tidak biasanya kau menelponku.

Dongwoon tersenyum tipis kemudian memasuki mobilnya. “Sebentar, aku mau pasang headset dulu. Aku mau mengendarai mobil. Oh ya, ngomong-ngomong, kau sudah bertemu dengan tetangga baru kita itu?”

Kenapa kau menelponku sambil mengendarai mobil. Hati-hati, ya!

“Kau belum menjawab pertanyaanku, Bodoh!”

Naeun mendengus disana. “Ya! Aku sudah bertemu dengannya. Ada apa dengannya? Kau mau mengunjungi apartemennya? Sok beramah-tamah dengannya? Cih, aku tidak mau melakukannya! Dia menyebalkan dan dia tidak membantu sama sekali! Aku sangat-sangat-sangat menyesal sekelompok dengannya.”

Dongwoon mengerutkan keningnya, lalu mulai melajukan mobilnya. “Apa yang salah dengannya? Bukannya dia baik-baik saja? Tadi pagi aku sudah bertemu dengannya karena dia menyerahkan berkas-berkasnya padaku. Ah, kau tahu? Dia adalah musisi.”

APA? Musisi? Tidak mungkin! Tunggu, kenapa kau baru bilang sekarang, Oppa! Padahal, kalau dia musisi, kami tidak perlu susah-susah pergi ke museum untuk melakukan penelitian! Dasar laki-laki menyebalkan!

“Siapa yang kau maksud?”

Tentu saja kalian berdua! Kau tidak memberitahuku bahwa dia adalah musisi dan dia justru diam saja saat aku mengajaknya ke museum!

“Aku baru saja tahu karena aku baru membaca informasinya. Dia sebelumnya sekolah musik dan dia juga terampil dalam menari. Kau yakin kau sebal sekelompok dengannya? Dia bisa membantu banyak dan kalian bisa menyelesaikan tugas kalian dalam sekejap.”

Tentu saja! Kenapa kau baru memberiku informasi ini? Ya sudah! Aku mau ke rumahnya!

“Tunggu! Kau sendiri?” tanya Dongwoon tidak percaya.

Tentu saja tidak! Aku pergi dengan Myungsoo. Aku tidak mau pergi sendiri.

Dongwoon menghela nafas panjang. “Bagus lah. Ya sudah, jangan lupa masak makanan. Aku belum makan sama sekali.”

Iya!

 

 

“Myungsoo!”

Naeun menggedor-gedor apartemen tersebut dengan kesal. Padahal, dia sudah memberi tahu Myungsoo melalui LINE bahwa dia akan mengunjungi apartemen laki-laki itu dan jelas-jelas laki-laki itu sudah membaca pesan LINE-nya.

Dengan kesal, Naeun akhirnya kembali menekan tombol bel yang ada di sampingnya berkali-kali hingga akhirnya terdengar suara dari dalam membuka pintu apartemen tersebut dan gadis itu langsung berdiri di depan pintu itu.

YA! Kau sudah membaca pesan LINE-ku, bukan?”

“Berisik sekali kau ini. Iya, aku sudah membacanya, bukan berarti aku harus saat itu juga membukakan pintu untukmu. Memangnya aku perempuan seperti kau?” tanya Myungsoo saat itu juga. “Bagaimana kalau ternyata aku akan melakukan hal-hal yang tidak-tidak padamu? Apa kau mau aku membuka pintu saat itu juga?”

Naeun terdiam sebentar. “Tidak.”

Myungsoo menghela nafas kesal kemudian mendorong kening gadis itu pelan. “Ayo. Kau bilang kau mau ke apartemen Jongin, bukan? Sekarang aku mau tanya, ada perlu apa kau mau ke apartemennya?”

Naeun tak menanggapi dorongan yang diberikan oleh Myungsoo pada keningnya, ia justru menyelinapkan tangannya ke dalam saku celana training yang ia kenakan. “Jadi, kakakku baru saja menelponku dan mengatakan bahwa sebenarnya Jongin adalah seorang musisi. Maksudku, untuk apa kita repot-repot pergi ke museum untuk meneliti semuanya? Dia pasti tahu segalanya, bukan?”

Myungsoo mendesah berat lalu mengangkat bahunya. “Mana aku tahu. Ada kemungkinan bahwa dia tidak tahu apa-apa dan kenyataan bahwa dia hanyalah seorang musisi. Memangnya dia sekolah di sekolah khusus musik?”

“Aku tidak tahu karena itu aku memintamu untuk menemaniku kesana. Mana mau aku pergi ke sana sendirian! Aku juga perempuan. Bisa-bisa orang menganggapku gadis yang tidak-tidak memasuki apartemen laki-laki baru seperti dirinya.”

“Lalu, apa yang kau lakukan sekarang di depan apartemenku? Bukan kah aku juga laki-laki?” tanya Myungsoo sambil menaikkan alisnya. Laki-laki itu juga mendekati wajah Naeun dan membuat gadis itu langsung melangkah mundur. Tak hanya itu, Myungsoo menangkap semburat merah di pipi Naeun yang tidak terlalu terlihat akibat sedikitnya penerangan.

Ya!” pekik Naeun tertahan karena dia takut tetangga lain mendengar pekikannya. Ia pun memilih untuk memutar bola matanya, kemudian menarik tangan Myungsoo keluar dari apartemen tersebut. “Ayo, sekarang temani aku. Jangan menunda-nunda!”

Myungsoo hanya menghela nafas kemudian menutup pintu apartemennya sebelum Naeun benar-benar menariknya menuju pintu apartemen 203 milik Jongin. Keduanya berdiri di depan sana. Naeun melirik Myungsoo meminta laki-laki itu memencet bel apartemen milik Jongin.

Tak lama kemudian, pintu apartemen pun terbuka dan terlihatlah Jongin yang menggunakan pakaian tidurnya. Tampaknya, laki-laki itu sudah bersiap untuk tidur. Laki-laki itu menatap keduanya bingung dan pandanganya beralih pada tangan Naeun yang menggenggam pergelangan tangan Myungsoo.

Menyadari bahwa Jongin melirik tangannya, Naeun pun sadar bahwa ia belum melepaskan genggaman tangannya. Cepat-cepat, Naeun melepaskan tangan kanannya dari pergelangan tangan kiri Myungsoo. Keduanya pun langsung menjaga jarak.

“Ada apa?”

“U-um, aku ingin bertanya padamu,” jawab Naeun sambil melirik-lirik Myungsoo yang sama sekali tidak peduli untuk membantunya. Naeun hampir saja ingin menyenggol Myungsoo untuk membantunya berbicara, namun ia mengurungkan niatnya ketika melihat wajah Jongin yang tampak santai.

“Naeun-ssi, kau mau tanya apa padaku? Ini sudah malam.”

“Um, apa benar kau dulu sekolah musik?”

Jongin terdiam sebentar, lalu melirik Myungsoo sebentar, kemudian kembali menatap Naeun dan tersenyum tipis. “Iya, benar. Dari mana kau mengetahui hal tersebut? Apa ada murid di kelas yang memberitahumu tentang hal tersebut?”

Naeun menggeleng dan tersenyum lebar. “Bukan! Kakakku yang memberitahuku. Dia bilang bahwa kau adalah seorang musisi. Lalu, bagaimana jika kita menyelesaikan tugas penelitian kita besok? Kau bisa kan membantu? Aku yakin kau tahu segalanya tentang musik!”

Jongin terkekeh pelan. “Ah, kakakmu?”

“Iya, dia adalah guru di SMA Skoolite. Namanya Son Dongwoon. Kau bisa kan membantuku untuk menyelesaikan tugas kelompok kita?”

“Tentu. Kau hanya perlu memberitahuku apa saja yang harus aku beri tahu padamu. Besok aku akan membawa buku-bukuku dari sekolah lamaku kalau kau mau. Apa semakin cepat maka semakin bagus nilainya?”

“Tentu saja! Kalau kita bisa mengumpulkan tugasnya minggu depan saat pelajaran Guru Hyuna, kita akan mendapat nilai paling tinggi di antara yang lain,” jawab Naeun bersemangat.

Di saat Naeun sudah melompat-lompat girang, Myungsoo hanya mendengarkan mereka berdua tanpa semangat. Ia tidak mau ikut campur, lebih baik dia menyelesaikan tugas ini sehingga dia tidak perlu berlama-lama dengan kelompok ini. Semakin lama dia bergabung, semakin lelah juga dia menghadapinya.

“Baiklah. Kalau begitu, kau bisa beritahu aku materinya melalui LINE.”

“Oke!”

Setelah itu, Naeun dan Myungsoo mengucapkan selamat tinggal pada Jongin. Sebelum Jongin benar-benar menutup pintunya, Myungsoo menahan pintu apartemen tersebut dan membuat Jongin langsung tersentak pelan. Namun, laki-laki itu langsung tersenyum tipis saat melihat Myungsoo.

“Ada apa?” tanya Jongin pelan.

“Jangan sakiti Son Naeun. Aku tau kau akan melakukan hal itu padanya.”

Jongin mengangkat alisnya, lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Apa dengan pernyataan tersebut, kau mengakui bahwa kau meyukai Son Naeun?”

Myungsoo mendengus. “Tidak, aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menyukainya. Aku hanya tidak mau sahabat lamaku menyakiti gadis lain. Juga, aku ingin kau pindah dari sini kalau kau bisa. Aku tidak mau melihat wajahmu.”

Jongin tersenyum. “Kalau kau mau itu, maka sebaiknya kau lindungi gadis itu karena aku tidak akan segan meninggalkan gadis itu.”

 

 

Naeun melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur sambil menatap layar ponselnya dalam-dalam. Ia mengecek satu persatu daftar kontak yang ada di ponselnya. Dia yakin bahwa dia sudah menyimpan nomor Jongin di dalam ponselnya, namun dia tak menemukan satu pun nama Jongin.

Masalahnya adalah dia juga tidak tahu ID LINE milik Jongin. Dia tidak menyetel aplikasi LINE-nya agar terhubung dengan kontak ponselnya. Dia menepuk keningnya dengan punggung tangannya sedikit kesal, kemudian kembali fokus mencari nama sang pemilik nomor yang ia lupakan itu.

KimJongiin: Jadi apa saja yang harus aku siapkan besok?

Naeun langsung membulatkan matanya begitu melihat sebuah notifikasi pesan LINE yang muncul di layar ponselnya. Gadis itu memekik pelan dan sedikit girang karena akhirnya laki-laki itu lah yang mengiriminya pesan dahulu.

Naeunie94: Menurutmu? Bisakah kau memberiku saran?

KimJongiin: -_-

Naeunie94: Aku pikir kau orangnya dingin

KimJongiin: Siapa bilang?

Naeunie94: ‘Aku pikir’. Artinya kata siapa?

KimJongiin: Don’t judge someone else by covers

Naeunie94: Bisa juga. Bagaimana dengan penelitian musik?

Kim Jongiin: Lupakan saja. Aku masih ingat semua materinya. Kau pikir aku sekolah untuk sia-sia saja?

Naeunie94: Kk. Maaf XD

KimJongiin: Santai saja J Kenapa kau tegang sekali?

Naeunie94: Tidaak. Aku hanya minta maaf padamu. Kau ini

KimJongiin: Kau tidak tidur?

Naeunie94: Aku tidur malam biasanya

KimJongiin: Tidak baik perempuan tidur malam

Naeunie94: Perhatian sekali kau, ck

KimJongiin: Aku memang perhatian pada perempuan

Naeunie94: Dari tampangmu sih tidak. Tapi, boleh juga

KimJongiin: Memangnya ada apa sih dengan tampangku? Tampangku baik-baik saja. Nih, kalau kau tidak percaya.

KimJongiin: *send a photo*

Naeunie94: YA! Itu benar-benar kau?

Naeunie94: Aku tidak percaya bahwa itu kau! Oh, yang benar saja!!

KimJongiin: Percaya atau tidak, memang itu aku.

Naeunie94: Lupakan lah! Aku mau tidur

KimJongiin: Tadi kau bilang kau tidur malam. Senin nanti mau berangkat denganku?

Naeunie94: Boleh juga. Kebetulan aku bosan mengajak kakakku

KimJongiin: Pukul berapa kau berangkat?

Naeunie94: Biasanya jam 7 lewat 15

KimJongiin: Baiklah. Aku akan menghampiri apartemenmu saat berangkat

Naeunie94: Ok! Sampai hari Senin.

KimJongiin: Sampai nanti^^

Setelah itu, Naeun menyimpan ponselnya di dekat meja yang ada di samping tempat tidurnya. Ia tertawa puas saat kembali melihat foto Jongin yang hanya menggunakan kaus dalam dan ia mengikat poninya menjadi satu lalu bergaya dengan wajah dibuat-buat. Laki-laki itu juga menggunakan kacamata yang lensanya terdapat sepasang mata unik.

Naeun tertawa pelan sebelum ia benar-benar melelapkan dirinya dalam tidur malam tersebut.

 

 

“Apa yang kau lakukan sepagi ini, Kim Myungsoo?”

“Aku berangkat sekolah denganmu.”

“A-apa? Aku sudah berjanji pada Jongin—“

“Tidak! Kau harus berangkat sekolah denganku, intinya.”

“Ada apa ribut-ribut?”

Pertanyaan Dongwoon langsung membuat Naeun dan Myungsoo menutup mulut mereka masing-masing. Dongwoon melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen dan menemukan sosok Myungsoo yang sudah berdiri di depan pintu dengan seragam. Tentu saja, guru muda itu langsung menatap Myungsoo bingung.

“Selamat pagi, Hyung.

“T-tunggu! Apa katamu tadi?” Naeun melotot ke arah Myungsoo. “Hyung? Sejak kapan kau memanggil kakakku dengan sebutan Hyung? Memangnya kakakku mengizinkanmu untuk memanggilnya seperti itu saat di luar sekolah, hah?”

“Aku yang meminta padanya, Son Naeun,” Dongwoon menjawab sambil menyentil kepala Naeun pelan. Tentu saja, gadis itu langsung meringis, namun Dongwoon tidak mengusiknya karena dia justru melangkah mendekati Myungsoo dan membukakan pintu apartemennya lebar-lebar untuk Myungsoo. “Ayo, masuk, Myungsoo. Aku kira kau tidak akan datang. Mulai hari ini kau akan sarapan dan makan malam di sini. Kalau kau tidak keberatan, kau bisa pindah ke sini.”

Oppa?! Kau bercanda, bukan? Tidak mungkin Kim Myungsoo akan tinggal di sini!”

“Melihat keadaannya, sepertinya mungkin karena aku hanya perlu membayar uang apartemen pada Dongwoon hyung. Lagi pula, aku merasa bosan tinggal sendirian, kalau di sini aku bisa berbicara padamu atau Dongwoon hyung,” Myungsoo menjawab tanpa beban dan tak ada aura dingin dari cara bicaranya.

Tentu saja, mendengar hal tersebut membuat Naeun langsung terheran-heran. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Myungsoo, namun yang pasti dia telah mengalami hari yang buruk pagi ini. Melihat sosok Myungsoo yang tiba-tiba berubah menjadi baik dan cerah daripada biasanya. Dia seperti menemukan Myungsoo yang lain.

“Ayo! Masuk,” ajak Dongwoon dan Myungsoo menurut. Naeun hanya bisa menatap keduanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti. Ia menutup pintu apartemennya, lalu mengikuti kakaknya dan Myungsoo menuju ruang makan. Gadis itu mengambil ponselnya yang terletak di dekat televisi.

Ia membuka ponselnya dan segera mengetikkan pesan pada Jongin.

Naeunie94: Jongin, maafkan aku! Hari ini aku berangkat sekolah dengan Myungsoo.

KimJongiin: Dengan Myungsoo?

Naeunie94: Iya, dengan laki-laki menyebalkan itu.

KimJongiin: Ya sudah, aku berangkat sendiri.

Naeunie94: Maafkan aku, ya T.T

KimJongiin: Santai saja, haha XD

Setelah itu, Naeun memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Ia memperhatikan ruang makan dimana kakaknya dan Myungsoo tengah asik berbincang-bincang tanpa beban. Dia bahkan mendengar beberapa kata bahwa Dongwoon telah meminta Guru Hyuna untuk menghentikan hukuman ‘membersihkan-gudang-selama-seminggu’.

“Yang benar, Oppa?”

“Tentu saja. Aku melakukannya karena Myungsoo memintaku.”

“T-tunggu?! Apa? Myungsoo?” tanya Naeun tidak percaya. Naeun menatap kedua laki-laki itu secara bergantian, lalu menghela anfas berat. “Sebenarnya kau ini kakakku atau kakaknya, Oppa?! Saat aku memintamu, kau tidak mau melakukannya dengan alasan aku pantas mendapatkan hukuman itu! Sekarang, giliran Myungsoo yang memintanya, kau memberikan hal itu padanya semudah kau membalikkan tangan!”

“Itu karena Myungsoo telah bekerja keras. Kau?”

“Bekerja keras, apa maksudnya?”

“Aku tidak pernah remedial dalam pelajaran Biologi, Son Naeun,” jawab Myungsoo dengan santai sambil memasukkan sarapan yang telah dibuat oleh Naeun pagi itu ke dalam mulutnya.

Naeun menatapnya dengan pandangan tak percaya. Ia bahkan menggigit bibir bawahnya, seakan ia tidak percaya bahwa Myungsoo benar-benar akan sarapan dan makan malam setiap hari di apartemennya. Ia menatap kakaknya dengan tatapan tajam, namun sepertinya kakaknya tidak peduli sama sekali.

“Kau tidak mau sarapan?” tanya Dongwoon akhirnya.

“Aku jadi tidak bersemangat untuk makan melihatnya ada disini!” kata Naeun kesal.

“Lalu, kau tidak akan makan malam juga?”

Naeun terdiam cukup lama. Hingga akhirnya ia menggelengkan kepalanya menolak pertanyaan Dongwoon. Tidak mungkin dia tidak makan di rumah. Dia tidak akan mendapatkan uang dari Dongwoon jika Dongwoon mau. Dongwoon lah yang mengatur keuangan di rumah, jadi mau tidak mau Naeun harus makan.

“Kalau begitu aku akan berangkat sendiri!”

“Oh, kau yakin? Memangnya kau punya uang?”

Naeun kembali terdiam. Teringat, bahwa dia harus mendapatkan uang dari Dongwoon juga jika dia berangkat sendiri. Setiap hari dia selalu berangkat dengan Dongwoon menggunakan mobil, jadi dia tidak perlu meminta uang. Sekarang, dia ingin berangkat sendiri yang artinya dia juga harus meminta uang dari Dongwoon.

“Ah! Lupakan saja! Oppa membuatku semakin kesal saja!”

Setelah itu, Naeun langsung beranjak menuju ruang televisi. Tak mengusik panggilan Dongwoon yang terus-menerus. Sedangkan itu, Dongwoon hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti kemudian melanjutkan makannya. “Biarkan saja dia. Kalau dia seperti itu, nanti juga dia yang menyesal.”

“Maksudnya?” tanya Myungsoo tak mengerti.

“Dia tidak bisa meninggalkan sarapannya begitu saja. Hari ini kalian upacara, bukan? Kau perhatikan dia saja. Dalam waktu sebentar, dia akan merasa pusing dan pingsan. Jadi, sebaiknya kau menjaganya. Aku percayakan dia padamu,” kata Dongwoon.

“Apa alasanmu mempercayakannya padaku? Kau juga tahu aku pernah melakukan kesalahan sebelumnya. Mengapa kau membiarkannya padaku?”

“Karena aku tahu sebenarnya kau tidak bersalah. Bukan kau yang bersalah. Aku tahu dia lah penyebabnya. Jadi, aku percaya kau pasti bisa menjaga Naeun darinya. Aku tidak mau adikku jatuh di orang yang salah lagi. Terutama, semalam aku mengecek ponsel Naeun dan membaca pesannya.”

“Apa yang mereka bicarakan?”

“Intinya mereka memang membicarakan tentang tugas itu, tapi dia mulai menjalankan siasatnya untuk mengajak Naeun berangkat bersama. Karena itulah aku memintamu untuk sarapan dan makan malam di sini, jadi kau bisa menjaganya setiap hari. Kalau bisa, jangan sampai mereka dekat saat di kelas. Aku tidak mau.”

“Itu lah mengapa kau memberi tahu Naeun mengenai profil aslinya?”

Dongwoon terdiam. “Yang pemusik?”

Myungsoo menganggukkan kepalanya pelan. “Iya, yang pemusik.”

“Ya, lebih cepat lebih baik. Aku tidak mau mereka berlama-lama bersama dalam tugas ini. Padahal aku sudah meminta Hyuna untuk menjauhinya dari adikku, tapi dia tidak bisa karena dalam kelompok seharusnya ada 3 orang.”

“Baiklah, jika kau memang ingin aku menjaganya.”

 

To be Continued 

September 2, 2015— 07:00 P.M.

::::

a.n.: Maaf yaa telat update. Jangan lupa komentar, like, rate, dan segala macam feedback lainnya, ya!♥

19 thoughts on “[Chapter 4] Forbidden Love

  1. wuiihhh,,daebak author-nim,,trnyata myungsoo ma jongin puny msa lalu yg klam nie,,pnsran ma klnjutanny,,please update soonnnn,,,jeballlllll,,!!!!!

  2. setelah sekian lama… akhirnya lanjut juga chap ini
    wow ternyata myungsoo perhatian banget. ternyata jongin dan myungsoo pernah temenan ya…. bakalan rumit tuh kayaknya

  3. akhirnya dipost juga lanjutannya. author mah keren kalo bikin cerita suka sama ceritanya aku. ringan buat dibaca 😀 semangat author 🙂

  4. uuuuu akhirnya update juga 8″) kepindahan jongin terkesan terencana(?) Apa yang sebenarnya ia inginkan(?) Naeunnya juga mulai ngecrush jongin apa gimana ya ((: makin rumit aja. Ditunggu next chapnya author o/

  5. Uuaaa aku telat bcanya :((
    Youung critnya innihh bca bca bca ehh udh tbc saja.. Itu sbernya jongin sma myungsoo knpa ?? Apa prnah ada msalah ?? Penasarann ihh 😦 fightingg young 👏👏

  6. Duh telat baca nih. Hamdalah yah myungsoo bakal deket sm naeun. Gasabar sm klanjutannya. Update yang cpet yaaah thor mwa😙😙😙

  7. finally post jugaaa 😀
    iih ternyata ada masa lalu yang ngga enak antara myungsoo sama jongin.. kok dongwoon tau siih kalo jongin itu jahat? emang dongwoon kenal dimana??? penasaran penasaran thoor, banyak misteri ternyata wkwk udaah deeh naeun sama myungsoo aja 😀 ditunggu banget next partnya thor, kalo bisa jangan lama lama yaaa

  8. TELAT BGT SUMPAH GUA KEMANA AJA SIH YAALLAH BARU TAU ADA UPDATE AN FORBIDDEN LOVE T.T Keren banget plotnya gatau lagi deh mau blg apa😂 myungsoo-jongin mantan sahabat gitu ya? Trus mksd nya “melakukan kesalahan sblmnya” itu myungsoo ngelakuin apasih? trus penyebab sbnrnya itu jongin? Duh penasaran>< myungsoo-naeun nnti jadian juseyoo yaah author? /kedipkedip manja(?)/ biar krystal sm jongin gk ganggu mreka lagi. Trus kaistal jadian deh ehh xD dtggu lanjutannya . Keep writing dan semangat!!!

    • huaah maaf yaa update nya lama hehe. banyak tugas semenjak kelas 11 /padahal mah bilang aja kena wb. duuh makasih banyak yaa ❤ hehehe. sipsiip ditunggu ajaa. makasih udah baca dan komentar! keep reading yaa ❤

  9. Maaf baru sempet komen karna baru aktif lagi di wp 😦
    Aku penasaran hubungan myungsoo dan jongin nih, banyakin moment sweet myungeun lagi yaa
    Keep writing 🙂

Leave a reply to shinyoung Cancel reply