[FF Freelance] You Always Be Here, Right? (Oneshot)

Judul FF: You always be here, right?

Author: beatrixogog

Rating FF: PG-13

Length: oneshotGenre: romance

Main Cast: Seoyu, Lee Donghae

Support Cast: Kim Hyunjoong

Disclaimer: annyong readers. this is my first story. cerita ini juga baru aku posting di wattpad. pas nyoba nulis cerita ini, ugh.. tetap merasakan banyak kendala. aku dapat ide cerita pas dengerin soundtrack “endless love”. mian readers, kalau pernah liat cerita yang model begini, idenya baru muncul lho.  kritik dan saran sangat ditunggu. gamsahamnida 🙂

Oneshot

..this is just a fiction..

Hope u like it, guys J

****

You always be here, right?

PROLOGUE

Di rumah sakit, 21 Februari 2007

“Oppaaaaaaaaa… banguun..” Teriak seorang wanita yang sedang menepuk-nepuk wajah suaminya. Pria itu bergolek tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Kepalanya mengeluarkan banyak darah. Dengan susah payah ia membuka kedua matanya dan tersenyum samar melihat pemandangan indah yang sangat melegakan hatinya.

“Berbahagialah, Seo. Jeongmal mianhe.” Ucapnya pelan. Pria itu seakan terlalu lelah berlama-lama membuka kedua matanya, hingga akhirnya mata itu tertutup rapat.

*****

18 Februari 2012

Seorang wanita sedang duduk di atas pasir putih, memeluk kedua kakinya yang ditekuk ke depan dan menyandarkan dagunya di atas lutut. Matanya menghadap laut sambil menyunggingkan seulas senyum, tipis namun terlihat tulus. Pandangannya yang lurus ke depan membuat orang-orang yang melewatinya berpikir kalau ia sedang menikmati pantulan matahari di tengah laut yang membuatnya bagaikan tumpukan kristal.

Ah.. ternyata tidak. Matanya memang terlihat menatap lurus-lurus ke arah laut, tapi yang ada di pikirannya bukanlah pemandangan cantik itu. Dia sedang membawa dirinya ke masa lalu.

(flashback)

“Oppa, kau ingat tanggal pernikahan kita?” Seoyu bertanya hati-hati sambil menopangkan kepalanya dengan tangan di atas meja kaca.

“Hm?” Hyun bergumam tak jelas.

“Tanggal pernikahan. Oppa, behentilah sebentar, dari tadi kau hanya berkutat dengan laptopmu.” Seoyu tetap menjaga suaranya walau dia sudah agak kesal karena diacuhkan. Bayangkan saja, sudah tiga jam Hyun tidak beranjak dari tempat duduknya, bahkan sampai melewatkan jam makan siang. Sebenarnya Seoyu ingin sekali beranjak dari kursi di hadapan Hyun dan melihat apa yang sedang dikerjakannya. Tapi Hyun sudah memperingatkannya tadi untuk tidak mengganggunya hari ini karena dia sedang sangat sibuk mengurusi bisnis onlinenya. Alhasil, Seoyu hanya menatap lurus ke arah Hyun yang sedang setia menatap layar laptopnya.

“Hhhh…” Seoyu sengaja menghela nafas berlebihan sambil memutar bola matanya. Ehem, sudah 1 menit, pikirnya.

“Hahahhaa, ara ara… Astaga Seo, tolong jangan tampilkan wajah yang seperti itu. Hyun menurunkan layar laptopnya. Aku sedang konsentrasi, kau tau? Iya, aku ingat. Tanggal 18 Februari, lebih tepatnya besok. Jadi?” Hyun memasang wajah datarnya lagi. Wah, cepat sekali ekspresinya berubah, ucap Seoyu dalam hati.

“Eeeng,, apakah kita akan merayakannya? Maksudku, tanggal 18 itu jatuh pada hari jumat. Apakah kau ada kegiatan di luar sehingga kita harus menundanya?”

“Tenang saja. Aku sudah mengosongkan jadwal mulai hari ini. Hyung bilang kalau aku akan sangat sibuk pada hari Senin besok.” Ucap Hyun enteng.

“Benarkah?” Seoyu menatap hyun tak yakin. Wajar memang, apalagi dengan kesibukan Hyun sebagai artis yang menuntutnya untuk selalu pulang di atas jam 10 akhir-akhir ini.

“Jadi kau pikir aku tidak bisa mengingat tanggal seperti itu?” Hyun menarik ujung bibirnya keatas. “Baru setahun, Seo.”

“Ti-tidak.. aku hanya ingin tahu apakah kau mengingatnya atau tidak.” Seoyu sedikit membungkukkan kepalanya. Aduuuuh.. malu banget. Tahu gini, aku nggak jadi nanya, sesal Seoyu dalam hati.

“Aku kan ingin menghabiskan waktuku bersamamu, chagiya.. Hyun terkekeh sambil menarik jemari tangan kanan Seoyu dan menggenggamnya.

“Aaaah, oppa suaramu terdengar sangat mengejek. Panggil aku Seoyu saja. Ara?” Seoyu selalu tidak tahan jika Hyun menggodanya. “Ya! Oppa, lepaskan juga tanganku, oke? Aku harus memanaskan makananmu lagi.”

“Biarkan saja, kau tidak perlu repot-repot menghangatkannya. Hei! Aku bukan anak manja. Lagipula kau yakin hanya ingin menanyakan hal itu? Atau jangan-jangan kau ingin menggodaku, hah? Kau ingin segera menggendong bay?” Hyun tersenyum seduktif dan lantas mencium punggung tangan istrinya.

“Andweeeee.. oppa!” Sunghyo berteriak kegelian. “Aku benar-benar hanya ingin tahu soal itu.” Seoyu menarik tangannya kuat. Yap, berhasil. “Aku ambilkan saja makananmu ke sini kalau begitu.” Dengan langkah terburu-buru Seoyu berbalik menuju dapur.

(end of flashback)

“Oppa..”

“Hei, apa yang kau pikirkan?” Terdengar suara berat dari telinga kiri Seoyu. Tidak, lebih menyerupai bisikan, nyatanya.

Seoyu  tersentak kaget. “Ah, Yeobo. Kapan kau kesini? Kok aku tidak dengar?” Ia berkata seraya  memegang dadanya yang bergerak tidak beraturan. Merasa ada yang janggal, Seoyu tiba-tiba meraba pipinya.

“Omo, aku?” Sunghyo lalu merasakan tangannya dipegang Donghae. Dia lalu menurunkan tangan wanita ini. Diusap kedua pipinya dengan lembut untuk menghilangkan bekas airmata yang belum mengering. Sebenarnya Donghae sudah datang sekitar lima menit yang lalu. Dia tidak bermaksud mengendap-endap. Hanya saja Seoyu seakan terlalu terpaku dengan pemandangan di hadapannya. Padahal, sudah tidak ada orang yang berenang di laut. Jangan-jangan dia….

“Yeobo, kau tidak perlu berpikir yang aneh-aneh atau khawatir padaku. Mungkin karna aku sedang pusing saja.” Seoyu menjelaskan panjang lebar.

“Hehehe… Justru orang berbohong akan mengatakan hal yang sangat ingin disembunyikannya, Seoyu.”

“Ne?” Seoyu menatap mata Donghae yang sulit diartikan olehnya.

“Aku bahkan belum mengatakan apapun, tapi kau sudah berbicara banyak. Coba lihat baik-baik. Apakah aku terlihat khawatir?”

Beberapa detik mereka terdiam terpaku dan akhirnya Seoyu menggeleng pelan. Bagaimana tidak? Ia hanya menemukan tatapan hangat disana.

“Jadi intinya..” Donghae memutuskan kallimatnya dan beralih untuk meletakkan kedua tangannya di atas pundak Seoyu.  Ia menyunggingkan senyum terbaiknya, “Aku tidak membenci masa lalumu, aku tidak meremehkan dia. Aku salut padanya yang mampu untuk menjagamu, meski hanya sebentar. Mungkin Tuhan punya kehendak lain atas kau, Yeobo. Aku harap aku bisa seperti dia yang mampu membahagiakanmu dengan caraku sendiri, tentunya. Aku tidak akan menghalangimu untuk mengenangnya. Tapi..”

“Appa!” terdengar suarateriakan tak jauh dari mereka duduk.

“Ne.” Donghae lantas berdiri dan mengangkat tangannya ke atas. “Ayo kesini Junno!” teriaknya.

“Kau harus selalu tetap melihat kehidupan ini bersama kami, arachi?” Donghae menatap istrinya sebentar, lalu berpaling ke arah Junno, putra pertama mereka.

Seoyu mengangguk seraya tersenyum lebar.

“Appaaaaaaa…. gendooooong” Junno tertawa lebar sambil berlari-lari kecil. Jarak langkahnya yang pendek membuat dia terlihat sangat menggemaskan, sampai-sampai membuat beberapa orang yang lewat menyempatkan diri sebentar untuk sekedar melihat anak itu.

“Sini Junno. Hup.” Donghae langsung mengangkat anaknya tinggi-tinggi. “Anak appa hebat!”

Junno tertawa kesenangan. Dia merasa terbang seperti pesawat mainan kesayangannya.

Seoyu hanya tetap duduk sambil tersenyum menyaksikan pemandangan indah di dekatnya. Benar-benar sempurna, pikir Seoyu. Aku sudah punya malaikat kecil yang harus kujaga bersama Donghae.

“Eh, apa itu?” Seoyu bergumam tidak jelas.

“Mwo?” Donghae lalu duduk di hadapan Seoyu sambil memangku anak kesanyangannya.

“Ini..” Seoyu menyentuh dengan hati-hati benda yang menggantung di leher putranya itu. Sebuah kalung dengan bandul yang unik. Hanya merupakan bongkahan batu kecil berbentuk persegi. Sunghyo membalik batu itu. Ia terkejut melihat bagian belakang batu yang terlihat cekung, tercetak huruf “J” disana. Lalu ada garis pengunci di sekeliling batu memperlihatkan bahwa batu ini memiliki pasangan.

“Tidak mungkin…” Seoyu menutup mulutnya. Donghae menatap bingung istrinya yang terlihat berkaca-kaca. Namun dengan cepat istrinya mengusap kedua matanya dan bertanya kepada Junno seraya tersenyum pahit, “Dimana kamu menemukan ini, sayang?”

“Junno tidak ambil ini, Omma. Ahjussi memberikan ini kok. Junno suka, Ma.” Kata Junno sambil memainkan bandul kalungnya.

“Kamu ketemu dia dimana, sayang? Tanya Seoyu tidak sabaran. Ini tidak mungkin.. Tidak mungkin..

“Itu, disana.” Junno menunjuk rumah putih yang tidak lain adalah tempat penginapan mereka. Sontak Donghae dan Seoyu melihat kearah telunjuk Junno. Tapi, yang terlihat hanyalah rumah.

“Yah, ahjussi gak ada, ma.” Tadi dia lagi duduk di tangga.

“Kenapa kamu dapat kalung, Junno? Junno merengek ya?” Tanya appanya.

“Aniyo, Appa. Kata ahjussi, mata Junno mirip mata omma.”

“Ah, arasseo. Pasti ahjussi memberikan kalung ini untuk menjaga mata Junno agar selalu terlihat cerah seperti ini. Donghae memeluk Junno dengan erat dan menggoyang-goyangkannya. Membiarkan kepala anaknya tergeletak bebas di pundak kirinya.

Seoyu masih menatap tangga depan penginapan itu cukup lama. Seakan berharap menemukan sesosok apapun disana, namun sayangnya tidak ada keganjilan apapun.

“Hhhhh..” Seoyu menghembuskan nafasnya pelan dan menolehkan kepalanya ke tempat Donghae. Ternyata Donghae sedang memperhatikannya dengan tatapan yang sangat teduh. Seoyu pun hanya menyunggingkan senyumnya selebar mungkin seakan berkata –ya, aku merasakan kehadirannya di sini.—

**

Dari kejauhan, ada seseorang yang sedang memandangi mereka. Seorang pria berdiri, melipatkan tangannya di dada sambil menyenderkan pundak kanannya pada pohon kelapa yang cukup besar. Dia hanya mengenakan pakaian tipis berwarna putih dan sebuah kalung.  Kalung bertali perak dengan batu hitam berbentuk persegi kecil. Dia tidak memperhatikan keadaan sekeliling atau mengurusi angin yang sibuk membelai wajahnya. Dia memang tidak perlu untuk melakukan itu, bukan? Cukup dengan memandangi keluarga kecil itu berjalan pulang, sampai akhirnya Donghae menutup pintu penginapan. Dia tersenyum terharu melihat keluarga itu.

Doaku akan selalu menyertaimu dan keluarga barumu, Seo. Sampai jumpa lagi, kata pria itu dalam hati. Ia memejamkan matanya sebentar dan tersenyum tipis. Dengan langkah perlahan, ia pergi meninggalkan pantai tersebut dan menghilang.

^the end^

*****

EPILOGUE

“Oppa.” Seoyu memiringkan posisi tidurnya menghadap Hyun yang sedang membaca komik kesukaannya.

“O?”

“Oppa beli kalung ini dimana? Bentuknya bagus dan tidak terlihat mencolok” tanya Seoyu penasaran sambil mengusap lembut bandulnya.

“Tidak, aku memesannya. Ini sudah lama. Aku membuatnya saat debut dulu. Anggap saja ini jimat keberuntungan hahahhaha..” Hyun bergurau  tak jelas.

“Kau lihat ini” Hyun meletakkan komiknya di atas buffet sebelah tempat tidur lalu tangannya beralih memegang batu itu dan…

“Omo, batu ini bisa terbuka?” Seoyu mengambil sebelah batu yang tidak bertali itu.

“Tentu, ini kan aku pesan khusus. Kau lihat kan ada huruf disana?” Hyun tersenyum misterius.

“J?” Seoyu bergumam tidak mengerti.

“Ne, HJ for Hyunjoong.” Ucap Hyun sambil menunjukkan huruf ‘H’ pada batu yang masih menggantung di lehernya.

“Aaah.. Arasseo” Seoyu mengangguk mengerti. “Oppa, yang ini buatku, ya?”

“Andwe” Hyun menggeleng cepat-cepat.

“Waeyo, Oppa? Kan kau masih punya yang itu.” Seoyu menunjuk dada suaminya.

“Kita sudah punya ini kan?” Hyunjoong menunjukkan jari kanannya. Batu itu akan aku berikan ke anak yang kau lahirkan nanti saat dia sudah bisa berjalan.

“Astaga Oppa, kau berkata seolah-olah aku ini sudah hamil. Kita baru sebulan menikah, Oppa” Ucap istrinya pelan sambil tersenyum malu-malu.

“Hahahaha.. Aku boleh berharap kan?”

8 thoughts on “[FF Freelance] You Always Be Here, Right? (Oneshot)

  1. Huwaa tersentuh banget sm perilaku donghae pd istrinya, kata2nya jg bnr2 so sweet..
    Masa lalu memang bukan untuk d lupakan, namun untuk kita kenang , dan masa depan/ saat ini lah yg harus kamu jaga.

    Untuk Chin>> Hyun nya sdh meninggal

  2. Daebak!! Daebak!! Ini Freelance tapi daebak!! >_< ayo mana authornya ini, ana?? saya mau jabat tangan dia *sumpah ngga penting*

    TAPI, ini serius keren!! Ngga nyesel deh bacanya!! 😀 lanjutkan dengan karya-karya lain yang powerfull ya 😉

  3. terimakasih sudah membaca. saya minta maaf karna tidak bls komentar. jujur, aku baru tau hari ini kalau ceritaku masuk ke web ini gara2 iseng ngetik di gugel hehehe,,, aku kira ceritaku gak ketrima. terimakasih bagi teman yg sdh meninggalkan jejak 🙂

Don't be a silent reader & leave your comment, please!