(OneShot)Black High Hells

Gambar

Tittle : Black high hells

Main Cast:

–        Lee Donghae

–        Im Yoona

Support Cast:

–        Lee Jieun

–        Lauren Hello baby

–        Choi Siwon

–        Tiffany Hwang

||| Genre: Romantic||| Length: One shoot ||| Rating: Pg–15 ||| Disclaimer: Oc Dan Alur Hak Cipta Ada Pada Diri Dan Otak Saya. Sekali Lagi Castnya Hanyalah Milik Tuhan Semata Author Hanya Meminjam Nama,ini adalah FF buatan mimin yang ke sekian ini terinsprirasi dari salah satu kisah dalam buku favorite author yaitu Danur aku suka banget sama kisah ini didalam buku tersebut makanya bikinnya versi aku J belum pernah aku postingin dimana pun jadi jika mendapatkan yang sama seperti ini segera laporkan padaku . hehe typo masih laris di FF ini jadi segera beri komentar jika mendapatkan hal tersebut|||Author : Nasriani Halim (Park Mirin)

yoona POV

 

beberapa hari lagi pernikahanku dengan kekasihku donghae. Setelah hampir 5 tahun menjalani hidup bersama, kami akhirnya memutuskan untuk melangkah kehubungan yang lebih serius lagi setelah ia melamarku beberapa bulan lalu.

ibu dan ayah telah lama menginginkan ini karna ayah sudah terlanjur sangat menyukai donghae yang begitu sangat memperhatikan orang tuaku selain itu umur kami juga yang dirasa sudah cukup matang untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. donghae adalah sosok penyayang bagiku. Aku lupa memperkenalkan calon suamiku Lee donghae. Sosok namja yang tampan bagiku, oh tidak bukan hanya aku tapi juga wanita-wanita lain diluar sana. Aku sangatlah beruntung bisa mendapatkan namja setampan dan baik hati sepertinya.

Hubungan kami berjalan baik-baik saja tak ada yang salah dengan hubungan kami. Pertengkaran? Itu mungkin saja ada namun hanyalah hal kecil yang hanya dalam hitungan jam kami dapat  bercanda tawa kembali. Begitulah dia benar-benar sosok yang hangat. Tak ada hari yang kami kami lewatkan untuk saling berkomunikasi meskipun ia sekarang tetap sibuk dengan pekerjaannya dan membiarkanku mengurus acara pernikahan kami sendiri. Tapi aku bahagia karna disela-sela kesibukannya jika ada waktu luang ia akan datang untuk melihat sejenak ataupun hanya berbicara lewat telpon seperti sekarang ini.

“yeoboseyo? Chagi? Neo oediga?”ucap namja tersebut dengan suaranya yang melegahkan itu.

“sekarang aku sedang menemui tiffany di butiknya. beberapa jam yang lalu ia menelponku untuk datang melihat gaun pernikahanku”ucapku pada donghae dengan sedikit manja. “tadi aku ke kantormu hanya saja kau sedang ada rapat penting jadi aku memutuskan untuk pergi sendiri. Kau tidak marahkan padaku?”tanyaku padanya.

“anyi, kenapa aku yang harus marah? Seharusnya kau yang marah karena aku tak menemanimu”ucap donghae.

aku tertawa kecil mendengar ucapannya. “chagi.. Gomawo..”

“untuk apa?”

“telah mencintaku.. Terima kasih juga telah hadir dalam kehidupanku”

“ne, mian karna tak bisa menemanimu”

“gwenchana~”ucapku yang merasa sedikit kesal karna bahkan gaun hal terpenting bagiku ini tak bisa ia lihat sekarang.

“kau tak apa kan?”

“anyi”ucapku dengan lemas dan wajah yang cemberut melihat kekaca.

“lalu kenapa wajahmu cemberut”

“aniyo~, siapa bilang wajahku cemberut?”ucapku sedikit kesal dan heran mengapa ia bisa mengetahui bahwa sekarang aku benar-benar merasa sedikit kecewa.

“chagi…”terdengar suara seseorang yang kukenali dari arah luar gorden kamar pas baju milik tiffany.

“yakh! Chagi~a”ucapku saat memalingkan wajah mendapati donghae sedang berdiri dengan telpon ditangannya tepat dibelakangku.

“aiiissssh, kau tak senang aku datang?”ucap donghae membentangkan kedua tangannya.

“ahh, jinjja!”ucapku melangkah pelan kepelukannya.

“aku merindukanmu, nona yoona”ucapnya menyapu puncak kepalaku.

“aku juga tuan Lee donghae”ucapku sambil tertawa kecil.

“ahh, kalian selalu saja membuatku cemburu”ucap tiffany yang baru saja kembali dari ruangannya. “apa aku menganggu kalian?”tanya tiffany.

“anyi. Oia, aku suka dengan gaun ini. Apa aku boleh memilih yang ini saja?”ucapku. “bagaimana chagi? Apa ini cocok untukku?”ucapku berputar-putar dihadapan donghae.

Donghae hanya tersenyum dan mengangguk pelan setuju dengan pilihanku.

“kau pasti sangatlah sibuk. jika kau masih punya sedikit waktu mari biar kau coba baju pengantin milikmu”ucap tiffany pada donghae.

“apa milikku sudah jadi?”

“hm, tentu saja”

Saat mengenakan jas pengantinnya ia benar-benar tampan. Meskipun aku setiap saat melihatnya memakai pakaian rapi serta jas namun baru kali ini aku melihatnya berbeda dari yang pernah kulihat. Aku tersenyum padanya menandakan aku benar-benar menyukai jas yang ia kenakan.

anak buah tiffany datang untuk membawakan kemera putih miliknya. Ia meminta kami agar berpose dengan baik karna sejak kembali ke seoul ini pertama kalinya ia menerima pesana gaun pengantin.

“ahh cantik sekali”puji tiffany memandangi kamerannya.

“jinjja?”

ia mengangguk pelan padaku. Aku dan tiffany memangnya tidak terlalu akrab namun saat bersamanya aku merasa aku telah berteman sangat akrab dengannya. Aku mengenalnya dari donghae, kata donghae tiffany adalah kekasih siwon yang tak lain rekan bisnisnya saat di paris.

“oia, apa siwon telah kembali?”tanya donghae.

“ne, tapi pagi tadi ia berangkat ke jeju untuk melihat proyek barunya itu”ucap tiffany.

“ahh, kau pasti sangatlah kesepian sepertiku”ucapku sambil tertawa simpul pada tiffany.

“kau benar, mereka begitu sibuk dengan pekerjaan”balas tiffany sambil tersenyum padaku.

Donghae memutuskan kembali kekantor setelah mendapatkan telpon dari sekertarisnya. Aku enggan berpisah dengannya namun apa daya inilah resikonya mencintai seorang yang super duper sibuk dengan urusannya.

“oh ya, yonaa-ssi.”panggil tiffany yang membuyarkan lamunanku.

“ne”

“ada yang ingin ku tunjukkan”ucap tiffany mengajakku mengikutinya.

Ia menyodorkan sebuah kertas desain sepatu miliknya, sepatu itu terlihat sangat cantikdan menarik hatiku untuk memilikinya.

“kau suka?”

“ahh”ucapku agak sedikit terkejut.

“cocok bukan dengan gaunmu?”

“apa? Hm kurasa juga begitu”

“jika kau mau apa kau memilikinya? Itu sepatu yang sebenarnya ingin kukenakan saat pernikahanku dan siwon tapi..”

“kenapa?”

“entahlah, kurasa aku akan sangat senang jika kau mau mengenakannya”ucap tiffany membujukku. “anggaplah ini hadiah pernikahan untukmu”

“tapi..”

“aku akan sangat sedih jika kau menolaknya”

“jangan berkata seperti itu”

“jadi? Kau mau kan?”

“tapi pernikahanku tinggal hitungan hari lagi. Mana mungkin kau bisa menyelesaikannya secepat itu”

“kau benar. Tapi … aku pasti bisa. Aku berjanji sehari sebelum pernikahanmu kau bisa memiliki sepatu itu”ucapnya menyakinkanku.

***

Setelah beberapa lama mengobrol-ngobrol dengan tiffany, Aku memutuskan untuk pulang ke rumah tapi sebelum itu aku singgah di rumah Lee donghae untuk menemui ibunya yang sebelumnya menelpon memintaku untuk datang ke sana.

Saat sampai disana lauren keponakan donghae telah menunggu didepan gerbang sambil membawa payung. Aku tersenyum keluar dari taksi dan duduk dihadapannya.

“apa yang si cantik ini lakukan diluar sini?”ucapku sambil mencubiti pipinya yang tembem.

“aku sedang menunggu eonni cantik yang berjanji akan membawakan es krim untukku saat ia datang kesini”ucapnya sambil terkekeh.

“jinjja? Secantik apa orang itu? Apa seperti eonni?”ucapku merayunya walaupun ku tau ia sedang menungguku.

“eonni”panggilnya manja membuka payung.

“wae?”

“eonni harus selalu memakai ini jika tidak, cantiknya akan di ambil oleh matahari”ucapnya dengan polos.

“jeonmal?”

“hm”

“kalau begitu kau juga harus memakainya”

“wae~yo?”

“karna kecantikan princess lauren akan di ambil oleh matahari”ucapku padanya sambil tersenyum.

Kami masuk kedalam rumah tapi sebelum itu aku menyerahkan es krim pesanan lauren, saat sampai didalam rumah ibu donghae tengah sibuk di dapur bersama jieun adik donghae. Aku memeluk ibu donghae dari belakang yang membuatnya terkejut.

“ahh, kau rupanya”

“apa ibu sedang sibuk?”

“tidak juga hanya memanaskan sup rumput laut untuk donghae”

“ahh, benarkah? Dia selalu saja merpotkan ibu”

Ibunya tersenyum.

“ahh eonni benar. Oppa selalu saja menelpon untuk di antarkan sup jika ia lembur, aku heran kemana uangnya? Setidaknya kan ia bisa memesan dan tidak terus-terusan merepotkan ibu. Aku juga heran sebentar lagikan pernikahan kalian apa dia tak bisa meninggalkan pekerjaannya sebentar saja”keluh jieun yang setiap saat bertugas mengantar makanan ke kantor donghae saat donghae sedang lembur.

“yakh! Lee Jieun kau tak boleh berkata seperti itu! Bukan karna oppamu itu pelit hanya saja ia hanya menyukai masakan ibu”

“wahh, benarkah seperti itu? Sepertinya aku harus belajar banyak dengan ibu. Jadi donghae tak terus-terusan menyusahkan ibu”

“ibu tak merasa seperti itu, meskipun melelahkan tapi ibu senang karna ia masih menyukai masakan ibu tidak seperti jieun dan lauren yang terus-terusan memesan ke restoran”ucap ibu donghae sambil menuang sup ke dalam tempat makanan yang telah disediakan jieun. “oia, aku menyuruhmu dating karna ibu mempunyai banyak kimchi untuk dibagikan.bawalah pulang, ku dengar ibumu sangat menyukai kimchi jadi ibu membuat banyak untuk dibagi”ucap ibu donghae menuju kulkas dan membawa sekotak besar yang berisi kimchi. “cobalah”sambungnya sambil menyuapkannya padaku.

“massitta”pujiku yang merasakan kimchi itu benar-benar enak.

“jinjja?”

“hm”

Hari semakin malam tak terasa telah berjam-jam aku bercanda dengan ibunya di ruang tamu. Jieun yang baru saja sampai setelah datang mengunjungi salah satu temannya menawarkan agar mengantarkanku pulang, awalnya aku menolak namun ibu donghae memaksa karna hari sudah terlalu larut lagi pula di luar sana cuacanya sangat dingin sehingga ibu donghae khawatir. Aku pamit pulang sambil memegang kimchi yang tadi.

“ibu, aku pergi dulu. Jika besok aku ada waktu luang aku akan datang lagi. Terima kasih atas kimchinya.”ucapku berjalan menuju mobil jieun.

“iya, sampaikan salam pada ibumu”teriaknya saat aku sudah berada dalam mobil.

Mendengar ucapan ibu donghae aku tersenyum dan terburu-buru membuka jendela mobil.

“ne, arraso”ucapku sambil melambaikan tangan padanya.

***

Esok hari pernikahanku dan Donghae, hari ini tiffany menelpon bahwa sepatu yang ia janjikan telah selesai. Jieun adik donghae yang akan pergi mengambil namun jieun baru saja pulang dari sekolah dan aku kasihan padanya aku pun memutuskan mengambilnya sendiri meskipun ibuku melarang untuk pergi namun aku tetap membujuk agar aku boleh pergi menemui tiffany.

“kau mau kemana?”

“eomma, aku tidak enak dengan jieun jika ia harus pergi ke butik setelah pulang sekolah nanti”jelasku pada eomma.

“ biar eomma saja”

“tidak usah, biar aku saja. Aku bisa pergi naik taksi. Ibu tidak usah khawatir”

“yoona~a”

“eomma, tenanglah aku takkan lamasetelah selesai aku akan segera pulang”

“baiklah jika itu maumu, tapi ingat ya setelah selesai cepatlah pulang”

Aku mengangguk sambil berjalan menuju kamarku untuk mengambil tas dan juga jaketku karna kebetulah cuaca sudah mulai memasuki musim dingin sejak kemarin. Ibu lagi-lagi menyarankan agar aku tak pergi namun aku tetap menyakinkannya bahwa takkan mengapa jika aku yang pergi mengambilnya.

Aku tersenyum kearah ibu yang mengantarkanku sampai didepan gerbang. Aku masuk kedalam taksi yang seudah kupesan sebelumnya menuju butik tiffany. Sesampainya disana tiffany terlihat begitu sibuk namun setelah melihatku ia tersenyum dan menghampiriku.

“kau sibuk? Apa aku menganggu?” tanyaku.

“aniyo~, tidak apa-apa masuklah”ucap tiffany mempersilahkan aku masuk. “maaf, tadinya aku yang akan mengantar namun sayang sekali aku sedikit ada masalah dengan gaun-gaun yang akan ku pentaskan malam ini jadi aku tak bisa meninggalkan butik”

“tidak apa-apa”

“semua telah selesai sesuai dengan yang kau inginkan”ucap tiffany saat anak buahnya datang meletakkan sebuah kotak di atas meja. “ini, lihatlah”ucapnya menyodorkan kotak tersebut.

“ahh, ini benar-benar cantik”

“jinjja?”

Aku mengangguk tersenyum padanya. “ terima kasih ya”

“hm, aku juga senang jika kau menyukainya. Lalu, bisakah ini di bilang hadiah untuk temanku”

“tentu saja. Kita bertemankan sekarang? Kuharap kau juga mau berteman baik denganku”

“tentu saja”

“kalau begitu aku pergi dulu, maaf jika aku mengacaukan pekerjaanmu”ucapku bangkit dari tempat dudukku.

“kau tak ingin mencobanya?”

“ah?”

Tanpa banyak bicara aku langsung memasangnya di kedua kakiku sambil berjalan-jalan di dalam butik milik tiffany.

“itu sangat cocok denganmu”ucap seseorang yang baru saja memasuki ruangan.

“oh, donghae~a”ucap tiffany.

“donghae?”ucapku heran dan segera membalikkan tubuhku.

Ia tersenyum padaku.

“katamu kau akan sibuk hari ini?” ucapku sedikit kesal. “apa ini kejutan?”tanyaku.

“kau tak terkejut aku kesini?”ucap donghae merentangkan kedua tangannya.

Aku tersenyum dan melangkahkan kaki ke pelukannya.

“apa kau bahagia selalu menipu setiap saat”

“kenapa kau berkata seperti itu? Bukankah ini kejutan?”

“aku mengerti kau selalu saja seperti ini. Mengejutkanku setiap saat”

Aku melepaskan pelukkannya tampak tiffany tersenyum bahagia kepadaku.

“betapa bahagianya kalian, besok kalian akan menikah”ucap tiffany.

“cepatlah menikah”ucap donghae.

“apa maksudmu? Aku masih harus memikirkan jika ingin menikah dengan orang sesibuk siwon”

“kau benar. Kau harus benar-benar siap menghadapi seorang yang sibuk seperti mereka”sambungku.

“apa maksudmu? Apa kau tak ikhlas menikahiku?”tanya donghae mengerutkan keningnya.

“aniyo~”ucapku kembali memeluknya.

“pergilah berjalan-jalan setidaknya nikmatilah kebersamaan kalian sebelum pernikahan esok”ejek tiffany.

“kau benar”ucap donghae. “kalau begitu kami pergi dulu”ucap donghae.

“terima kasih atas sepatu cantik ini, aku sangat menyukainya”

“hm, terima kasih juga kau sudah menyukainya”

“hm, baiklah kami pergi”ucapku member salam lalu berjalan keluar menyusul donghae yang telah menungguku di luar. “mana mobilmu?”

“tidak ada mobil hari ini”

“apa maksudmu kita akan pulang dengan berjalan kaki begitu?”

“hm, kau tidak mau mengenang masa SMA kita ?”Tanya donghae memegangi kedua bahuku.

“aniya”ucapku lansgung mengandeng tangannya.

Kami berjalan menelusuri trotoar kota yang terlihat sedikit sepi akibat cuaca yang sangat dingin. Donghae tak hentinya memandangiku sambil tersenyum satu sama lain.

“kau kedinginan?”Tanya donghae mearik tanganku kedalam saku bajunya.

“aniya~, jika kau ada disisiku aku takkan merasa hangat sepanjang hari” ucapku sambil tertawa kecil ke arahnya.

Diperjalanan kami menemukan sebuah kedai coffea pinggir jalan, kami singgah untuk membeli coffea lalu kembali berjalan-jalan. Aku sangat senang bisa menikmati hari-hari ini. Sudah hampir beberapa tahun belakangan kami jarang sekali bepergian bersama karna pekerjaan donghae namun ku rasa semuanya terbalaskan saat bersamanya sekarang ini. Terkadang aku merasa sepi jika ia terus saja sibuk dengan pekerjaannya tapi bukan donghae namanya jika tak bisa membuatku terkejut disetiap saat. Jika ada waktu meskipun hanya sebentar ia akan datang menemuiku untuk memelukku dan membiarkan aku melihat senyumnya sejenak kemudian ia akan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Donghae kembali mengejutkanku saat ia membelikan sebuket besar mawar putih favoriteku. Aku berjalan mendekat padanya sambil tak melepaskan senyumku sekali pun. Kami menuju namsan tower untuk melihat gembok cinta kami yang masih terpasang disana.

“itu takkan hilang”ucap donghae merangkulkan tangannya di bahuku.

“seperti kesetiaan kita”ucapku.

Tak terasa kami telah sampai di pinggiran sungai han dimana ia dulu menyatakan perasaannya padaku. Aku berdiri sambil memengangi tas sepatu dan bunga darinya, ia memelukku dari belakang sambil memandangi sungai han yang sangat deras.

“donghae~ya”

“ne”

“besok akan menyenangkan bukan?”

“kenepa kau berkata seperti itu?”

“aniya~ hanya saja aku terlalu takut akan terjadi kesalahan besok.”

“tidak akan, kau adalah istriku yang sangat sempurna”

“istri?”ucapku membalikkan tubuhku ke arahnya. “besok donghae~ya”

“sama saja yoona~ya”ucap donghae kembali memelukku.

Aku berjalan pinggiran sungai menunggu donghae yang sedang menerima telpon dari siwon tak jauh dariku. Aku duduk meletakkan bunga mawar di sebelahku, aku kembali membuka sepatu hitam cantik itu. Tutupnya terjatuh dan tersangkut di selah batu. aku menghela nafas panjang dan hendak mengambilnya namun naas saat itu aku terpeleset dan terjatuh. Seseorang menarik tanganku.

“yoona~ya”panggil donghae memegang erat tanganku. “ulurkan tanganmu”ucap donghae lagi.

Aku diam dan memandangi tangan kananku yang memegang sepatu hitam itu.

“baiklah berikan padaku”ucap donghae.

“donghae~ya, aku takut”

“gwenchana~ aku ada disini”ucapnya mengangguk.

Aku memberikan sepatu tersebut pada donghae namun semua tak berhasil. Kaki donghae terpeleset, aku dan dia terjatuh dalam aliran sungai. Gelap, itu yang kulihat. Aku hanya terus memanggil nama donghae di dalam hatiku. Aku masih merasa tangannya menggengam tanganku. Kami terseret arus yang deras, aku bahkan sudah tak bisa berteriak. Entah berapa banyak air yang masuk di dalam mulutku.

***

“yoona~ya…chagi….chagii…”panggil donghae yang kurasa menepuk-nepuk pipiku.

“di…ng…in”kataku terbata-bata.

“gwencaha~”ucapnya memelukku erat.

“syukurlah kita tak kenapa-kenapa. Apa kau terluka”

Aku menggelengkan kepalaku.

“baiklah bangkitlah dan kita segera pulang”

Hari sudah malam taman terlihat sangat sepi belum lagi cuaca sangat tak mendukung. Aku terbangun di pinggir sungai. Aku memegang wajah donghae yang pucat, ia tersenyum padaku pertanda kalau semua akan baik-baik saja.

Ia membopongku kepinggir jalan untuk memanggil taksi namun tak satupun taksi yang mau singgah mengambil kami. Dengan ekspresi putus asa donghae mengangkatku ke pundaknya.

“kau lebih berat dari yang dulu”ucap donghae yang membuatku sedikit tertawa. “bertahanlah kita akan pulang”ucapnya.

***

Kami sampai di depan rumah donghae, ia memutuskan untuk membawaku kerumahnya karna jaraknya dekat daripada harus ke rumahku. Ia memencet bel namun tak ada satupun yang menjawab. Kami juga sudah mencoba menghubungi mereka namun tak bisa karna ponsel kami terendam air dan tak bisa digunakan lagi. Aku terdiam duduk di tangga, ia menghampiriku dan memelukku sejenak.

“kau masih kedinginan? Kau sangat pucat”

“gwenchana~”

Donghae kehabisan akal dan memutuskan memanjat pagar rumahnya, sedangkan aku menunggunya di luar. Beberapa lama kemudian ia kembali bersama lauren yang memegang selimut.

“eonni, apa kau sakit? Kenapa wajahmu berubah? Apa matahari mencurinya?”ucap lauren polos sambil memekaikanku selimut.

“ayo kita masuk”ucap donghae.

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi aku merasa mulutku seakan beku karena kedinginan. Aku hanya bisa member senyumku pada adiknya yang manis itu. Kami diam di ruang tengah sementara donghae naik ke kamarnya, namun beberapa lama ia turun sambil cemberut.

“maaf kau tak bisa menghangatkan badanmu di kamarku, ku rasa jieun benar-benar tertidur. Tadi pagi aku menitipkan kunci kamar padanya. Aku akan keatas lagi untuk membangunkannya jadi tetaplah disini”

Aku hanya membalasnya dengan anggukkan pelan, ia kembali naik membangunkan jieun. Ia hendak menyuruh jieun meminjamkan bajunya padaku namun kamarnya terkunci. Donghae bahkan sudah berulang kali naik turun hanya untuk memastikan keadaanku.

Malam semakin larut lauren pun tertidur bersamaku di kamarnya. Tak lama terdengar histeris ibu donghae dari halaman rumah. Aku bangkit dan mengintip di balik jendela, kulihat ibunya menangis histeris sambil terus berkata kenapa ini terjadi. Donghae yang masih berada di atas turun ke lantai bawah bersamaan denganku keluar dari kamar.

“ah, chagi~ya tetaplah dikamar temani lauren. Aku yang akan keluar menemui ibu”ucapnya sambil tersenyum.

Aku kembali masuk kedalam kamar lauren untuk melihat lauren yang ternyata masih tertidur. Sesekali aku melihat keluar lewat jendela. Tampak donghae yang sedang berusaha bertanya pada ibunya.

“eomma, gwenchana?”Tanya donghae. “eomma.. eomma…”

Donghae terus saja bertanya namun ibunya hanya histeris sampai terduduk di tanah, ia bahkan berteriak-teriak memanggil nama donghae yang nyatanya ada dihadapannya saat itu. Bibi donghae membopongnya masuk kedalam rumah. Terlihat juga jieun yang baru saja terbangun saat suara histeris ibu donghae mulai pecah. Donghae mengangguk senyum padaku dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Aku tau dia pasti juga merasakan betapa hatiku sangat khawatir saat itu.

Ibunya terus saja menangis memanggil-manggil donghae, donghae tidak diam saja. Ia terus mengatakan semua akan baik-baik saja sambil memeluk ibunya namun tak ada sedikitpun respon dari ibunya. Sampai sebuah kalimat terucap dari bibir ibu donghae.

“jieun~a, oppamu telah pergi….”ucap ibunya lirih sambil menangis.

Jieun diam ia terjatuh dan kemudian histeris memanggil donghae, aku bingung apa maksud mereka donghae ada dihadapan mereka sekarang mengapa ibu malah mengatakan donghae telah pergi? Apa maksudnya? Apa mereka bersedih karena pernikahanku esok? Apa mereka merasa aku merebut donghae dari mereka? Begitu kah?

Lauren terbangun dan berlari kearah ibu donghae, ibu donghae kembali menangis sambil memeluk lauren. Lauren yang melihat ibu dan kakanya menangis pun ikut histeris.

“apa maksud eomma? Aku takkan pergi kemana-mana aku disini! Eomma!! Eomma! Jieun!! Apa kau mendengar oppa”teriak donghae yang juga dalam kebingungan sepertiku.

“oppaaa…oooppppaaa….”teriak jieun.

Ibu donghae pergi tanpa memperdulikan donghae dan aku yang berdiri disana. Aku dan donghae mengikuti dari belakang di depan rumah ada seorang polisi yang datang menyerahkan sepasang sepatu yang terlihat seperti milikku. Ya itu milikku.

“maaf, kami lupa menyerahkan ini. Aku rasa ini adalah milik korban. Kami menemukannya tepat di sebelah jenazah”ucap polisi itu.

Dan seketika mereka kembali menangis histeris.

“jenazah? Apa maksudnya?”ucapku kebingungan.

“eomma”ucap donghae yang menggenggam erat tanganku.

“donghae~ya, apa kita sudah…”ucapku terputus dan ikut menangis.

Bagaimana tidak apa hidup kami berakhir seperti ini? Besok pernikahanku kenapa tuhan tidak mau melihat kami bersatu? Kenapa harus hari ini? Dimana seharusnya semua berbahagia karna esok pernikahanku? Kenapa? Itu terus saja berputar di kepalaku.

Saat sampai dirumah sakit donghae terus saja menggengam tanganku sambil terus berkata semua akan baik-baik saja. Aku benar-benar tidak baik-baik saja saat melihat kedua tubuhku dan donghae terbujur kaku di hadapanku.

Aku melihat ibuku terus memandangi jenazahku tanpa berkata-kata sedikit pun. Aku menangis bagaimana tidak ia tak pernah menangis dalam diam seperti itu. Aku hampir terjatuh aku tak sanggup bertumpuh pada kedua kakiku ini. Donghae memelukku. Donghae selalu menyakinkan ku semuanya akan baik-baik saja namun aku tau bahwa saat itu hatinya juga sangat terluka karna harus meninggalkan ibu dan kedua adikknya begitu saja. Aku memeluknya erat seakan mengatakan bahwa aku akan tetap bersamanya apapun yang terjadi.

“eonni….”teriak lauren menangis ketika melihatku dan mayatku di kedua sisi.

Aku tau dia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Ia terus mengatakan bahwa yang kaku itu bukanlah aku dan donghae melainkan orang lain. Aku tersenyum memengang pipinya.

“yoona~ya mari kita pulang. Mereka akan sedih jika kita terus disini”ucap donghae.

Namun melihat tangis lauren sambil memeluk sepatuku, aku tak sanggup meninggalkannya. Aku kembali menatapnya. Ia berlari ke arahku sambil memeluk erat sepatu di tangannya.

“eonni, mau kemana? Kenapa pergi tanpa berpamitan? Kenapa tidak membawa sepatu cantik ini?”ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

aku masih terdiam menatap kearah lauren yang menangis mengejarku sambil memeluk sepatu pernikahanku.

“eonni… Tunggu aku… Tunggu.. Eonni…”panggil lauren.

Aku tak tahan aku melepaskan tangan donghae dan berjalan kearah lauren aku memeluknya. Aku menangis melihat sedih seperti ini, sejak berpacaran dengan donghae aku begitu dekat dengannya, bahkan aku sudah menganggap ia seperti anakku sendiri.

“eonni, harus pergi. Ini bukanlah tempat eonni”ucapku menenangkannya. “ingat kata eonni, aku menitip ibu dan jieun jaga mereka ya… Dan katakan aku menyayangi mereka. Kau mengerti?”

“hm, eonni akan kembalikan?”

“tidak lauren. Eonni tak bisa kembali. Maka dari itu tumbuhlah jadi anak yang baik dan jaga ibu. Kau mengerti?”ucapku lagi menyankinkannya.

“hm, aku mengerti. saranghae eonni..aku pasti merindukanmu dan oppa”ucapnya memandangku dengan wajah berkaca-kaca.

“eonni pergi”ucapku berjalan menuju donghae.

“eonni”panggilnya.

Aku menengok kebelakang sambil tersenyum dengan airmata yang tak bisa tertahan melihat wajah lauren.

“sepatu ini”ucap lauren menyerahkan sepatu milikku.

“simpanlah, kelak kau akan memakainya ketika kau tumbuh besar. Kau mengerti?”

“hm”ucapnya mengangguk berlari menuju ibu donghae.

Aku kembali menengok kearah ibuku yang masih berdiri dalam diam. Aku hanya terus meminta maaf dalam hatiku. Aku tau semua karna kesalahanku, andai aku tak memaksa untuk ke butik tiffany semua ini takkan seperti ini.

Aku marah pada Tuhan, mengapa harus hari ini ia memanggilku? Aku bahkan belum melaksanakan hari bahagiaku. Bukan hanya itu yang ku sesalkan aku juga menyesal karna belum bisa berbuat banyak untuk keluargaku. Donghae selalu menenangkanku dan berkata ia akan baik-baik saja selama ia bersamaku, aku tau dia juga menyesalkan kematianku dan dia. Aku tahu dia juga membenci Tuhan yang mengambil kami di tengah-tengah kebahagian ku dan dia. Aku tau dia sedih karna harus meninggalkan 3 wanita dalam hidupnya itu. Aku tau dia sangat terpukul meninggalkan ibunya sendiri. Aku tahu itu.

Namun setelah beberapa saat bersamanya aku baru menyadari betapa baik hatinya Tuhan pada aku dan donghae. aku sadar aku tak harusnya marah pada Tuhan, karna sampai matipun kami masih diizinkan untuk bersama. Aku sadar bahwa Tuhan begitu baik tak membiarkan salah satu dari kami hidup karna pada akhirnya aku juga akan bunuh diri jika benar donghae meninggalkanku saat itu karna menolongku.

“terima kasih donghae~ya”ucapku menatapnya wajahnya sambil memeluk tangannya.

–selesai–

Ottoke? Bagus nggk? Ato malah jelek? Atau kependekan?

39 thoughts on “(OneShot)Black High Hells

  1. Daebak ffnya.
    Tapi kok tragis sih, sad ending.
    Yoonhae bersatu di surga #ciee….

    Buat ff YH lagi ne.
    Keep writing.

Don't be a silent reader & leave your comment, please!