Bitter-Sweet

tumblr_m7weez3TuL1qe8ybmo1_400

Main Cast : Cho Kyuhyun – Kang Haneul

Kwon Ji Yong – Jang Sora

image find in google.

+++

“Sora Onni, Apa yang harus aku katakan pada pria itu?”

Mendapat pertanyaan itu, untuk kesekian kalinya, Sora hanya bisa mendegus seperti orang yang kelelahan. Tentu saja. Gadis bernama Haneul ini sudah berulang kali bertanya dengan pertanyaan yang sama sejak mereka berdua duduk di cafe ini dua jam yang lalu. Sora sudah berulang kali mengatakan agar Haneul segera minta maaf pada pria yang dimaksud, tetapi Haneul masih saja mengelak dan terus bertanya.

“Aku sudah mengatakan padamu. Katakan ‘Kyuhyun, kau benar. Aku yang bersalah. Jadi, maafkan aku’ seperti itu saja. Mengapa kau susah sekali mengatakan maaf?” Sora mengatakannya dengan sedikit kesal. Dia menyesap kopi kesukaannya. Merasakan  ice capuccino pesanannya kali ini begitu nikmat, setidaknya menenangkan hatinya barang sejenak dari kerewelan gadis di depannya ini.

“Kau tahu kalau aku tidak pernah bisa meminta maaf padanya. Dia pasti akan menertawaiku.”

“Memangnya kalian tidak pernah bertengkar sebelumnya?”

Haneul menggelengkan kepalanya dengan pelan, membuat Sora hanya bisa membulatkan matanya. Sora terlihat kesal juga merasa kasihan pada juniornya ini. Haneul dan Sora berkuliah di universitas yang sama, juga di jurusan yang sama. Kertertarikan mereka akan budaya Korea membuatnya semakin dekat. Mulanya hanya minum kopi bersama sambil membicarakan sejarah Korea atau kerajaan-kerajaan Korea di masa lalu. Sekadar berbicara untuk tugas kuliahnya. Akan tetapi, seiring berjalan waktu, kedua gadis itu malah mengobrol tentang ini itu. Mulai dari permasalah perempuan biasanya sampai membicarakan tentang kekasih mereka.

“Pernah. Beberapa kali, tetapi tidak sampai seperti ini,” sela Haneul seperti meralat jawabannya.

Akhirnya Sora mengalah dan mengeluarkan ‘Ah’ , suara kaget seperti orang yang telah menemukan sebuah ide. “Bagaimana kalau kalian berpisah saja?”

Dan ide itu sama sekali buruk. Buruk sekali untuk Haneul yang kini hanya bisa berdecak sambil menyipitkan matanya tidak percaya.

“Maksudku bukan seperti itu—”

“Sudahlah. Kalau kau tidak mau meminta maaf. Biar aku saja yang menyuruh Kyuhyun meminta maaf. Kalian yang bertengkar mengapa aku yang pusing?”

“Onni! Kau juga seperti itu kalau sedang bertengkar dengan Ji Yong Oppa. Seperti kau tidak saja,” cibir Haneul seperti bisa membalikan kata-kata dari Sora.

Mendengar pernyataan itu Sora hanya menatap Haneul dengan tatapan tidak percaya. Berani-beraninya gadis ini. “Kapan? Kapan aku bertengkar dengan Ji Yong?”

“Ya, Ya. Kau memang tidak bertengkar. Tapi, apa kau tidak pernah lihat matamu sendiri yang mengeluarkan api ketika Ji Yong Oppa tidak mengabarimu barang satu hari atau saat Ji Yong Oppa melakukan sesi pemotretan dengan penyanyi wanita yang lebih seksi?”

Kata-kata itu menohoknya. Ya, benar. Kadang kala, dia bisa kesal setengah mati melihat Ji Yong dengan wanita lain atau ji Yong yang tidak seperti pria lain yang selalu menghubunginya disetiap waktu. Namun, Sora menyadari kalau Ji Yong bukan sekadar pria biasa. Dia artis besar dan Sora sudah mempersiapkan hatinya yang besar untuk hal-hal sepele seperti ini. Hal sepele yang selalu menyertainya.

“Jadi, huh—kau ini!” Sora kehabisan kata-katanya. Entah ingin mengelak dari perkataan Haneul atau menyuruh gadis itu kembali meminta maaf pada Kyuhyun.

Keduanya menutup mulutnya, seperti sibuk dengan pikirannya masing-masing. Keadaan yang mulanya tampak panas kini berubah menjadi lebih dingin dan kaku. Tatapan dua gadis itu menerawang jauh, tidak ada satu hal apa pun yang terbesit di benaknya kecuali tentang kekasih mereka masing-masing. Haneul mengulang perkataan Sora tentang perpisahan, sementara Sora sendiri mengulang perkataan Haneul tentang dirinya sendiri yang terlihat marah saat Ji Yong tidak menghubunginya. Tentang hubungan yang rapuh yang selama ini coba mereka sembunyikan.

Haneul terdengar menghela napas sebelum membuka pembicaraan, “Onni, kadang aku cemburu denganmu. Aku malah sering kali benar-benar ingin menjadi kekasih Ji Yong Oppa.”

Sora melirik ke arah Haneul, tidak mengerti ke mana jalan pembicaraan yang Haneul maksud.

“Hmm? Bisa jelaskan di mana kau cemburu?”

“Kadang aku ingin melihat Kyuhyun malu-malu mengatakan dia mencintaiku atau bertanya padaku apakah aku sudah makan atau belum. Hal-hal seperti ini.”

“Seperti kau baru mengenal Kyuhyun saja. Dia memang seperti itu, kan?” Sora bertanya acuh tak acuh. Dia kembali menyesap ice cappucinonya.

Sembari memerhatikan Haneul yang mungkin kebingungan sendiri akan jawabannya, pikiran Sora melalang buana. Ji Yong sama sekali berbeda dengan Kyuhyun. Ji Yong lebih suka mengatakan apa yang dia rasakan secara diam-diam dan itu membuatnya sangat canggung. Sora seakan tidak bisa menahan dirinya untuk segera memeluk Ji Yong karena sikap canggung pria itu. Sora jatuh cinta pada Ji Yong yang malu-malu dan merasa canggung.

“Ya, Kyuhyun memang lebih suka berkata hal-hal yang membuat aku kesal. Entahlah—” Haneul menggantungkan jawabannya sendiri. Sementara Sora sudah kembali berfokus pada Haneul yang sampai saat ini hanya diam berputar-putar pada pemikirannya sendiri.

“Tapi kau mencintainya, kan?” tanya Sora lirih. Haneul menatapnya lalu mengendikan bahunya.

“Jangan bercanda. Saranku tadi—yang mengatakan lebih baik kau berpisah—itu hanya bercanda. Aku tidak bersungguh-sungguh.”

Haneul menghela napasnya. “Aku hanya merasa kalah dengan mantan kekasih Kyuhyun.”

“Memangnya aku tidak?” sahut Sora lesu.

“Ya, hal-hal seperti inilah yang membuat aku merasa aku ingin berpisah sebelum aku semakin mencintainya.”

“Jadi ini alasan yang tidak mau kau beritahu padaku mengapa kalian bertengkar. Kau ada masalah dengan Kyuhyun karena mantan pria itu?” tebak Sora. Dia menunggu jawaban Haneul yang pandangannya entah berada di mana.

“Tidak. Tapi, ya—mungkin bisa seperti ini.”

Sora hanya bisa mengangguk mengerti. Ternyata seperti ini masalahnya. Sedari tadi, ketika Haneul mengajaknya bertemu dan berbicara panjang lebar, Haneul hanya mengatakan dia sedang bermasalah dengan Kyuhyun. Haneul hanya mengatakan dirinya telah membentak Kyuhyun dan Sora hanya bisa menyuruh gadis itu meminta maaf. Jangan salahkan Sora karena dia yang tidak terlalu tertarik dengan masalah pribadi dari pasangan lain. selama Haneul tidak akan menjelaskan secara rinci masalah apa yang sedang terjadi, Sora hanya bisa menyarankan Haneul untuk meminta maaf. Seperti itu saja. Namun, permasalahannya kini semakin terbuka. Mantan kekasih? Mengapa dia sedikit familiar dengan masalah ini?

“Haneul, pertama kali aku sedikit terkejut ketika kau mengatakan kau adalah kekasih seorang superstar, Cho Kyuhyun. Kau mungkin juga terkejut mendengar aku adalah kekasih Kwon Ji Yong. Tapi kita pasti tahu hal-hal sepele semacam fans fanatik dan fans service adalah hal yang biasa yang akan kita hadapi. Ini mungkin terdengar berlebihan, tetapi untuk bisa menyembunyikan aku dan kau sebagai kekasih mereka saja pasti sudah susah. Mengapa kau memikirkan hal-hal lain seperti mantan seperti itu?” Sora mencoba meraih tangan Haneul. Saat juniornya sedang gundah gulana seperti ini, Sora tidak bisa melihat pancaran jahil dari sorot mata Haneul. Haneul yang periang dan berkata apa adanya. Di depannya kini hanya ada Haneul yang lemah akan masalahnya sendiri.

“Bukan masalah kalau mantan Kyuhyun bukan aktris yang satu agensi dengannya. Aku baru mengetahuinya.”

“Dari siapa kau mengetahuinya?”

“Kyuhyun sendiri yang mengatakannya.”

Sora hanya bisa terdiam lalu tersenyum kecil, “Itu adalah tanda bahwa Kyuhyun ingin kau mengetahui segala tentangnya. Sebenarnya masalah ini ada padamu, Haneul. Kau tidak bisa percaya pada Kyuhyun.”

“Iya, aku tahu.”

Percakapan itu berhenti begitu saja. Sora tidak menanggapinya lagi sementara Haneul hanya diam sambil menunduk. Sora tidak bisa memberikan masukan lain mengenai masalah ini. Mengenai seseorang yang dulu pernah mengisi ruang hati kekasihnya saat ini adalah hal riskan yang juga Sora rasakan pada Ji Young. Dia tidak pernah berani membawa masalah ini kepermukaan karena Sora begitu mencintai JI Yong. Kekasihnya yang malu-malu dan merasa canggung.

+++

Hari minggu di musim panas yang cerah ini, Haneul malah menghabiskan waktunya di depan laptop. Mengikuti perkembangan terbaru tentang Kyuhyun dari beberapa situs fanbase pria itu. Harusnya Haneul bisa saja memberi pesan pada Kyuhyun, menelepon pria itu atau hal-hal semacam gadis lain terhadap kekasihnya. Akan tetapi, Haneul terlalu sibuk memikirkan perasaannya sendiri sampai dia tidak tahu harus berbuat apa.

Tidak ada yang bisa menghentikan berita tentang para hallyu yang kini sedang naik daun. Berita tentang Kyuhyun yang ingin memiliki kekasih dengan tipe ini itu pun terus berhembus. Namun, Haneul bisa tidak peduli seperti ini. Haneul sudah mengetahui bahwa perkataan Kyuhyun tentang perempuan idealnya hanya tipu belaka. Kyuhyun juga sering mengatakan di setiap wawancara kalau pria itu hanya mencintai fansnya. Haneul mengerti meski Kyuhyun tak pernah mengatakan dia memiliki seorang kekasih. Haneul begitu mengerti. Sayangnya, ketika ada sebuah berita yang mengabarkan Kyuhyun dekat dengan aktris dari agensi yang sama dengan pria itu, Haneul tidak bisa berpaling lagi. Gadis itu khawatir. Aktris itu telah lebih dahulu datang ke dalam hati Kyuhyun. Aktris itu lebih dahulu kenal dengan Kyuhyun. Haneul merasa ketakutan.

Semua orang, berjuta fans Kyuhyun tahu bahwa pria itu dekat dengan seorang aktris dari agensi yang sama dengannya. An Hyura. Gadis itu sering menjadi pemeran wanita di setiap music video agensi mereka. Sebelum Haneul menjadi kekasih Kyuhyun, dia juga sudah mengetahui bahwa Hyura memang dekat dengan Kyuhyun. Saat itu, Haneul hanya berpikir bahwa memang setiap orang yang ada di dalam satu agensi harus saling menjaga. Itu saja. Haneul ingat, beberapa kali dia menonton acara spesial dari agensi mereka, yang menghadirkan Kyuhyun dengan gadis itu, Kyuhyun selalu duduk berdampingan. Tertawa bersama. Haneul sama sekali tidak menyadarinya.

Haneul tidak masalah kalau Kyuhyun mengatakan dirinya tidak memiliki kekasih di setiap wawancara, Haneul tidak masalah ketika Kyuhyun tidak memberikannya kabar apa pun, Haneul tidak masalah ketika Kyuhyun mengatakan dia menyukai tipe wanita yang ini itu. Namun, begitu masalah ketika mengetahui masa lalu Kyuhyun datang kembali. Masalah saat dia baru menyadari bahwa aktris itu adalah mantan kekasih Kyuhyun yang tersembunyi.

Karena Haneul meyakini bahwa gadis itu pernah sangat berarti untuk Kyuhyun, sampai pria itu mau menutupi semuanya. Sama seperti Kyuhyun menutupi identitas Haneul yang menjadi kekasihnya saat ini. Haneul sadar, aktris itu pernah sangat berarti bagi Kyuhyun. Seseorang yang berarti itu tidak mudah dilupakan hanya karena mencintai orang lain.

@/13FSUJU : Super Junior’s Kyuhyun berjalan keluar dengan seorang gadis dari gedung AX. Pic.twitter.com/hujg89BHKJ / pic.twitter.com/hfkd45HJUK

Ragu, Haneul akhirnya membuka link foto tersebut. Tidak terlalu jelas memang, tetapi hatinya mengatakan bahwa Kyuhyun sedang berjalan dengan aktris itu. Lantas Haneul langsung mengirim pesan pada Kyuhyun. Mata Haneul memanas, menanti setiap menitnya akan balasan dari Kyuhyun. Pria itu tidak membalas sampai setengah jam kemudian, sampai satu jam kemudian, sampai Haneul lelah, sampai gadis itu berpikir tentang perpisahan.

+++

Setelah bertemu dengan Haneul, Sora terus menerus memikirkan apa yang Haneul katakan. Apakah benar dirinya merasa marah saat Ji Yong tidak menghubunginya? Apakah benar dirinya marah saat Ji Yong berfoto dengan model yang sangat cantik? Persetan. Sora sama sekali tidak pernah merasakan apa yang dimaksud dengan marah. Mengingat perkataan Haneul, otak Sora seakan berputar terlalu cepat ke belakang. Bukan tentang kenangan manis yang terlintas kini, tetapi bayangan Ji Yong saat menelepon dirinya minggu lalu.

“Mengapa aku harus menghubungimu terlebih dahulu? Kalau kau mau kau bisa menghubungiku lebih dulu. Ini sedikit aneh, tetapi aku baru pertama kalinya memiliki kekasih sepertimu. Jadi, aku tidak bisa mengerti. Maafkan aku.”

Saat mendengarnya, Sora terbatu. Saat itu, Ji Yong mengatakan dirinya merindukan Sora dan merasa kesal saat Sora tidak menghubunginya sama sekali. Sora teramat senang mendengarnya, tetapi saat ini perkataan itu membuatnya merasa buruk. Sora bukannya tidak mau menghubungi Ji Yong lebih dahulu. Sora hanya takut karena dia merasa dirinya akan menjadi sangat protektif ke depannya. Untuk itu pula Sora menahan perasaannya untuk tidak menghubungi Ji Yong, menanyakan kabarnya lebih dahulu sesering mungkin. Sora takut dia terlalu protektif dan JI Yong akan meninggalkannya. Dia hanya berpikir sesederhana itu.

Mengingat kembali percakapannya dengan Haneul, Sora hanya bisa menghela napasnya. Rasanya dia ingin seperti Haneul yang bisa mengutarakan perasaannya sendiri pada kekasihnya. Sampai bertengkar seperti itu. Akan tetapi, Sora sama sekali tidak bisa. Dia sekuat tenaga menahan rasa cemburunya ketika melihat Ji Yong akrab dengan perempuan lain. Dia berusaha menahan rasa kesalnya ketika Ji Yong mengabaikannya. Sora bisa menahan semua itu hanya untuk mendengar Ji Yong mengatakan bahwa pria itu mencintainya, tepat di telinga Sora sendiri.

Berulang kali Sora menatap layar ponselnya, berharap ada notifikasi apa pun dari kekasihnya. Perasaannya gundah gulana. Sudah hampir satu minggu Ji Yong tidak mengabarinya. Tidak ada pesan apa pun. Sora juga tidak bisa mengikuti perkembangan Ji Yong dari situs fanbase pria itu. Terakhir kali, Sora hanya mengetahui bahwa Ji Yong sedang berada di Jepang. Itu saja. Sora tidak mengetahui jadwal Ji Yong yang sibuk. Dia tidak mengetahui apa pun kesibukan Ji Yong. Sora hanya mengetahui Ji Yong yang akan berdiri di sampingnya, menemaninya makan, bercanda lelucon yang tidak begitu lucu. Kemudian JI Yong akan memeluknya sebelum pria itu pulang, kembali pada aktivitasnya menjadi seorang Hallyu.

Sora merindukan hal-hal seperti ini.

Sora tidak tahu menahu tentang mantan Ji Yong dan dia sama sekali tidak ingin tahu. Sora mencoba meminimalisir pertengkaran-pertengkaran yang akan terjadi karena Sora tidak mau kehilangan pria itu. Setengah mati Sora menahan tangisnya karena rasa khawatir pada Ji Yong. Sora terlalu takut untuk kehilangan seorang Ji Yong.

+++

Sender : Kyuhyun

Bisa bertemu denganku? Sebentar saja.

Tidak seperti biasanya. Haneul hanya menganggap ajakan Kyuhyun hanya ajakan biasa saja. Setelah pesan terakhir yang Haneul berikan terakhir kalinya, yang tidak dibalas oleh Kyuhyun, Haneul tidak bisa merasakan lagi hatinya yang berbunga-bunga. Tidak bisa merasakan lagi antusias saat detik-detik akan bertemu Kyuhyun. Haneul terlalu memikirkan perasaannya sendiri yang kalut. Perkataan Sora tenyata benar. Haneul membenarkannya sendiri.

Masalah sebenarnya adalah pada Haneul sendiri. Bukan pada Kyuhyun.

Meskipun malas, Haneul tetap mengganti pakaiannya. Dia mengikat tali sepatunya dengan malas lalu keluar dari apartemen. Entah apa yang terjadi nantinya, tetapi hanya perpisahan yang terlintas di benaknya saat ini.

+++

To : Ji Yong

Kau ada waktu? Ayo bertemu 

Sora mengamati ponselnya ketika bunyi notifikasi tanda pesan telah terkirim dengan tatapan sayu. Pikirannya menerawang jauh. Entah dari mana asalnya, tetapi pemikiran tentang diriya yang terlalu cuek kembali menghantuinya. Perkataan Ji Yong kali itu mungkin memang terdengar sebagai lelucon. Sora yakin Ji Yong hanya ingin membuat Sora lebih acuh pada Ji Yong. Itu saja. Namun, perkataan tidak terduga itu membuat Sora berpikir keras. Ji Yong adalah artis besar. Untuk bisa menjalin kasih dengan mahasiswi biasa seperti Sora saja pasti sudah sangat menyusahkan. Sora sadar, kalau Ji Yong sampai berbuat seperti ini, pria itu pasti membutuhkan seseorang untuk menjaganya, untuk berbagi keluh kesah dengannya, berbagi kesedihan juga kesenangan. Namun, apa yang bisa Sora perbuat? Tidak ada.

Sora bahkan tidak sering memberi kabar pada Ji Yong. Gadis itu tidak pernah panik atau merasa kelimpungan ketika mendengar sesuatu yang mengkhawatirkan tentang Ji Yong. Setidaknya, Sora tidak pernah memerlihatkannya pada Ji Yong. Cukup dia sendiri yang ketakutan, cukup Sora sendiri yang menghadapi kegalauan hatinya karena Sora tidak pernah mau sedikit pun menganggu Ji Yong.

Demi tuhan, Sora takut kehilangan seorang Ji Yong.

Demi Tuhan juga, Sora tidak bisa menjadi seorang gadis yang bisa terang-terangan mengutarakan perasaan pada kekasihnya sendiri.

Tangannya masih memegang ponselnya sendiri dan ketika dia merasakan ponselnya bergetar, dia tersenyum kecil. Dia membuka pesan yang masuk ke dalam ponselnya, menghela napas sebentar, lalu mulai bersiap.

From : Ji Yong

Jam 9 di Cafe Jae 

+++

“Kau mau makan apa? Aku yang traktir.” Haneul menerima uluran menu makanan dari Kyuhyun dengan lambat. Sedari tadi Haneul hanya bisa menunduk dan hanya bisa menatap wajah Kyuhyun dari atas pelupuk matanya. Wajahnya tidak bisa dia buat semanis mungkin. Datar tanpa kerutan aneh seperti biasanya.

“Ada apa? Ada masalah kuliah?” Kali ini Kyuhyun bertanya sedikit lembut pada Haneul, sementara gadis itu semakin jengah. Haneul jengah pada keadaan seperti ini, pemikiran yang selalu menghantuinya. Juga rasa ketakutan dan khawatirnya.

“Kyuhyun?”

Pria itu mendongak. Haneul tidak bisa menemukan tatapan lain selain rasa heran yang terlintas di wajah Kyuhyun. Haneul menghela napas lalu meletakan buku menu yang sedari tadi hanya dia lihat tanpa benar-benar membacanya.

“Ya?”

“Apakah lebih baik kita berpisah saja? Ah. Tidak. Aku ingin kita berpisah saja.”

Setelah dia mengatakan itu, Haneul bisa melihat wajah Kyuhyun yang memerah. Dia yakin Kyuhyun sedang menahan marahnya dan tidak segera membentaknya habis-habisan. Tapi peduli apa Haneul? dia sudah tidak tahan seperti ini lagi. Lambat laun, dia akan mati, mungkin.

“Jangan katakan hanya karena masalah Hyura. Aku sudah mengatakan padamu berulang kali kalau Hyura hanya temanku. Itu saja. Kau bilang kita harus saling jujur?”

Haneul hanya bisa menundukan kepalanya sambil mengerjapkan mata beberapa kali, berharap air matanya tidak keluar setetes pun. Dia sudah terlalu jauh memikirkan ini semua dan tidak mungkin berakhir tidak seperti yang Haneul inginkan.

“Bukan itu maksudku,” kata Haneul terbata. Dia mengangkat kepalanya dan beradu pandang dengan Kyuhyun yang tampak semakin kesal.

“Apa? Kalau kau seperti aku bagaimana? Aku hanya ingin kita semakin jujur. Kau—”

“Aku tidak percaya pada diriku sendiri,” seru Haneul tertahan. Dia tidak mungkin berteriak seperti apa yang dia inginkan saat ini. Dia kembali mengangkat kepalanya setelah beberapa saat di menundukan kepalanya lagi. Air matanya sudah tidak dapat dia bendung. Haneul juga yakin pipi dan hidung pasti sudah memerah.

“Aku tidak percaya pada diriku sendiri. Aku terlalu cemburu padamu. Aku terlalu takut kehilanganmu. Aku tidak percaya padamu saat kau mengatakan merindukan aku, mencintaiku, hanya aku yang ada di dalam hatimu, dan lainnya. Aku tidak percaya semua itu karena kau adalah seorang bintang hallyu. Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya. Bagaimana sebenarnya kau yang asli? Saat kau bersamaku atau saat kau di depan layar kaca? Aku tidak tahu dan tidak bisa membedakannya,” lanjut Haneul dengan sedikit emosi. Dia menghela napasnya sebelum melanjutkan ucapannya, “Aku hampir mati memikirkan ini semua. Masalah Hyura hanya kembali mengingatkanku bahwa aku tidak mengenal dirimu yang sebenarnya. Aku tidak bisa menunggumu sampai masa kontrakmu abis dengan agensimu. Aku tidak bisa melihat kau bersama perempuan lain, bahkan itu adalah teman satu agensimu. Aku terlalu egois, Cho Kyuhyun.”

Isakan kecil mulai keluar dari mulut Haneul. Gadis itu mengambil tisu dari tasnya lalu mengelap air matanya sendiri. Dia mulai memberanikan dirinya menatap Kyuhyun lalu tersenyum simpul.

“Aku hanya takut, Kyuhyun. Ini membuatku hampir mati.”

Haneul masih tidak memedulikan reaksi Kyuhyun. Dia masih menenangkan hatinya sendiri. Dia baru bisa melihat Kyuhyun dengan jelas ketika pria itu berkata dengan nada yang teramat ketus. Lebih ketus daripada saat mereka bertengkar.

“Tidak. Aku juga akan egois sama sepertimu. Aku ingin kau tetap bersamaku meski kau tidak bisa melihat aku yang sebenarnya. Itu masalahmu sendiri. Kalau kau berkata kau egois, aku akan mengatakan bahwa aku lebih egois daripada yang kau kira. Jadi, sekarang, lebih baik kau pulang dan pikirkan kata-kataku dengan baik,” Kyuhyun terlihat menghela napasnya kemudian menatap Haneul dengan tajam, “Aku akan selalu egois. Aku tidak peduli kau sakit hati atau apa. Aku tidak peduli kau tidak bisa melihatku atau tidak. Aku hanya ingin kau. Di sisiku. Begitu saja. Aku tidak peduli dengan perasaanmu. Aku hanya tahu kau mencintaiku.”

Setelah itu, Kyuhyun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkannya. Selepas itu, Haneul hanya bisa menangis. Bukan seperti ini yang dia inginkan. Bukan.

+++

“Ji Yong, kau tidak apa-apa?” pertanyaan itu langsung keluar dari mulut Sora ketika dirinya bertemu dengan Ji Yong. Wajah pria itu tampak tidak baik, ya setidaknya saat ini Sora bisa melihatnya seperti itu. Wajah pria itu agak pucat, tanpa make up yang semakin membuatnya terlihat tidak baik. Tangan Sora menghampiri tangan Ji Yong. Mereka duduk berhadapan di cafe Jae ini, tangan Sora dengan mudahnya menggapai tangan Ji Yong dan menggenggamnya begitu kuat.

“Aku tidak apa-apa, So. Aku merindukanmu.”

Usapan tangan Sora yang lembut di tangan pria itu terhenti dengan tiba-tiba. Senyuman Sora yang mulanya merekah, kini hilang begitu saja. Gadis itu menundukkan kepalanya, tetapi tangannya tetap menggenggam tangan Ji Yong.

Sungguh tidak ada yang lebih memilukan selain harus berpisah saat cinta mulai merekah.

“Sebenarnya, aku mengajakmu bertemu untuk mengatakan suatu hal.” Sora mencoba membuka pembicaraan yang mati-matian dihindari. Namun, semakin dia menghindar, perasaan ini selalu semakin ingin membunuhnya sendiri.

“Hm?” Ji Yong bertanya dengan dehamannya. Dia menatap manik mata Sora lekat, seperti mencoba menebak apa yang akan gadis itu katakan.

“Aku hanya ingin kita berpisah, Ji. Aku berharap untuk tidak bertemu denganmu lagi. Kalau kau menolak, aku akan tetap ingin berpisah dan tidak bertemu denganmu lagi.”

Sora melepas tangan Ji Yong dan malah menyatukan kedua telapak tangannya sendiri. Dia tidak berani melihat raut wajah Ji Yong. Pria itu tetap diam dan Sora sama sekali tidak bisa untuk sekadar mengangkat wajahnya.

“Apakah ada alasan untuk semua yang kau katakan, So? Jelaskan padaku semua alasannya, lalu aku akan menuruti keinginanmu.”

Sora mendongak dan langsung menitikan air matanya ketika wajah Ji Yong memerah. Entah pria itu marah atau menahan rasa sedihnya. Seketika, Sora membuang pandangannya dan menyeka air matanya sendiri.

“Aku bukan tipe gadis yang bisa melakukan hal-hal romantis terhadap kekasihnya. Aku tidak tahu apa alasanmu untuk menjalin kasih dengan orang biasa seperti aku, sementara kau dikelilingi oleh gadis yang lebih cantik daripada diriku. Aku tidak bisa bertanya apakah kau sudah makan, apakah kau lelah, apakah kau ingin sesuatu, hal-hal seperti itu. Aku tidak bisa untuk menjadi apa yang kau inginkan, Ji. Aku harap kau mau mengerti aku,” ucapan itu hanya keluar dalam beberapa detik saja. Namun, Sora merasa kata-katanya masuk ke dalam hatinya lebih dulu sebelum keluar dari mulutnya. Meninggalkan sayatan tipis yang begitu kentara yang semakin membunuhnya.

“Aku hanya bertanya alasan kau ingin berpisah denganku, So. Bukan hal-hal yang kau pikir tidak bisa kau lakukan untukku selama ini.”

Sora bisa merasakan sebuah batu besar menimpa dirinya. Nada suara Ji Yong begitu tenang, tanpa emosi sama sekali. Harusnya inilah yang Sora inginkan, Ji Yong akan membencinya dan melupakannya karena dengan begitu Sora akan semakin mudah untuk pergi dari kehidupan Ji Yong. Namun, inilah ketakutan yang selama ini dihindari. JI Yong akan bersikap ketus padanya, menganggapnya tidak pantas untuk sekadar menjadi teman, dan pergi meninggalkannya. Sora—sedikit pun—tidak mau kehilangan seorang Ji Yong.

“Apakah kau bisa mengatakan alasanmu, So?” tanya JI Yong lagi. Sementara Sora hanya menundukkan kepalanya. Menutup mulutnya rapat-rapat.

Ya, karena dirinya sama sekali tidak memiliki alasan untuk berpisah. Diriya hanya memiliki alasan untuk menutupi ketakutannya.

“Apakah aku pernah berkata aku membutuhkan kekasih yang romantis, So? Apakah aku pernah membual padamu?” Ji Yong bertanya lagi dan kali ini nada suaranya sedikit menuntut.

Tidak pernah, Ji.

“Lihat aku, So.” JI Yong merubah posisi duduknya untuk berada di samping Sora yang masih tertunduk. Pria itu menyentuh wajah Sora dengan telapak tangannya, membuat sora yang sedang menahan air matanya menoleh. Mata gadis itu langsung berhadapan dengan mata Ji Yong.

“Kau ketakutan, So. Sungguh aku tidak pernah memintamu untuk menanyakan segalanya tentangku. Sungguh aku tidak bermaksud untuk membuatmu selalu memerhatikanku, So. Aku hanya ingin kau menghubungiku untuk memberitahu kabarmu.”

Sora terus menerus menundukan kepalanya, tetapi Ji Yong juga terus mencoba mengalihkan mata Sora untuk menatapnya. Sampai akhirnya, Ji Yong menangkup wajah Sora dengan kedua telapak tangannya, memusatkan tatapan mata Sora hanya untuk pria itu. Dari jarak sedekat ini, Sora hanya bisa melihat mata Ji Yong yang tampak kecewa.

“Jang Sora, apakah aku pernah mengatakan bahwa aku merasa kau tidak baik untuk menjadi kekasihku?”

Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan susah payah.

“So, dengarkan aku,” Ji Yong mengatakannya dengan nada serius, “kau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku. Tidak ada alasan mengapa kita harus berpisah. Tidak ada sama sekali. Walaupun ada, aku akan mengatakannya tidak ada. Mungkin kau tidak akan percaya dengan semua kata-kataku, yang aku bisa pastikan, aku hanya mencintaimu saat ini, Jang Sora.”

Sora merasakan tangan Ji Yong yang ada di wajahnya dengan telapak tangannya sendiri. Gadis itu menangis sejadi-jadinya.

+++

Sora tidak bisa mengedipkan matanya. Dia seperti lupa hari ini. Mm, tunggu. Ini masih musim panas, kan?

Jam delapan lewat sepuluh malam. Gadis itu baru saja keluar hendak membeli es krim kesukaannya, saat dia baru saja melangkahkan kaki beberapa meter dari pintu apartemen, lift itu terbuka dan seseorang keluar dengan penampilan yang cukup aneh. Sora mengerutkan keningnya sebentar, lalu menutup mulut untuk mencegah teriakannya keluar dari mulutnya. Seorang Kwon Ji Yong sedang berdiri di hadapannya. Lantas Sora menarik Ji Yong masuk ke dalam apartemennya seraya memerhatikan keadaan sekitar, bersyukur tidak ada yang menyadari keberadaan pria ini.

Pria ini gila atau apa? Bagaimana kalau ada penggemar pria ini di lantai dasar tadi.

“Kau? Apa yang sedang kau lakukan?” Sora bertanya sedikit berbisik sembari membelakangi JI Yong karena kini dia sedang mengunci pintu. Tidak terdengar balasan apa pun sampai Sora menatapnya sambil mengerutkan kening.

Pria itu membuka syal, topi juga kaca matanya. Dia menggulung mantelnya sampai setengah lengan, kemudian tersenyum kecil. Entah apa maksud senyumannya itu, tetapi Sora hanya bisa terpaku melihatnya. Senyuman yang selalu membuatnya merindu.

“Aku? Aku ingin mengajari kekasihku cara berpacaran yang aku inginkan.” Jawaban itu terdengar sangat menyindir di telinga Sora. Gadis itu melewati Ji Yong begitu saja beralih pada dapur. Membuat kopi hangat dan meletakannya di meja kecil di ruang tamu, sementara pria itu sudah terduduk dengan manis di sofa di ruang itu.

“Kalau ada seseorang yang menyadari keberadaanmu tadi, bagaimana? Kau akan menimbulkan masalah,” kata Sora lagi. Sora ikut duduk di samping Ji Yong yang tampaknya sedang memerhatikan keadaan apartemen Sora.

“Rasanya sudah lama sekali aku tidak datang ke apartemenmu ini. Kapan ya?”

Sora kembali menyipitkan matanya. Orang ini kerasukan tidak ya?

“Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?” Sora balik bertanya. Dia tidak memedulikan perkataan Ji Yong sebelumnya.

“Bertemu dengan kekasihku dan mengajarkan cara berpacaran yang aku inginkan.”

“Tapi, kau bisa menghubungiku lebih dulu.”

“Memangnya harus?”

Sora terdiam. Dia menatap Ji Yong takut-takut.

“Jadi, cepat ambil pensil dan kertas. Lalu duduk di bawah. Kau ini seorang murid, jadi kau duduk di lantai. Ah! Jangan lupa ambil selimut juga.”

Sora mendengus, tetapi tubuhnya tetap beranjak mengambil semua yang diperintahkan oleh Ji Yong. Tak luput juga senyuman di bibirnya. Setelah, dia menaruh semua barang yang diperintahkan Ji Yong di atas meja, pria itu langsung saja melipat selimut menjadi ukuran yang lebih kecil lalu menaruhnya di lantai. Sora memandang semua itu seperti orang keheranan. Semakin heran ketika Ji Yong menepuk-nepuk selimut itu, seakan memberi arahan agar Sora segera duduk di atas selimut itu.

“Kau duduk di selimut ini. Aku adalah gurumu dan aku berhak untuk duduk di sofa. Sekarang cepat pegang pensilmu dan tulis pertanyaannya.”

Mulut Sora hendak membuka untuk mengeluarkan bantahan, tetapi mata Ji Yong lebih dulu mengintemidasi, membuatnya menurunkan bahu lalu menuruti pria itu lagi. Pria itu bahkan tidak ingin jawaban setuju dari mulut Sora.

“Sekarang tulis pertanyaannya. Satu, tuliskan pesan singkat yang akan kau berikan pada kekasihmu. Kalau nomor satu saja kau salah, kau tidak bisa melanjutkan ke nomor dua. Mengerti?” Sora hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tangannya dengan cepat mencatat pertanyaan. Sesekali dia melirik Ji Yong dari atas pelupuk matanya dan mendapati pria itu sedang menatapnya dengan tidak acuh.

“Waktumu tiga puluh detik lagi, Sora ssi. Cepat selesaikan dan tunjukkan padaku,” kata Ji Yong lagi. Sora hanya bisa mendengus mendengarnya. Sementara dirinya bersusah payah dengan pertanyaan bodoh ini, Ji Yong malah memainkan ponselnya sendiri.

“Ini. Sudah. Coba kau periksa. Jangan tertawa!” Sora menjulurkan kertasnya ragu-ragu. Benar saja, tidak butuh waktu lama, Sora melihat Ji Yong mengulum senyumnya.

“Jawaban macam apa ini? ‘Sayang, Kau ada di mana? Puing-puing’. Apa maksud dari ‘puing-puing’?”

“Itu artinya aku memberi semangat pada kekasihku dengan cara imut. Seperti kucing.”

Rupanya jawaban itu membuat Ji Yong tertawa terbahak-bahak, sampai ponsel yang dia genggam terjatuh ke atas sofa. “Sora ya, siapa yang mengajarimu ‘puing-puing’ seperti ini? hm?”

Sora menundukan kepala. Benar. Siapa yang mengajarinya mengirim pesan singkat seperti ini? Dan kapan dia pernah mengirim pesan seperti ini? Menjijikan sekali.

“Ini salah. Kau harus mencoret kata ‘puing-puing’ ini,” kata Ji Yong sambil mencoret kata ‘puing-puing’ kemudian menyanggah dagunya, terlihat berpikir. Sialnya, Sora tidak bisa menahan matanya untuk mengamati pria itu sampai dia menggelengkan kepalanya sendiri.

“Kau juga harus mencoret kata sayang. Memangnya nama kekasihmu ini ‘sayang’? Jangan-jangan kau membuat pesan ini dan mengirimnya ke banyak orang yang kau sayangi?”

“Tidak. Aku tidak pernah seperti itu!” elak Sora sambil menggerakan kedua tangannya.

“Bagus. Kalau begitu hilangkan kata ‘sayang’. Tambahkan nama kekasihmu. Cepat tulis nama kekasihmu.”

Sora menulis dengan ragu-ragu, sesekali melirik ke arah Ji Yong.

“Ini,” Sora memberikan jawabannya takut-takut. Gadis itu sudah mengira bahwa Ji Yong akan kembali tertawa terbahak-bahak, tetapi yang dia dapati adalah anggukan dari pria itu. Sejenak Sora merasa tersentuh.

“Ini benar. ‘Kwon Ji Yong, Kau ada di mana?’ ini adalah benar. Kau harus sering memberi pesan seperti ini pada kekasihmu. Mengerti?”

Sora mengerjapkan matanya lalu memandang pada kertas yang sudah JI Yong kembalikan. Ada tanda bulat di sana, yang menunjukan bahwa jawaban Sora benar. Gadis itu merenung beberapa saat. Ini adalah pesan yang sering dia berikan pada Ji Yong. Ini adalah yang Ji Yong inginkan, bukan kata-kata manis sejenisnya yang selama ini Sora pikirkan sendiri.

“Karena kau benar di nomor satu, ya walaupun banyak kesalahan, tetapi kau berhak untuk maju ke nomor dua. Sekarang bersiap!”

Sora tersenyum lalu mengangguk. Dia siap dengan pertanyaan selanjutnya.

“Kalau kekasihmu membalas pesanmu yang tadi itu dengan jawaban seperti ini ‘aku ada di gedung A.’ Kau akan balas apa? Ah! Pertanyaan ini mudah sekali.”

Dengan cepat Sora menulis jawabannya pada kertas lalu memberikannya pada Ji Yong. Pria itu sampai membuat raut wajah terkejut karena jawaban Sora yang begitu cepat.

“Mm.. kau yakin ini benar? ‘Kau sudah makan? Apa kau sibuk sekali? Jaga kesehatanmu dan tetaplah bekerja dengan baik’. Kau pikir kekasihmu ini murid sekolah dasar? Ini salah,” Kata Ji Yong. Dia kembali meletakan kertas itu di atas meja, kembali menyanggah dagunya kemudian mencoret-coret di kertas.

’Kau sudah makan?’ pertanyaan macam apa ini? memangnya kekasihmu anak bayi sampai makan saja harus diingatkan? Makan itu sudah kebutuhan. Jadi, dia pasti makan. ‘Apa kau sibuk sekali?’ ini juga salah. Memangnya kekasihmu memiliki kesibukan hingga bisa membalas pesanmu? Kalau aku tidak mungkin membalas pesan saat aku sibuk. Selanjutnya, mm…” Ji Yong menggantungkan kalimatnya, sementara itu Sora sedang menahan air matanya dengan segenap kekuatannya.

“Selesai. Jadi yang benar adalah ‘Jaga kesehatanmu dan tetaplah bekerja dengan baik.’” Ji Yong mengakhiri ucapannya sambil tertawa.

Sedangkan Sora hanya terdiam. Air matanya sudah menetes tanpa dia sadari. Dia menatap Ji Yong yang tampak kabur di pandangannya. Segera dia memeluk Ji Yong sampai pria itu terhuyung ke belakang, untung saja Ji Yong segera menahan tubuhnya agar tidak terbaring. Sora menangis sejadi-jadinya.

“Maafkan aku. Harusnya aku percaya padamu bukan berpikir kekanakan seperti ini,” kata Sora di tengah tangisnya. Gadis itu masih saja memeluk Ji Yong, mengaitkan kedua tangannya di belakang punggung pria itu. Sora bisa merasakan Ji Yong membalas pelukannya sambil tertawa kecil.

“Aku sudah tahu bahwa aku memang memiliki kekasih yang masih seperti anak kecil. Jadi, tenang saja.”

“Apa! Ah kau jahat sekali Aaaaaa.” Sora berteriak di sela tangisnya, membuat Ji Yong kembali tertawa.

“Baiklah. Baiklah. Sekarang dengarkan aku,” Ji Yong melepas pelukannya kemudian menangkup wajah Sora dengan kedua telapak tangannya. “Jangan pernah membandingkan dirimu dengan semua mantan kekasihku. Aku mencintai mereka karena mereka sendiri, bukan karena mengikuti orang lain. Aku juga mencintaimu juga seperti itu.”

“Jadi, aku sama saja dengan mantan kekasihmu yang lain? Tidak ada yang spesial?”

“Mm. Kau mau aku menjawab apa? Tentu saja semua orang memiliki arti spesial yang berbeda-beda. Kau sudah mengambil pelajaran dari semua pertanyaan yang aku berikan?”

Sora mengangguk kecil. “Aku tahu aku tidak menjadi diriku sendiri saat menjawab pertanyaanmu.”

“Kau benar. Kau hanya perlu menuliskan apa yang kau inginkan. Kalau aku tidak suka, aku akan mengatakannya padamu. Lagi pula, selama aku tidak mengatakan apa pun, aku suka saja. Jadi, jangan bertingkah bodoh dengan berkata kau tidak pantas dan bla bla bla. Kau mengerti?” Ji Yong menekan kedua pipi Sora sampai membuat pipi gadis itu mengembung.

“Aaa, ini sakit. Baiklah, aku mengerti. Aaa, sungguh sakit.”

Ji Yong melepas kedua tangannya lalu tertawa lagi. “Kalau sudah tahu sakit, sekarang peluk aku.”

Sora tertawa terbahak-bahak sambil menyeka sisa air matanya juga pelukannya yang semakin erat. Dalam hati dia berharap, bahagia ini juga berlaku untuk Haneul, junior yang paling dia sayangi. Hari ini juga.

+++

Sudah hampir jam sebelas malam. Kyuhyun melonggarkan syal yang melilit di lehernya, yang membantunya untuk menyembunyikan wajahnya saat seperti ini. Hanya untuk Haneul, Kyuhyun sampai harus memohon kepada salah satu asisten dari bagian Fashion Stylenya untuk membantunya pergi ke rumah sakit. Dia duduk di samping bangku kemudi, menatap langit di luar yang cerah. Sesekali dia mengumpat entah kepada siapa. Setelah selesai rekaman tadi, Kyuhyun menelepon Haneul dan dia terkejut ketika mendengar sapaan dari orang lain, Ibu Haneul sendiri.

Ibu Haneul mengatakan bahwa Haneul terjatuh saat turun dari bis dan masuk rumah sakit karena kaki kanan gadis itu terkilir. Langsung saja dia meminta, lebih tepatnya memohon pada manajernya untuk keluar barang beberapa jam saja. Setidaknya dia harus memastikan keadaan Haneul dengan mata kepalanya sendiri. Dan di sinilah Cho Kyuhyun.

Tak lama untuk menuju rumah sakit. Dia lansung saja menghampiri Ibu Haneul yang sebelumnya sudah memberi tahu nomor kamar Haneul. Pria itu berhadapan langsung dengan Ibu Haneul yang terlihat mengantuk.

“Bibi, apa kau baik-baik saja? Biar aku yang menjaga Haneul. Kalau kau mau, kau bisa pulang. Kau bisa mengandalkan aku,” kata Kyuhyun sambil menundukkan tubuhnya, seraya memberi hormat.

“Ah! Anak itu benar-benar ingin membuatku mati cepat. Dia selalu membuat orang lain khawatir. Menyebrang atau turun dari bis saja sampai terjatuh. Aku yang harus meminta maaf padamu, Kyuhyun ssi. Aku tahu pasti kau sibuk sekali.”

Ibu Haneul menepuk-nepuk pundak Kyuhyun lalu membukakan pintu kamar Haneul dan memersilakan Kyuhyun untuk masuk ke dalam kamar. Kyuhyun menundukkan tubuhnya, kembali memberi hormat. Kyuhyun masuk sendiri ke dalam kamar dan saat pintu sudah tertutup dengan rapat, pria itu mendengus. Antara kesal dan lega karena melihat Haneul yang mungkin sedang tertidur pulas. Pria itu berjalan ke arah Haneul, berdiri di sampingnya, dan menyentuh kening Haneul.

“Syukurlah, gadis bodoh ini tidak apa-apa,” kata Kyuhyun dengan nada lega. Mulanya Kyuhyun hendak mencium kening Haneul, tetapi melihat mata Haneul yang sedikit bergerak, membuat Kyuhyun malah menjentikan jarinya di kening Haneul.

“Aw!”

“Kau pura-pura tidur, kan?”

Haneul membuka matanya dan mencoba merubah posisinya untuk terduduk di atas kasur. Namun, kakinya yang terkilir seperti menyusahkannya dan malah membuatnya meringis.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Kyuhyun. Dia tidak bisa lagi menahan rasa kahwatirnya. Pria itu meletakan beberapa bantal di belakang punggung Haneul, membuat gadis itu terduduk menyandar pada kepala tempat tidur seraya menggerakan kaki Haneul yang terkilir untuk mendapat posisi yang terbaik.

“Aku ini pasien. Mengapa kau jahat sekali?” seru Haneul. Gadis itu merasa beruntung karena ibunya memilih kelas satu untuk kamarnya, setidaknya Haneul bisa berteriak-teriak sesuka hatinya tanpa menganggu siapa pun.

“Kau ini! Benar-benar! Kau tidak lihat kalau aku sibuk dan benar-benar tidak punya waktu untuk urusan seperti ini.”

Haneul berdecak mendengar perkataan Kyuhyun. Dia melipat kedua tangannya di depan dada, lalu membuang pandangannya.

“Bagus! Sekarang  kau malah merajuk seperti ini!”

Haneul kembali tidak memedulikan seruan Kyuhyun. Dia semakin memberengut, memainkan bibirnya sendiri.

“Kalau kau tahu kau sibuk, lebih baik kau tidak perlu datang! Urusi saja semua kesibukanmu itu. lagi pula kita juga sudah berpisah, apa kau mengerti?” Haneul membalas seruan Kyuhyun dengan pandangan matanya yang terlihat berkobar.

“Kalau kau sudah tahu aku sibuk, memangnya kau pantas membuat aku khawatir?” pertanyaan Kyuhyun membuat Haneul menatap Kyuhyun semakin sengit. Dia lantas mengambil bantal yang ada dipunggungnya, membaringkan tubuhnya membelakangi Kyuhyun lalu memejamkan mata.

Beberapa saat, Haneul hanya mendengar dengusan dari Kyuhyun dan helaan napasnya sendiri. Ketika gadis itu berpikir bahwa Kyuhyun akan keluar dari kamarnya, gadis itu malah merasakan bagian kanan tempat tidurnya bergoyang dan saat dia menoleh, Kyuhyun sudah tertidur di sampingnya. Membuat Haneul harus membenarkan posisi tidurnya.

“Ya! Kau pikir ini kamarmu. Kakiku ini sedang sakit! Aaa,” keluh Haneul sambil mencoba mengusap-usap kakinya sendiri.

Kyuhyun malah mengacuhkan seruan Haneul, memejamkan matanya sambil melipat kedua tangannya di atas perut. Melihat itu, Haneul kembali berdecak. Dia sudah merubah posisi kakinya menjadi lebih baik, kemudian dia kembali tertidur dengan posisi miring menghadap ke arah Kyuhyun. Bibirnya tersenyum miris. Melihat betapa Kyuhyun mencintainya, tetapi dia tidak bisa membalas sepenuh hati yang diberikan pria itu. Haneul malah tidak bisa memercayai Kyuhyun sepenuhnya seperti ini.

“Ada apa dengan wajahku? Kau merindukan aku?”

Pertanyaan itu mengejutkan. Haneul menyipitkan matanya lalu merubah posisinya untuk berbaring menghadap langit-langit kamar. Keduanya terdiam beberapa detik sebelum Haneul menghela napasnya, begitu berat.

“Kenapa kau masih khawatir padaku? Aku bahkan tidak percaya padamu,” kata Haneul seraya melirik Kyuhyun dari sudut matanya. Mata Kyuhyun memang terpejam, tetapi Haneul tahu Kyuhyun belum tertidur.

“Tidurlah. Besok aku akan mengatakan pada Hyura bahwa aku mencintainya.”

Jawaban Kyuhyun berhasil membuat Haneul keki setengah mati. Dia mendorong Kyuhyun dengan sikunya sampai membuat pria itu mengaduh.

“Kau yang berpikir aku mencintai Hyura. Padahal aku tidak seperti itu.”

Haneul menatap Kyuhyun dengan sebal, “Aku tidak berpikir kau mencintai Hyura. Aku hanya—”

“Kau hanya berpikir aku mencintai Hyura.”

“Tidak!”

“Sudahlah. Aku ingin tidur. Besok aku akan pulang pagi sekali. Nuna akan menjemputku sebelum matahari terbit.”

Haneul kembali menggerakkan tubuhnya, mencoba mencari posisi ternyaman di tempat tidur yang sempit ini. “Kyuhyun, Maafkan aku. Hm?”

“Aku sudah memaafkanmu. Hah, sebagai artis aku memiliki persediaan maaf yang banyak. Jadi, jangan khawatir,” jawab Kyuhyun masih dengan matanya yang terpejam. Kalau tidak mengingat kakinya yang sedang sakit, Haneul pasti sudah menendang Kyuhyun atas jawabannya yang seperti itu.

“Lalu hubunganmu dengan Hyura?” tanya Haneul lagi.

“Dia mantan kekasihku. Aku juga masih menyanyanginya. Dia sudah menjadi adikku. Aku bahkan bercerita kalau kau cemburu padanya dan dia malah tertawa terbahak-bahak. Dia ingin menemuimu dan meminta maaf, tetapi aku melarangnya. Kau pasti akan malu dibuatnya.”

Sekali lagi, Haneul hanya bisa mengelus dada mendengar jawaban sial yang keluar dari mulut pria itu. Namun, Haneul juga tidak bisa menyembunyikan senyuman dibibirnya.

“Tidurlah. Aku sudah katakan aku ini sibuk. Jadi, jangan bertingkah bodoh seperti ini. Jangan terluka lagi. Jangan membuatku khawatir lagi. Kau mengerti? Sekarang tidur.” Kyuhyun masih dengan mata terpejam. Pria itu meraih tangan Haneul, menggenggamnya dan menaruhnya di atas perutnya. Haneul merubah posisinya menghadap Kyuhyun dan menggandengkan lengannnya pada lengan Kyuhyun. Kemudian ikut memejamkan mata.

“Kyuhyun ah.”

“Mm? Tidurlah Haneul.”

“Ini sempit sekali.”

“Ck. Tidurlah!”

+++

9 thoughts on “Bitter-Sweet

  1. Kyaaaa ini ffnya kewren bgt ><
    ah mengharukan tp brakhir manis suka bgt jln ceritanya eonni ^^
    Annyoeng aku pengunjung baru jd mau ijin jln" disini ya eonni ^^b
    gomawo~~

  2. Kyaaaa ini ffnya kewren bgt ><
    ah mengharukan tp brakhir manis suka bgt jln ceritanya eonni ^^
    Annyoeng aku pengunjung baru jd mau ijin jln" disini ya eonni ^^b
    gomawo~~

Don't be a silent reader & leave your comment, please!