[Oneshoot] Dear Diary

An Original Fanfiction by

Kaicifer

~ Dear Diary ~

The sequel of

[drabble] I Love You Anyway

Inspired by

Dear Diary by Mocca

Main Cast:

  • SNSD’s Kwon Yuri
  • EXO-K’s Do Kyungsoo
  • ?? as Hee

Cameo:

  • EXO-K’s Oh Sehun
  • SNSD’s Hwang Tiffany

Genre: Sad, Romance

Length: Oneshoot

Rating: PG17

Disclaimer: I just have an idea and i make it on fanfict. So don’t copy paste please! It’s purely of my imagine..

Cre. Poster: SMTown House FF

℘℘℘

December 23th 2012

Sementara udara dingin terus menyelimuti atmosfir Seoul tanpa henti, ia lebih memilih duduk di sudut kafe, menyeduh kopi sembari memakan pie berselimut sirup mapel ketimbang berkumpul bersama keluarga, menyanyikan lagu natal, saling menghangatkan satu sama lain. Itu monoton-hal yang biasa dilakukannya setiap lagu jingle bells mulai di putar di toko-toko dikawasan Dongdaemun, ataupun setiap salju mulai menutupi jalanan kota Seoul. Membosankan.

Mungkin ini pertama kali baginya menganggurkan minuman hangat selezat machiato dan dessert serupa pie berselimut sirup maple. Menggoda memang. Tapi entah, liur nya sama sekali tak tergerak untuk sekedar mencicipi kopi tersebut barang seseduh.

Tubuh Kwon Yuri yang hanya terbalut sweater pink fucshia tipis, terbelai oleh serbuan angin nakal yang menyusup di balik jendela-jendela yang tak tertutup secara rapat, membuatnya refleks memeluk lengan. Tak tahan. Dari dulu ia memang tak pernah menyukai udara dingin. Terlebih udara dingin yang fantastik macam musim dingin seperti ini. Yang selalu bisa membuat kulit nya berubah menjadi kulit ayam seketika.

Tangan jenjang Yuri tergerak perlahan menuju buku berwarna biru di dalam tas kulit miliknya. Lantas dipungutnya buku tersebut.

Sedikit ragu, jemarinya terhenti di udara ketika selangkah akan membuka sampul biru tersebut. Ini konyol. Seorang Kwon Yuri tak pernah menulis diary. Tak pernah, bahkan untuk menyentuh buku nya sekalipun.

Namun, kali ini ia goyah juga. Suatu keadaan memang pintar memutar balikkan suatu ucapan. Suatu keadaan yang ingin sekali ia bagi pada seseorang. Dan seseorang itu ialah buku diary biru usang milik ibunya yang ia temukan di loteng lusa malam.

Ego tak selalu menang, antara lelah dan dilema. Ia membuka lembar kertas usang tersebut. Dan coretan tinta diary pertamanya pun dimulai dari sini.

℘℘℘

Dear Diary,

Let me tell you ’bout my story,

I know it’s rather sad, but that’s the way I feel..

 

Dear Diary,

I don’t if this is right or wrong,

Starting thinking of leaving him, But I’m afraid it might hurt him..

All I want is for everything in the place,

So everyone is happy, Is it too much ask for?

 

Dear Diary,

Strong is not exactly the right words,

I don’t know what to do now, Confusion is all over.. me...

℘℘℘

Tak puitis, sederhana, tetapi sarat makna. Karena Yuri memang tak sedang menulis suatu gubahan puisi. Ia menulis curahan hatinya. Curahan hati tentang suatu kedilemaan dalam hatinya. Yang menyangkut masalah cinta, hati milik orang lain, bukan dirinya sendiri.

Dan orang lain tersebut tak lain lagi adalah seorang Do Kyungsoo.

℘℘℘

December 20th 2012

——

Kwon Yuri yang tak dewasa. Yang ceria. Riang. Hyperaktif. Dan emosional.

Dia memang Kwon Yuri, tapi Kwon Yuri yang kemarin. Semenjak kejadian di pesta ‘tersebut’, ia berubah. Semua berubah.

Semua yang Yuri prediksikan sama sekali tak terbukti. Teman-temannya sekarang makin mencemooh Kyungsoo, dengan mengatai lelaki tersebut dengan tuduhan tak punya malu. Bukannya seharusnya Yuri yang mendapat julukan seperti itu?

Semakin difikir, teman-teman Yuri memang sungguh keterlaluan. Yuri bahkan mengira mereka adalah jelmaan seorang iblis dalam bentuk tukang gosip seperti sekarang. Mau dihindari, mereka sebenarnya bukan hanya teman, melainkan anak-anak rekan bisnis ayahnya. Bisa jadi apa Yuri kalau sampai Ayahnya tahu jika Yuri menjauhi temannya hanya karena masalah yang dianggap sepele oleh mereka?

Mau memutuskan hubungan dengan Kyungsoo.. Yuri sungguh tak sanggup. Ia terlampau jauh mencintai lelaki itu. Walaupun jujur, ia sendiri tak tahu bagaimana perasaan lelaki itu padanya. Sekedar mengucapkan ‘saranghae‘ bahkan tak pernah. Dan omong-omong, Yuri lah yang memulai hubungan ini. Ia yang pertama kali mengucapkan kata virtual itu pada Kyungsoo. Walaupun harus dengan ‘sedikit’ bersusah payah, akhirnya mereka pun resmi menjadi sepasang kekasih.

Dan salju abadi di gunung Fuji itu pun meleleh. Sekeras apapun Yuri mencoba untuk tegar, ia tetap tak tega saat tahu kemarin Kyungsoo menjadi korban pem-bully-an oleh teman-temannya. Bahkan, saat ditanyai oleh Yuri alasan kaos hitam lelaki itu ternodai oleh sedikit tepung, Kyungsoo hanya menjawab dengan sedikit senyum simpul, “Aku tak apa. Jangan khawatirkan aku.”

Yuri menggeleng kuat-kuat. Ia tak mau kehilangan Kyungsoo. Namun, ia juga tak ingin Kyungsoo menjadi korban diantara hubungan yang menurut dirinya sepihak ini.

Sifat emosional nya sama sekali tak berguna disaat seperti ini, ia memilih sabar, tetap tenang, walau hati bergemuruh dalam suatu pusara dilema.

Dan jika ia disuruh memilih.

Opsi kedua kemungkinan terbesarnya.

℘℘℘

December 24th 2012

Just like usually, dingin di awal Desember memang berhasil membuat gigi-gigi bergemeletukan kecil, dan rentetan sumpah serapah untuk kemacetan lalu lintas yang sama sekali tak tepat waktu datangnya.

Dan Kyungsoo pun satu diantaranya, terjebak dalam kemacetan didalam mobil Audi A5 putih miliknya ditemani lantunan lagu-lagu rohani khas natal yang ironis nya sama sekali tak mampu meredakan kecemasannya akan keterlambatannya dalam ajakan bertemu Yuri di sungai Han malam ini.

Sekarang, otaknya bagai memutar secara random rencana-rencana yang akan dilakukannya pada penghujung Desember ini. Dari berdoa bersama di gereja bersama Yuri, merayakan natal bersama Yuri, dan satu lagi rencana indah yang akan dilewatinya bersama Yuri. Sungguh, ia benar-benar tak sabar untuk itu.

15 menit kemudian, Kyungsoo akhirnya mampu keluar dari kemacetan tersebut. Bayang Yuri mengenakan mantel bulu dan berdiri dengan angkuh di sekitar sungai Han sekarang melekat dalam benaknya. Membuatnya refleks mempercepat langkah.

Kyungsoo merapatkan mantel hitamnya saat tahu-tahu angin semilir menerpa tubuhnya-membuat bulu kuduk nya meremang. Diedarkan pandangannya keseluruh penjuru sungai Han yang memang sepi ‘pengunjung’ saat musim dingin seperti ini. Tak ada manusia bodoh yang mau berjalan santai ditengah suhu udara yang mencapai 10° celcius seperti sekarang. Tidak ada, kecuali sepasang kekasih yang memiliki perasaan bertolak belakang ‘pada kali ini’.

Mian, membuatmu menunggu lama. Aku terjebak macet.”

Yuri yang tengah menatap kosong air sungai Han yang membeku karena suhu dingin yang tak wajar saat musim dingin itu lantas menoleh. Ia tersenyum simpul, “Tak apa. Duduklah.”

Sunbae, kau tak apa-apa?” tanya Kyungsoo-mengabaikan perkataan Yuri-sedikit cemas saat melihat tubuh pucat dan bibir pecah-pecah Yuri. Yuri sekarang lebih mirip seorang mayat hidup dari pada seorang Kwon Yuri-gadisnya.

“Hanya kedinginan. Ada yang ingin kubicarakan padamu, Kyungsoo-ya.” ucap Yuri yang sekarang telah berhadapan dengan sosok Kyungsoo yang hanya terpaut beberapa cm dari tubuhnya. “Lebih baik kita pulang saja sunbae. Kau bis-”

“Ini penting, Soo.” bibir Kyungsoo langsung terkatup rapat begitu mendengar nada tegas Yuri. Ia tahu ini tak main-main. Tapi bila melihat kondisi Yuri yang seperti ini, benar-benar tak ada pilihan lain. “Lain kali saja, sunbae. Kajja, ki-”

“Kita putus, Soo.” jemari Kyungsoo yang mencengkram pelan pergelangan Yuri mendadak melemas. “A-apa?”

“Kita putus.”

2 kata dan itu mampu membuat saraf Kyungsoo lemas seketika. “T-tapi kenapa?”

“Aku lelah, Kyung. Tidakkah kau juga begitu? Menjadi bulan-bulanan teman-temanku. Kurasa ini lebih baik, Kyung.”

Yuri mengucapkan nya dengan nada datar sedatar-datarnya. Membuat Kyungsoo tak ragu lagi kalau Yuri memang tak lagi menyukai dirinya.

Lain lagi dengan Yuri, ia memang mengatakannya. Mengatakan sesuatu yang sungguh bertolak belakang dari egonya. Ironis memang. Tapi tak ada pilihan lain. Dan opsi kedua benar-benar dipilihnya.

Ragu-ragu, Yuri mencondongkan badannya sedikit lebih maju. Dan bibir keduanya saling menempel satu sama lain, namun tak sampai dalam 5 detik, Yuri sudah melepaskan tautan bibir mereka.

It’s our last kiss. Good bye, i hope you can find someone who better than me. And thanks for everything. I go..

Yuri pergi menjauh, berharap semua kenangannya akan hilang begitu saja saat ia berlari meninggalkan lelaki itu. Sungguh, ia lebih memilih itu bukan ciuman terakhir mereka daripada harus berpisah seperti ini. Ini.. Sungguh menyesakkan.

Lain halnya dengan Kyungsoo, belum lagi ia dapat mencerna semua perlakuan tiba-tiba Yuri, gadis itu memberi ciuman padanya, lalu berkata selamat tinggal dengan begitu mudah padanya.

Presepsinya tentang gadis itu memang tak pernah salah, ia gadis keras kepala, emosional, labil, dan selalu main-main terhadap apapun.

2 kata yang menyesakkan. 2 kata yang membuatnya menyesal mencintai gadis bernama Kwon Yuri. Dengan begitu hancur sudah semua angan-angan indah tentang rencana di akhir tahun bersama Yuri.

Karena semua memang sudah berakhir.

℘℘℘

Natal yang mendung. Gelap. Dipenuhi nestapa. Tak ada kebahagiaan dibalik iris teduhnya, sungguh bertolak belakang dengan anak-anak diluar sana yang begitu bahagia mendapat sebuah kado dari seorang pria besar berbulu dagu lebat, sebut saja ia replika seorang Santa Klaus.

Semua keluarganya sekarang mungkin sedang berkumpul di ruang keluarga, sepulang dari gereja, lalu memakan makanan-makanan lezat buatan ibu dan bibinya. Namun, itu sama sekali tak membuatnya tertarik.

Kwon Yuri lebih memilih berdiam diri diatas sofa, menatap kosong televisi yang tengah menyuguhkan film-film menarik sebagai teman natal tahun ini. Tangan kirinya terjulur, menggenggam remote tv. Tapi itu semua hanya modus, raganya memang disini, dikamarnya yang serba berwarna ungu, tapi jiwanya melanglang buana entah kemana.

Suatu kebohongan besar kalau keluarga besarnya tak mengkhawatirkannya, lupa mengajaknya pergi ke gereja, berkumpul di ruang keluarga sembari berebut hadiah yang dibagikan sesepuh keluarganya. Itu semua bohong.

Mereka sudah bersikeras untuk itu. Bahkan sampai mengancam tak akan memberi kado natal untuk Yuri bila ia tak mau ikut. Tapi, ia tak peduli. Lagipula, ia bukan lagi anak kecil yang dengan polosnya menangis karena tak dapat hadiah saat natal. Sama sekali tidak. Yang ada, hanya Kwon Yuri dewasa yang menangis karena suatu hal yang menyesakkan sekaligus menyedihkan. Cinta.

Ingin rasanya Yuri menangis. Tapi, ia terlalu lelah untuk semua itu. Airmatanya juga sudah habis menurutnya. Jadi yang dia lakukan adalah menerawang jauh. Berpikir apa yang sedang dilakukan Kyungsoo saat natal seperti ini? Apa ia bahagia? Atau Kyungsoo sama seperti dirinya? Merenung, menutup diri dikamar, menutup diri dari segala keramaian?

Yuri tahu-tahu mendengus, mustahil Kyungsoo sama seperti dirinya. Kyungsoo pasti akan bahagia bila jauh dari jeratan gadis keras kepala seperti dirinya. Jauh dari segala penindasan teman-teman Yuri pada dirinya.

Lelaki itu memang pantas berbahagia tanpa dirinya.

Atau mungkin tidak.

Yuri sama sekali tak tahu.

℘℘℘

Marry christmas, Kyungsoo oppa!”

Kyungsoo tersenyum tipis begitu merasakan sebuah tangan kecil memeluknya dari belakang. Memberikan sebuah kehangatan tersendiri baginys, kehangatan yang menurutnya belum cukup untuk menghangatkan hatinya yang terlanjur membeku bersama air sungai Han di penghujung tahun.

Perlahan, Kyungsoo melepaskan genggaman tersebut, dan menatap makhluk bergen wanita dihadapannya, lantas mendecak. “Hee-ya, kau tahu ini musim dingin. Tapi, kenapa kau malah memakai celana pendek seperti itu?” tanya Kyungsoo sambil memperhatikan celana yang dikenakan wanita dihadapannya tersebut. Ia sama sekali tak habisa fikir. Bisa-bisanya memakai celana seperti itu di saat udara sedang ekstrim-ekstrimnya.

Gadis itu menampilkan sebuah cengiran, lantas mengamati penampilan bawahnya; celana longgar 15 cm diatas lutut. Pantas saja kalau Kyungsoo sampai terheran-heran melihatnya. “Ah, aku tak mau peduli! Oppa, aku ingin jalan-jalan!”

“Kau tahu diluar sangat dingin, Hee-ya. Lebih baik kita habiskan malam ini dirumah saja.” kata Kyungsoo lembut yang berujung penolakan dari gadis yang kerap dipanggilnya Hee tersebut. “Andawaeyo, oppa! Kajja, kita jalan-jalan!”

“Tapi, Hee-”

“Tidak ada tapi-tapian, oppa! Ayo berangkat!”

Kyungsoo langsung pasrah begitu tangan kecil Hee menariknya keluar dari rumah. Baiklah, mungkin berjalan-jalan tak terlalu buruk untuk kondisi hatinya saat ini.

℘℘℘

Pendapat Kyungsoo sepenuhnya salah. Berjalan-jalan di saat hawa sedang ‘menggila’ seperti ini bukanlah sebuah hiburan bagi hatinya. Berkali-kali, ia rapatkan mantel coklat tebalnya dan hasilnya masih tetap sama, ia masih tetap saja merasa kedinginan. Kyungsoo pun yakin, bertumpuk-tumpuk mantel pun juga takkan bisa menghangatkan dirinya yang kini sudah mirip boneka es berjalan.

Sementara itu, gadis bernama Hee tersebut seolah tak merasa kedinginan, ia malah menarik-narik tangan Kyungsoo menuju salah satu toko aksesoris serba pink tak jauh dari tempat mereka berdiri. Mereka sekarang berada di kawasan Dongdaemun, suasana tak begitu ramai oleh karena banyak kios yang tutup mengingat ini adalah malam natal.

Aigoo.. Hoodie ini imut sekali, oppa!”

Hee menatap senang couple T berwarna soft purple di genggamannya. Digenggaman kirinya terdapat kaos bergambar seorang anak anjing sementara di genggaman kanan nya terdapat kaos bergambar sebuah tulang. Imut memang, tapi hanya menurut Hee, tidak bagi Kyungsoo. Kyungsoo hanya menatap kosong obyek dihadapannya. Jiwanya memang disini, namun rohnya melanglang buana entah kemana, membuat Hee terpaksa menyenggol lengannya dengan sedikit keras. “Yaa, oppa!”

Kyungsoo terkesiap, “n-ne?”

“Kau tak mendengarkanku, oppa!” Hee mem-pout-kan bibirnya-kesal. Ia hampir saja akan meninggalkan toko tersebut saat tahu-tahu tangan Kyungsoo mencegahnya, “baiklah, aku mengerti maksudmu. Kita beli ini.”

Hee tersenyum penuh kemenangan. Lantas menarik lengan Kyungsoo menuju kasir.

“Sudah selesai jalan-jalannya?” tanya Kyungsoo-sedikit menyindir-saat baru keluar dari toko aksesoris tersebut. Hee tersenyum misterius, “ikuti saja aku, oppa..” dan lalu dieratkan tautan tangannya dengan Kyungsoo, sementara itu kepalanya disandarkan ke bahu Kyungsoo. Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri baginya. Hanya baginya.

℘℘℘

Sungai Han lagi.

Kyungsoo menatap pemandangan didepannya dengan tatapan datar. Dan Hee pun dapat merasakan kalau aura dingin dari tubuh Kyungsoo melebihi hawa dingin di sekitar sini. Hee sama sekali tak tahu kenapa transformasi pria itu begitu cepat. Tadi ia terlihat biasa saja. Namun kenapa sekarang menjadi seperti ini?

Oppa..”

Kyungsoo sama sekali terlihat tak menyahut, membuat goncangan tangan Hee pada

lengan Kyungsoo menjadi bertambah kuat. “OPPA!”

Kyungsoo buru-buru menoleh, entah kenapa telinganya selalu sensitif bila mendengar lengkingan suara Hee yang sama sekali tak bagus tersebut. Kini dengan wajah datar yang sudah lumayan pudar, “Mwoya, Hee?”

Gomawoyo, oppa sudah mau menemaniku berjalan-jalan.” ucap Hee dengan senyum tulus dan itu malah membuat Kyungsoo menjawab dengan nada ketusnya. “Kau yang menyeret-nyeretku kemari, Hee…”

Hee tersenyum kecut. Baiklah, ia menyerah untuk mencari tahu kenapa sifat Kyungsoo berubah menjadi seperti itu. Dan sekarang, daerah ini sepi, hanya ada dirinya dan Kyungsoo, sebuah kesempatan bagus baginya.

Sekarang atau tidak.

Kyungsoo yang tengah mengedarkan pandang keseluruh penjuru sungai Han langsung terkesiap begitu merasakan sesuatu yang hangat menempel pada bibirnya, dan juga hembus nafas-hangat-yang menerpa wajahnya. Ia menurunkan pandang. Ini tak mungkin..

Didorong nya tubuh ramping Hee hingga gadis itu nyaris terjengkal. Di lap ujung bibirnya yang sedikit basah karena ‘permainan’ secara sepihak oleh Hee tadi. Ia menatap gadis itu murka. “APA YANG KAU LAKUKAN, HEE?!”

Hee yang mendengarnya hanya mampu tergugu, tanpa mampu menggerakkan sarafnya sekedar untuk berbicara. Lidahnya kelu. Secara tak langsung, Kyungsoo telah menolak dirinya, dengan cara yang sama sekali tak elite seperti ini. Lantas, diberanikannya menatap wajah Kyungsoo secara langsung.

Gadis itu menelan saliva nya bulat-bulat. Merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengatakan semua yang sejujur-jujurnya pada lelaki dihadapannya itu. “Kyungsoo…”

Kyungsoo tak lagi mendengar. Dipejamkannya matanya rapat-rapat. Ia sudah mampu menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. “Saranghae..”

—-

Angin malam sesekali menerbangkan rambut panjang bergelombang nya yang tergerai. Namun, ia nampak tak peduli. Iris Asianya menatap nanar pemandangan di hadapannya.

Sekali lagi, ia merasa tak pernah berfikir sebelum bertindak.

Harusnya ia cukup tahu, kalau kembali lagi ketempat ini, bahkan belum genap 24 jam berlalu setelah kejadian ‘itu’ berlangsung, hanya akan kembali mengoyak-pedih-hatinya. Ditambah lagi pemandangan yang terasa kian menusuk-nusuk ulu hatinya. Benar, ia memang gadis bodoh..

Gadis itu berbalik, menuju pusara dimana angin berhembus. Dan berjalan lemas, nyaris persis seperti zombie yang berjalan di tengah ganas nya suhu musim dingin, tak perlu peduli kemana kaki akan melangkah. Yang penting ia bisa menjauh.

Dan sayangnya, masalah hati takkan selalu mudah, dan nyaris selalu saja sulit. Sakit itu kian meradang, menerjang, membuat luka kian perih tiada tara.

Gadis itu yakin, ia takkan bisa tersenyum lagi setelah ini.

℘℘℘

Dear diary,

Disudut kaca berembun, kutulis namamu disana,

Kau tahu kenapa?

Karna aku yakin, tulisan itu takkan bertahan lama

Hanya menunggu sampai embun baru datang lagi,

Dan namamu pun akan hilang.

 

Sayangnya, hatiku pun tak sama seperti embun,

Namamu telah terukir dengan kayu terkuat dihatiku,

Mau kukoyak..

Tidak, itu sakit.

Mau kupendam..

Itu sama saja menyakiti diri sendiri..

 

Aku harus bagaimana?

Apa aku harus terus diam dan menahan sakit tak terperi ini?

 

Tuhan, kau yang paling tahu segalanya..

Dan aku tahu, selalu ada pelangi indah setelah hujan badai..

 

Aku percaya itu..

℘℘℘

December 30th 2012

Dear Diary,

Kalau benar suatu keadaan dapat mengubah peringai seseorang..

Mungkin aku satu diantaranya..

 

Hidupku hanya abu-abu setelah kepergiannya..

Tanpa canda, tawa, dan tangis sekalipun..

 

Hari-hariku yang tanpa dirinya..

Adalah hari-hari dimana aku terus bercumbu dengan buku

Tanpa tahu ada dunia lain diluar sana,

 

Ini bahkan baru 5 hari..

Dan perubahan ini terasa bagai 5 tahun bagiku..

Kau memang ajaib,

Do Kyungsoo

℘℘℘

December 31th 2012

Diary,

Kau tahu?

Ini adalah malam tahun baru..

Malam dimana kembang api begitu semarak menghias penjuru langit

Malam dimana dipertontonkan pertunjukkan-pertunjukan apik di layar tv

 

Seharusnya, aku turut didalamnya,

Bercanda ria bersama keluarga..

Tapi entah kenapa,

Kejadian tadi siang di putar kembali dalam benakku

 

Kau menggandeng seorang wanita..

Itu pacarmu bukan?

 

Baiklah, aku sudah tak sanggup meneruskannya,

Dan jangan salahkan aku,

Kalau nantinya buku ini berakhir di tempat sampah.

 

Karena aku lelah..

Karena aku sudah terlalu lelah untuk mengadu..

~

℘℘℘

Click.

Suara jepretan kamera langsung saja membuyarkan segala halusinasi Yuri, memaksanya kembali pada alam nyata, alam yang sudah terlalu banyak mengukir goresan pedih di dalam hatinya.

“Yuri-ya, jangan sibuk terus dengan buku-kuno-mu itu! Berfotolah bersama kami!” Tiffany, teman Yuri, tahu-tahu sudah berada didepan Yuri, lalu menarik diary nya dengan kasar, membuat halaman buku tersebut terlihat kusut. “Jangan kasar seperti itu, Fanny-ah!”

Tiffany memberenggut, lalu memasukan diary serupa notes kecil tersebut didalam saku jaketnya, “aish, sudahlah. Ayo berfoto bersama kami! Ini moment langka kau tahu!” Tiffany membenarkan posisi kamera DSLR yang menggantung di lehernya, lantas menarik tangan Yuri menuju gerombolan remaja tak jauh dari mereka.

Gerombolan remaja itu berjumlahkan sekitar 9 anak lebih, semuanya pun juga teman dekat Yuri-itupun dulu-sekarang entah bagaimana Yuri bisa berubah sedrastis itu. Ia lebih memilih berdiam diri di pojok kelas atau perpustakaan sembari mencumbui buku-buku setebal kamus John Echols, dan itu hanya modus.

Semua tahu, Yuri menyibukkan diri-atau lebih tepatnya berpura-pura menyibukkan diri-adalah hanya karena ia ingin melupakan segalanya tentang lelaki itu. Dan nyatanya, cara itu sama sekali tak berhasil, karena nyatanya semua rasa sakit akan kembali lagi pada tempatnya saat Yuri tak sedang memikirkan apapun. Sayangnya, teman-teman Yuri hanya tak tahu kalau begitu sulit melupakan bayang seorang Kyungsoo di dalam kehidupan Yuri.

“Hey, senyum Yuri! Jangan seperti patung!” hardik Tiffany yang kali ini bertugas sebagai pemotret saat melihat pose Yuri yang lebih mirip seperti ekspresi Monalisa, dan tubuhnya yang seolah bertransformasi menjadi patung. Yuri terkesiap, “n-ne.”

Tak cukup hanya sekali, Tiffany tak kurang memotret foto sebanyak 5 x lebih dengan posisi yang berbeda-beda. Dengan background pantai dan langit yang bertabur kembang api, sudah pasti foto tersebut akan bagus hasilnya, mengingat Tiffany juga seorang fotografer freelance. “okay, sudah selesai. Kurang 20 menit lagi sebelum tahun baru, bagaimana kalau kita barbaque-an saja?”

Usul Tiffany tersebut disambut koor oleh semua teman-temannya. Dan dimalam itu mereka semua pun sepakat untuk berpesta. Semua, kecuali Yuri tentunya.

Pantai ini merupakan pantai pribadi milik keluarga Hwang, maka tak usah heran bila pantai ini terlihat sesepi biasanya. Sehingga, Yuri pun bisa dengan leluasa berjalan di bibir pantai dengan mata yang menatap langit yang bagai berselimut kerlip bintang di malam ini.

“Kau sedang apa disana Kyungsoo? Aku merindukanmu.” sangat.

℘℘℘

Pesta telah usai.

Hampir semua teman-teman Yuri memutuskan untuk menginap di resort yang tak jauh dari pantai tersebut. Sedangkan Yuri tidak. Kali ini dengan alasan yang logis, “mianhae, tapi aku benar-benar tak bisa. Aku menemani Eomma pergi ke Daegu pagi nanti. Lebih baik aku pulang saja, ya?”

Tiffany memandang langit-langit, nampak seperti berfikir.

“Uhm, yasudah lah kalau kau tak bisa. Memangnya kau mau pulang naik apa Yuri? Tengah malam seperti ini apa masih ada bis?” dan pertanyaan Tiffany tersebut mampu membuat Yuri tak berkutik seketika. Ia menggaruk kepala.

“Aku antarkan saja.” Sehun lantas muncul diantara mereka, dengan tangan kanan yang memainkan kunci mobilnya.

Tak kunjung mendapat respons, Sehun lantas berdehem, “mau tidak?”

“A-ah, t-tentu saja aku mau, Sehun-ah.”

“Yasudah. Kajja!” kata Sehun sebelum menarik tangan Yuri pergi dari situ dan memberi wink kearah Tiffany yang menatap punggung Sehun seperti anak kecil yang direbut mainanya oleh teman dekatnya. Tiffany menghembuskan nafas kesal, “Uh, yasudah.” lantas melangkahkan kaki menuju resort dihadapannya-resort keluarga Hwang.

℘℘℘

Suasana didalam mobil begitu canggung selama perjalanan. Bukan karena ada apa-apa diantara mereka. Hanya saja, Yuri yang takut untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu-oh, bukan takut, lebih tepatnya merasa malu berbicara dengan orang asing seperti Sehun.

Well, Sehun memang tak terlalu asing baginya. Sehun adalah pacar Tiffany. Dan berada satu mobil dengan pacar sahabatmu sendiri itu, memang sungguh…-bayangkan saja sendiri bagaimana rasanya.

“Ehm, jadi belok kemana setelah ini?” tanya Sehun ketika mereka sudah berada di pertigaan dekat rumah Yuri. Dengan cepat, Yuri langsung menjawab, “ah, tak perlu! Antarkan aku sampai sini saja. Rumahku sudah lumayan dekat kok.” jawab Yuri dengan senyum garing, membuat Sehun mengernyitkan kening. “Benar sampai sini saja? Apa tidak apa-apa?”

“Tentu saja tidak apa-apa!” jawab Yuri heboh, lantas kembali tersadar kalau ia benar-benar kelewatan. “Uhm, maksudku, tak apa-apa. Lagipula, aku bisa kempo-beladiri dari Jepang itu-. Kau jangan khawatir!”

Ingin rasanya Yuri melompat keluar dari mobil tersebut saat Sehun kembali menodonginya dengan pertanyaan lagi, “kau benar? Aku akan merasa bersalah kalau terjadi apa-apa padamu, Yuri-ya.”

“Ah, tak apa, sungguh.” Yuri membuka pintu mobil sedikit demi sedikit. “Lagipula, aku juga tak enak bila mengganggu ‘malam’ mu bersama Fany.”

Yuri sudah berada di luar mobil ketika Sehun menggaruk tengkuk-salah tingkah, ketika ia mengerti apa arti ucapan Yuri barusan. “Yasudahlah. Aku duluan, ne.”

Ne, gomawoyo, Sehun-ssi.” Yuri membungkuk, walau tahu mobil itu sudah berlalu dari pandangannya. Yuri menghembuskan nafas lega. Entah kenapa dirinya selalu was-was bila berada dekat-dekat dengan Sehun. Wajahnya yang… Err-mencurigakan?-mungkin, membuat Yuri merasa tak nyaman berada didekatnya.

Yuri lantas melangkahkan kaki jenjangnya menuju lorong apartemen di hadapannya-jalan pintas menuju rumahnya, karena setelah lorong ini maka akan nampak rumah Yuri di baliknya.

Dress selutut berwarna cream dibalut mantel tebal berwarna senada, nyatanya tak cukup mampu untuk menghalau rasa dingin serta keheningan yang rasanya mencekam. Membuat Yuri berkali-kali harus memeluk lengan.

Baru genap 5 langkah ia menapaki jalan lorong yang lumayan panjang tersebut. Rasa-rasanya Yuri merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang, membuat bulu kuduknya meremang, dan refleks ia mempercepat langkah. Benar-benar tak mau terjadi hal aneh setelah ini.

Firasat itu makin kuat terasa saat Yuri tak sengaja melirik kebelakang dan melihat bayangan seseorang dibelakangnya. Di kepung ketakutan yang amat sangat, Yuri pun lantas berlari, tak mau peduli lagi dengan kakinya yang serasa ingin patah karena high heels yang dipakainya, tidak juga peduli dengan rambut nya yang sudah setengah mati kusut karena angin yang bertiup makin kencang dirasanya.

Dan Yuri memang kurang beruntung kali ini.

Kaki Yuri keseleo saking semangat nya berlari, alhasil membuat nya kehilangan keseimbangan dan..

Yuri sudah tak tahu apa-apa lagi, ia sudah tak mau peduli lagi. Matanya terpejam erat-erat, kepalanya menduga-duga hal apa yang sebenarnya terjadi; ia sama sekali tak terbentur aspal atau benda keras apapun itu. Dan yang dirasakannya adalah badannya yang terasa ringan-seperti terayun, dan ia sudah dapat menebak apa yang terjadi. Matanya perlahan terbuka.

YAA!! SIAPA KAU!!”

Refleks orang tersebut pun langsung menarik Yuri hingga punggung gadis tersebut menempel pada dinding dan menutup mulutnya kuat-kuat, tak peduli dengan tenaga Yuri yang kian lama terasa lebih kuat.

Orang tersebut kehilangan kesabaran. Lantas dibukanya masker hitam yang dikenakannya.

“K-kyungs-”

Lelaki itu mendekatkan bibirnya pada telinga Yuri, dan berbicara tenang seolah tidak ada interupsi. “Diam atau kau akan kucium, Yuri.”

Walau setengah mati ingin berteriak agar akhirnya mendapat ciuman dari Kyungsoo, Yuri tetap memilih diam. Sungguh, akan dinilai gadis apa ia, jika ia bertindak seperti itu.

“Baik.” Kyungsoo menatap bibir Yuri yang terkatup rapat, menandakan tak ada lagi teriakan gaduh yang berasal dari sana. “Kenapa kau keluyuran malam-malam, Kwon Yuri?”

Yuri ingin sekali tersenyum selebar-lebarnya saat ini, tapi gengsi selalu menutupi segalanya, hingga yang tercipta ialah sebuah ekspresi aneh dari wajahnya. “Apa urusanmu, Do Kyungsoo. Urusi saja pacarmu itu, huh!”

Kyungsoo menatap aneh gadis dihadapannya, sementara itu Yuri balik menatapnya dengan tatapan menantang. “Maksudmu?”

Yang benar, adalah Yuri mendorong kuat-kuat tubuh Kyungsoo hingga lelaki itu terjatuh, lalu ia melanjutkan jalannya yang tertunda, karena memang tak ada apa-apa lagi diantara mereka. Namun, yang terjadi sungguh sebaliknya, Yuri takkan peduli seberapa kencang Kyungsoo mencengkram pergelangan tangan nya, asal, ia bersama dengan lelaki itu sekarang.

“Gadis itu. Gadis yang selalu bersamamu, kapanpun. Aigo, dengan pacar saja kau lupa.” Yuri mengalihkan pandang, berusaha tak tertarik lagi dengan guratan bingung yang tercipta di wajah tampan Kyungsoo sekarang. “Hee, maksudmu?”

“Y-ya, dia.” Yuri dapat merasakan nada suaranya yang terdengar bergetar. Setengah mati ia berharap takkan ada air mata yang jatuh lagi di malam ini karena jawaban yang sama sekali tak diinginkannya. Kyungsoo tersenyum simpul.

“Ia adikku, Yuri-ya.”

Yuri menoleh dengan cepat. “A-apa?”

“Dia adikku. Do Kyung Hee. Kau pasti salah paham.” diam-diam Yuri tersenyum lega, selega-leganya, bahkan sampai tak tahu kalau Kyungsoo juga mengetahui kelegaan tersebut. “Uh, adik? Aku bahkan melihatmu berciuman dengannya. Itu yang namanya adik kakak?”

“Ia menyukaiku Yuri-ya.” Yuri menggigit bibir, menerka-nerka jawaban apa yang akan terlontar setelah ini. “Lalu?”

“Aku menyukainya.” sesaat Yuri seperti melayang di atas awang-awang, lantas terhempas dalam jurang terdalam. “Sebagai adik.”

“Karena aku hanya menyukai mu, Yuri. Saranghae..” lanjut Kyungsoo sembari mengelus pipi Yuri. Memberikan nikmat yang takkan pernah terlukis. Satu sentuhan, dan itu sudah membuatnya lupa terhadap segalanya. Bully-an teman-temannya terhadap Kyungsoo, dan satu lagi.. Harga dirinya..

“Jadilah kekasihku, Yuri.” lanjut Kyungsoo sembari memberi gestur kearah Yuri agar tak ada interupsi. “Dari dulu, aku tak pernah peduli pendapat orang lain padaku. Aku. Takkan. Pernah. Peduli. Hingga saat ini, Yuri-ya.”

“T-tapi..”

“Tak ada tapi. I know u want me, Kwon Yuri..”

Dan tak perlu penegasan, bibir Kyungsoo sudah menempel pada bibir tipis milik Yuri. Yuri yang awalnya hanya mampu diam-shocked-akhirnya mulai membalas ciuman penuh kelembutan tanpa melibatkan nafsu tersebut.

Tanpa sadar, tangan Yuri tergerak kearah belakang kepala Kyungsoo, menekannya, berusaha untuk memperdalam ciuman tersebut.

Hingga mereka sampai pada suatu titik; mereka perlu oksigen. Ciuman mereka pun terhenti, namun tanpa melepaskan tatapan teduh antar keduanya.

Tak perlu waktu lama, Kyungsoo kembali mencium bibir Yuri, kali ini dengan tempo yang lebih cepat dan dipenuhi oleh nafsu didalamnya. Membuat Yuri sedikit waspada.

Dan benar apa yang dipikirkan Yuri. Tangan kanan Kyungsoo kini menelusup-masuk-kedalam gaun selututnya, menekan titik tersensitif bagi Yuri. Membuat Yuri tiba-tiba menghentikan ciuman mereka, sekaligus menarik keluar tangan Kyungsoo dari gaunnya. “Belum waktunya, Kyung..”

Kyungsoo menatapnya dengan tatapan protes. Seolah tak terima ‘permainan’ mereka terhenti begitu saja.

Yuri meletakkan telunjuknya di bibir Kyungsoo, seolah mengatakan tak boleh ada protes. Lantas mengalungkan tangannya dileher Kyungsoo, dan mencium kening Kyungsoo lembut. “Kau, pulanglah. Ini sudah larut sekali.”

Kyungsoo menatapnya dengan malas, walau akhirnya mengangguk juga. Ditatapnya punggung Yuri yang sudah berbalik.

Diam-diam, Yuri tersenyum lebar dalam langkahnya. Ia tahu, kalau kepedihan adalah sebuah kebahagiaan yang tertunda.

Dan ia juga tahu, kalau selalu ada pelangi indah dibalik hujan badai yang menerjang.

Karena sekaranglah, waktu pelangi indah itu terbit.

{END}

A/N: Ada gaksih sebenernya yang nunggu sequel nya drabble ‘itu’? /geer/ sumpvah banget lah pokoknya, maaf karena keabalan yang udah overdosis, terus saya yang lama udah lama gak nongol tapi sekalinya nongol udah bikin rusuh-_-” yah pokoknya buat SooYul shipper/emang ada?/ maaf gitulah, udah bersedia saya nistakan biasnya u,u saya juga SooYul shipper kok :9 /jadi curhat/

comment yah, apalagi kritik dan saran nya, aku tunggu bangetlah itu :’3

Regards -kaicifer

35 thoughts on “[Oneshoot] Dear Diary

  1. anjeeeeer author ff nya keren bingiiiiiit saoloh ><
    cakeah pokoknya ;;)
    sering2 bikin ff yg castnya yuri unnie ama anak 2pm ya thor :3

  2. eh, ikut tunjuk2 komen diatas (yg sy jg sama itu tulisan pjg smpe ke kanan -_-)
    *back to komen* astaga, parah itu smpe akhirnya harus putus tapi untungnya balikan lagi. aigoo~ serasa pgn ikutan nyakar itu yg ngebully..

  3. bagus 🙂
    kata-katanya mengalir spt sungai (?) xD jd detail n enak bacanya ^^
    tp kalo 100°C bukannya suhunya panas ya thor? kalo dingin harusnya minus (-) hehe ^^v

    • hihi makasih ;p
      itu sebenernya dr ms. word nya 10 derajat, eh tapi enggak tahunya disini angka nol kecil diatas jadi sama, jadinya malah 100 deh u,u
      thanks review nya 🙂

  4. Kyaaaaaaaaaaaaaaaa kerennn bgddd euhh feelnya dapet bgd lahhhh akhirnya lanjutn drabble itu dibikin juag erghh awal n akhir berbanding terbalik..di awal kesannya yuri yang terlalu cinta sam kyungsoo dan diakhir kyungsoo mengganas ahaha suka bgd aksi kyungsoo meluluhkan hati yuri haha good kisser boy mpe yuri takluk gt xixi berharap ini ada sequel lagi heheh good job buat authornya hehe

    • hehe siip lah kalo kamu suka 😉
      *brbbayangindikisskyungsoo* /ditabok
      sequel? mweheh gatau deh ._. btw thanks ya comment nya, brb jadi mood boster buat nulis :* /kisseshug

      • hahahahaah iyaaaaaaaaaa pokoknya klw main cast yeoja nya yuri pasti dijabanin buat baca deh apalagi ceritanya bagus gini xixixi jadi ehem suka juga sama couple brondong ini xixixi bkin lagi donk yayayayay hahah 😀

  5. ehhh aku bingung???
    sehun kan pacar fany tpi kok narik tngan yuri???
    aku kira bkal ad sdkit moment hunfany…………aku buka aza trnyata???
    thor bikin HunFany donk thor^_^

  6. ARGGGGGGGGHHHHHHHHH demi apa ya! nih author buat gue kesengsem brondong! satu-satunya pair Yuri selain Chanyeol yg EXOSHIDAE ga buat gue cemburu wkwkwk

    ayoo..ayoo.. buat fandom couplenya SooYul wkwkwkwk #saranajasih

    buat lg sooyul couple tapi berbeda cerita hohoho, salut deh, ini ff terkece yg pernah gue baca thor, oke semangat utk next project ff selanjutnya! fighting!! 😀

    • aaa, icha unnie aku spechless baca comment kamu :*
      nah ide bagus tuh (y) ayo, ayoh! *tarik-tarik*
      well, tergantung otak saya gitumah /dezigh/ tapitapi makasih bangetlah buat comment nya 😉 oke makasihmakasih ;D *tebarcium

      • muehehehhehe kamu kenal aku ya? #plok

        ayoooo buat, cari pendukungmu+moment” sooyul hihihihi

        idenya keren bgt! salutlah, huaseeekkkkk XD
        sipp (y) sama-sama #BIGHUG 8BD

  7. pas banget thor beberapa kali aku cari ff yang do yuri baru ketemu sekarang dan aku juga suka yuri do DAEBAK!!

  8. Kalo aslinya d.o bisa romantis gitu gmana yah???
    Ahhh gag bisa ngebayangin..
    Pasti pada luluh semua..
    Pengen jadi yuri..

Don't be a silent reader & leave your comment, please!