[FF Freelance] Tears in Heaven

pppp_2

Title                 : Tears in Heaven

Author             : Quorralicious

Length             : Oneshot

Rating             : PG 13+

Genre              : Romance, Angst, Marriage Life

Main Cast        : Tiffany dan Chen

Other Cast       : Seohyun

Pairing             : Tiffany dan Chen

Quote              : Don’t know that your tears will be this hurtful.

Disclaimer       : Cerita murni khayalanku dan cast hanya milik Tuhan dan Keluarganya

Credit Poster   : Wuu at wyfnexokingdom.wordpress.com

A.N                 : WARNING please don’t be silent reader, your comment its so precious for me.

 

Benarkah aku mengidap penyakit ini, tetapi yang paling aku takutkan bukanlah penyakit ini melainkan kehilanganmu. Status dalam rumah tangga kita, sebagai suami istri tidak serta merta menjadikan kita pasangan yang saling mencintai. Salahku, menerima perjodohan yang dibuat oleh orang tua kita Chen ah, Mianhae, tulis Tiffany sambil melihat kembali kertas hasil laboratorium yang dia dapat dari Rumah Sakit saat dia melakukan general check up rutin setiap tahunnya.

Kata-kata yang ditulis Tiffany di sebuah diary biru dongkernya itu cukup menjelaskan apa yang terjadi diantara keduanya, hubungan rumah tangga mereka semakin hambar, bagaikan sebuah boneka sandiwara dimana skenario yang tertulis adalah setiap adegan yang harusnya dilakukan oleh seorang suami istri. Setiap hari Tiffany dengan sigap memasak sarapan saat Chen suaminya akan berangkat kerja, menyiapkan bekal makan siang untuknya di kantor saat istirahatnya dan menyiapkan makan malam saat Chen sudah tiba dirumah dengan perasaan lelah karena pekerjaannya sebagai kontraktor. Pernikahan yang baru menginjak bulan ketiga ini terjadi karena sebuah perjodohan yang Tiffany lakukan ini sebenarnya bukan salah dia sepenuhnya, Chen yang menjadi suaminya saat inipun begitu cepat menerima perjodohan ini Tiffany sempat kaget akan keputusan Chen dia ingin memastikan Chen takkan mneyesali keputusannya kali ini, tapi tiba-tiba Chen menatap matanya menelisik kedalam hatinya dan dia dengan tegas menerima perjodohan mereka dengan begitu Tiffanypun tiba bisa menolak lagi keputusan yang diambil oleh teman baik sejak kecilnya itu.

 

“Tiffany ah…aku berangkat sekarang ya,” teriak Chen agar terdengar oleh Tiffany yang sedang mencuci piring di dapur, Chen berjalan menuju arah pintu rumah dan memakai kaos kaki dan sepatunya. “Ehh, bentar ini bekal makan siangmu belum aku masukkan ke tasmu.” Jawab Tiffany tergopoh-gopoh menuju pintu rumah, Tiffany dengan sigap memasukkan bekal makan siangnya itu saat Chen masih menyimpulkan tali sepatunya. Tiffany melihat simpul dasi yang dikenakan Chen kurang pas ketengah karena itu saat Chen selesai dengan simpul tali sepatunya dan berdiri Tiffany langsung memegang dasinya dan membetulkannya, “Ya, sudah beres.” Kata Tiffany puas sambil memandang dasi yang dikenakan Chen suaminya itu sudah tersimpul dan simetris. Jika dalam keluarga lain terdapat adegan ini, tentu dengan pasangan pengantin baru yang baru menikah 3 bulan akan berbeda ceritanya, sang istri akan pura-pura membetulkan dasi suaminya dna dengan nakal memberikan ciuman pagi kepada sang suami dilanjutkan dengan senyum tulus dan penuh sayang dari keduanya, sedangkan pasangan Chen-Tiffany ini tidak terlihat seperti itu, adegan tiap adegan begitu terasa dipaksakan, meski Tiffany mencoba menyesuaikan dirinya sebagai istri Chen tetap saja tidak akan berhasil jika Chen masih berhati dingin, tidak pernah sekalipun dia tersenyum kepada Tiffany kecuali saat ada orangtua mereka, ada tetangga mereka hmm pokoknya saat melibatkan pihak ketiga diantara mereka.

Sikap dingin Chen berhasil membuat luka hati Tiffany semakin membesar, tidak cukupkah luka yang diberi oleh Chen saat Tiffany menyatakan cinta padanya dan dengan entengnya Chen menolaknya? Lalu apa maksud dibalik kesediaan Chen menjadi suaminya itu? Tidak pernah Tiffany merasakan perasaan manis yang berbunga-bunga semenjak dia menikah dengan Chen, tidak heran jika sampai sekarang Tiffany masih perawan.

 

Tiffany POV

Cukup aku yang tahu tentang penyakitku ini, aku tak ingin membuatnya khawatir, aku akan menjaga jantungku ini sejauh aku bisa menjaga dan menjadi istri yang baik untukmu, tulisku lagi dalam diary kesayanganku. Wah hari ini memang berbeda sekali, cuacanya sangat cerah.. aku jadi ingin bertemu dengan teman lamaku Seohyun, ujar Tiffany dalam hati. Tapi hari ini kan hari 100 hari pernikahan aku dan Chen, karena itu aku harus membuatkan yang special untuknya, ujar Tiffany lagi penuh harap. Sore menjelang malam aku begitu disibukkan dengan bahan makanan yang harus aku buat tepat waktu sebelum suamiku Chen pulang, tepat pukul 7 aku mendengar suara pintu terbuka dan kulihat Chen sudah pulang, aku tersenyum dari dapur dan dia hanya menatapku dingin. Dia sedang  mandi dan ganti baju di kamarnya dilantai dua, yup aku dan Chen menggunakan kamar yang terpisah, hebat bukan? Saat dia selesai mandi, dia langsung turun menyusuri anak tangga rumah kita dengan rambutnya yang masih basah, aaah… dia sangat seksi, aku sampai terpana melihatnya laki-laki yang menjadi cinta pertamaku ini memang sangat mempesona, pikirku sambil membayangkan senyumannya saat kita pertama bertemu, tetapi lamunanku terpecah oleh suaranya,”Tiffany, ayo makan.” Katanya dingin sambil duduk di meja makan, meski hubungan kita hambar, setidaknya aku mencoba menjadi istri yang baik aku membantunya mengambil nasi dan lauk pauknya, kita makan dengan tenang dan diam seribu bahasa. Dia hanya memakan masakanku dengan lahap, tanpa mengkritik ataupun memuji  masakan yang telah aku buat sepenuh hati itu, entah karena aku sedang PMS atau sedang sensitif, tiba-tiba air mataku tak dapat aku bendung lagi, air mata ini sebagai bukti bahwa hatiku sudah tidak bisa menerima sikapnya yang dingin itu lagi, mungkin sensitifnya diriku ini berkaitan dengan surat lab yang baru aku terima kemarin sore,” Ini hari ke 100 kita menikah,” ujarku sambil terisak menahan tangisku.”Mau sampai kapan kita seperti ini? Sebenarnya apa salahku padamu, kamu juga kan yang menerima perjodohan kita malam itu, lalu kenapa sikapmu semenjak kita menikah begitu sangat tidak antusias dan bahkan seperti mayat berjalan seperti itu, sebegitu burukkah kenyataan bahwa kamu menikah denganku.”kataku sambil mencoba menghapus semua air mata yang turun dari pelupuk mataku itu,”Aku sudah tidak tahan lagi dengan keegoisanmu dan sikapmu yang dingin itu, seolah-olah semuanya itu salahku dan saat ini kau seperti sedang menghukumku, kau seperti sedang menyalahkanku dengan sikapmu yang dingin terhadapku, apa lebih baik aku mati saja, huh?!” teriakku, perasaan kesalku selama ini membuncah dan meletus dalam sekejap akupun langsung berjalan menuju dapur di sebelah meja makan dan membawa dompetku yang sejak dari supermarket tadi tergeletak disana, kulihat sekejap dengan ekor mataku meski dia terlihat sangat terkejut dengan luapan emosiku itu tapi tak kulihat dia sedikitpun beranjak dari kursinya, melihat hal itu aku semakin ingin pergi dari rumah ini, bukan, ini bukan rumah ini bagaikan neraka bagiku yang terpenjara oleh hatinya, akupun melesak menuju pintu keluar rumah dan menaiki taksi yang kebetulan lewat depan rumah.

 

Chen POV

4 Jam sebelum pulang..

Aku masih sangat mencintai Seohyun, yeoja itu benar-benar memenjarakan hatiku. Walau aku tahu hari ini adalah wedding anniversaryku dengan Tiffany aku hanya akan mengacuhkannya. Aku tak ingin terpenjara lagi oleh seorang yeoja, cukup Seohyun yang membuatku terluka hingga  saat ini. Jam kerjaku telah selesai karena pekerjaanku benar-benar sudah selesai sepertinya aku tidak perlu untuk lembur hari ini. Aku mencoba menyetop taksi didepan kantorku, tetapi tidak ada taksi yang kosong di saat jam pulang kerja seperti ini, apa sebaiknya aku pulang naik kereta saja ya hari ini? Pikirku. Tapi aku melihat sebuah taksi melaju kearahku dan sepertinya memang taksi itu kosong, saat aku berusaha menghentikannya tiba-tiba dari arah belakang seorang wanita berlari dan menyetop taksi yang akan kutumpangi, aku tidak berniat untuk mengalah, karena aku sudah lelah sekali jika aku mengalah dan harus berjalan ke stasiun kereta akan sangat melelahkan pikirku. Aku mencoba melihat yeoja itu dengan membalikkan badanku kebelakang, Ahh.. aku ingat, rambut bergelombang panjang itu, juga bibirnya yang kecil merah merona aku sangat ingat siapa pemilik rambut dan bibir yang mengagumkan itu. Dia… yeoja itu Seohyun, wanita yang mencampakkanku begitu saja, dia sama terkejutnya denganku. Mata kita saling menatap tidak percaya, terlebih aku bukankah dia memutuskan hubungan karena dia ingin kuliah di Amerika,? Lalu kenapa dia ada disini. Sepertinya dia sama tidak percayanya denganku, pipinya memerah dan dia memalingkan mukanya dariku, pertanda dia sangat malu ketahuan kalau kuliah di Amerika itu hanya akal-akalan dia saja yang ingin putus denganku empat bulan yang lalu.

“Tuan, anda jadi tidak menaiki taksi saya?” suara supir taksi memecah keheningan diantara kita.”Ouh, ya, eh tidak usah. Silahkan kamu saja yang naik.” Jawabku gelagapan sambil mencoba menjauh dari yeoja itu.”Tidak, jangan seperti itu kamu terlebih dahulu yang menyetop taksi ini,” sergahnya cepat dan menarik lenganku mendekati taksi itu.”Ah, daripada begini lebih baik kita berdua saja yang menggunakan taksi ini, rumahmu masih disana kan? Searah dengan rumah baruku.” Jawabku mencoba memberikan solusi bagi kita berdua, Seohyun menganggukan kepalanya pertanda setuju. Kita berdua pun menaiki taksi ini, sepanjang perjalanan kita diam, tidak ada yang bisa memulai pembicaraan. Lalu aku mencoba mencairkan suasana,”Kamu ada di Seoul? Tidak ke Amerika?” tanyaku setelah menenangkan hatiku yang berdegup kencang,”Maaf..” hanya itu yang bisa dikatakan Seohyun saat ini.

Waktu terasa begitu cepat, kita berdua sudah sampai dirumahnya, karena rumahku lebih jauh darinya makanya aku memutuskan untuk mengantarnya terlebih dahulu. Tiba-tiba kedua tangan mungilnya melingkar dipinggangku, terasa pelukan hangatnya ini sudah lama kurindukan.”Bisakah.. kita.. mulai dari awal?” ujanya pelan, aku berniat untuk melepaskan pelukannya tiba-tiba dia menciumku lembut,”Aku tahu kau sudah menikah, tapi aku sangat yakin kau tak bisa melupakanku bukan? Sama sepertiku yang tak bisa melupakanmu setiap hari aku sengaja berada disekitar rumahmu, melihatmu dari kejauhan kulihat kau tidak tersenyum sama sekali selama pernikahanmu. Kembalilah padaku.” Katanya sambil memelukku kembali. Aku hanyaa bisa diam dalam pelukannya yang memang benar, aku sangat merindukan pelukannya itu, yeoja itu benar-benar menjerat hatiku.

Dirumah, aku melihat Tiffany memasak begitu banyak lauk aku telah melupakan fakta bahwa hari ini adalah hari wedding anniversary ku dengannya karena Seohyun aku melupakannya. Aku mandi dan memakai baju seperti biasa dan turun ke ruang makan untuk makan malam, tidak ada yang special menurutku jadi aku hanya makan denganlahapnya dan dengan wajah dingin tentunya, aku masih memikirkan perkataan yeoja itu jadi aku tidak mendengarkan sama sekali Tiffany berkata apa bahkan aku tidak melihat airmatanya yang mengalir.

”Aku sudah tidak tahan lagi dengan keegoisanmu dan sikapmu yang dingin itu, seolah-olah semuanya itu salahku dan saat ini kau seperti sedang menghukumku, kau seperti sedang menyalahkanku dengan sikapmu yang dingin terhadapku, apa lebih baik aku mati saja, huh?!”

Hanya kata-kata ini yang aku ingat, kita berdua sama-sama menderita dengan pernikahan ini. Aku tak tahu harus bagaimana. Tapi aku tahu kemana aku harus mencari istriku, pasti dia ada dirumah sahabatnya Taeyeon besok aku akan menemuinya disana. Benar saja dia ada disana, wajahnya terlihat kusut dan matanya sembab dia sepertinya menangis semalaman, pikirku. Akupun memeluknya dari belakang di ruang tamu rumah kita, dia akhirnya mau aku bujuk untuk pulang kerumah. Dia tidak melepaskan pelukanku, sebaliknya dia mengeratkan tanganku di dadanya. Dia sangat membutuhkan kehangatn, aku tahu dia sangat menderita, tapi aku juga menderita, aku memutuskan untuk mencairkan hatiku perlahan aku membalikkan wajahnya yang membelakangiku kulihat airmatanya kembali mengalir aku memegang wajahnya mendekatkannya dengan wajahku akupun menciumnya perlahan dengan lembut seolah aku ingin menyampaikan rasa terimakasihku dia mau menjadi istriku, aku melumat bibirnya dengan tenang diapun mulai membalas lumatan bibirku kita berpelukan sangat erat seakan tidak ingin melepaskannya sesaat aku melupakan yeoja itu, akhirnya aku bisa terlepas darinya, aku mulai meyakinkan hati akupun membuka kancing bajunya dengan tergesa-gesa sambil kuciumi lehernya yang jenjang itu, tanganku perlahan mulai memegangi pinggangnya dan naik menuju dadanya tetapi.. sekejap wajah Seohyun melintasi pikiran dan aku pun menghentikan semuanya, aku lepaskan bibirku dari bibirnya. Tiffany terkejut dengan sikapku dan hanya bisa melihatku yang mulai menjauh dan berlari  menuju kamarku.

 

Author POV

Beberapa hari kemudian keadaan kembali menjadi normal, Tiffany dan Chen tetap bersandiwara dalam keseharian mereka. Tetapi yang membedakannya sekarang adalah Chen dan Seohyun mulai saling bertemu kembali lagi sudah 5 bulan Chen kembali berpacaran dengan Seohyun, Chen terlihat bahagia saat bersama Seohyun tetapi dirumahnya dia tetap bersikap dingin terhadap Tiffany. Hubungan Chen dan Seohyun semakin serius, serius dalam perselingkuhan yang mereka tahu akan fatal akibatnya jika diketahui siapapun.

 

Chen POV

“Hari ini kita makan apa Chagi.” Tanyaku sambil mencium kening Seohyun yang masih berbaring disampingku, semalam kita telah berhubungan suami istri dan aku sangat bahagia seakan-akan pikiranku berada di awang-awang.”Aku ingin sandwich Tuna,” jawab Seohyun.”Baiklah ayo kita pergi mencari sandwich Tuna kesukaanmu, sandwich yang ada didepan kantorku itu kan?” ajakku saat melihat Seohyun sudah mandi dan siap untuk keluar dari hotel yang kita sewa semalam tadi.

“Ini sandwichmu.” Kataku sambil memberikan sandwich Tuna kesukaannya, tanpa aku sadari seorang yeoja pun memasuki toko roti itu, saat itu kita sedang sarapan bersama setelah semalaman bersama. Lalu tiba-tiba..”Chen..?” tanya seorang yeoja yang suaranya sangat aku kenali itu, dia mencoba melihat wajahku memastikan bahwa itu aku, namja yang sedang bersama wanita lain kulihat wajahnya memucat seputih kapas.”Tiffany..” jawabku dengan polos padahal saat itu adalah saat aku ketahuan sedang berselingkuh. Dia berlari keluar toko roti itu yang bisa aku lakukan hanya diam, seperti yang Seohyun lakukan dia juga hanya bisa diam. Tidak lama setelah dia keluar aku mendengar teriakan seseorang,” Tolongg,,, yeoja ini tak sadarkan diri, seseorang tolong bantu aku panggil 119 panggil ambulans sesegera mungkin!” orang-orang yang sedang berjalanpun mulai mengerubunginya. Aku hanya bisa mengacuhkannya toh itu bukan orang yang aku kenal akan ada orang lain yang mengurusnya, ujarku dalam hati.”Seohyun, mari kita pergi kerja kau sudah selesai dengan sarapanmu kan?” kataku sambil beranjak dari kursi ku dan mulai berpisah dengan Seohyun karena tempat kerja kita berbeda satu gedung.

 

Tiffany POV

Aku tidak menyangka akan seperti ini, ternyata foto-foto itu benar adanya. Kepergianku akan mengangkat beban yang selama ini dia miliki. Dia akan bahagia dengan yeoja itu. Selamat tinggal. Aku masih ingat aku mengucapkan semuanya dalam tidurku itu, sekarang aku berada disebuah ruangan yang semuanya berwarna putih, kulihat ada bayangan hitam yang terbang disekitarku dalam sekejap bayangan itu memancarkan kilauan putih yang menyilaukan mataku, mungkinkah dia malaikat? Perlahan aku bukakan mataku dan aku bisa melihat sayapnya. Benar saja, dia adalah malaikat dia menjemputku saat aku masih dalam alam bawah sadarku tentu saja aku hanya bisa mengikutinya. Kau masih terbebani urusanmu, karena itu aku akan membiarkanmu untuk menyelesaikannya terlebih dahulu, ujarnya sambil menghilang. Saat aku buka mataku aku bisa melihat diriku sendiri yang berbaring di kamar rumah sakit, disana mataku tertutup rapat. Dan aku melihat Chen dengannya, dengan yeoja dalam foto itu melihatnya air mataku tak terbendung lagi aku tak ingin melihat mereka berdua selama 5 bulan ini sudah cukup aku melihat mereka berdua dari kejauhan, melihat Chen yang bahagia saat dia mengkhianatiku. Ternyata rasa penasaranku inilah yang menjadi beban akan kepergianku menuju surga, saat aku mengetahui semuanya semua pengkhianatan itu dengan pasti malaikatku pun menjemputku kembali, saat ini dia datang dengan wajah tersenyumnya,”Baiklah, ayo kita pergi menuju surga balasanmu menjadi seorang istri yang baik dan pengertian selama di dunia ini.” Ujarnya mengulurkan tangannya dan membentuk kilauan kecil, tanganku pun meraih tangannya dan kami berdua menghilang selamanya dari dunia ini menuju surga yang lebih indah, meski begitu airmataku ini tetap tidak bisa kuhentikan meski aku telah sampai disurga.

 

Chen POV

Kenapa kau pergi begitu tiba-tiba, pikirku.

Saat aku serakah dan ingin memiliki semuanya, pada akhirnya tidak ada yang kudapatkan.

Dia, yeoja itu meninggalkanku kembali rupanya aku hanya pelarian baginya, dia yang sudah menikah di Amerika kabur dari Amerika dan menemuiku disini, menemui aku yang bodoh.. bodohnya aku tertipu lagi olehnya.

Pikiranku kalut, meninggalnya Tiffany begitu tiba-tiba bagiku, saat aku sampai dirumah tidak terdengar lagi suara gemericik air ataupun suara pisau Tiffany yang sedang memotong sayuran mempersiapkan makan malamku. Hatiku meleleh, saat dia sudah tidak ada lagi di dunia ini. “Tiffany ah..” panggilku, tidak ada yang menyahut panggilanku menyadarkanku bahwa aku hanya tinggal sendiri dirumah ini tanpanya, seseorang yang selalu aku sakiti.

Kakiku melangkah menuju kamarnya yang kosong, suasana dingin begitu kentara. Bahkan setelah kita mnejadi suami istripun kita masih tidur di kamar terpisah seperti ini, jahatnya aku padamu, mungkinkah kau bisa memaafkanku disurga sana?”Maafkan aku Tiffany..” di meja nya aku bisa melihat diary berwarna biru dongker, pasti miliknya. Aku buka satu persatu halamannya, tidak ada satupun tulisannya yang menyerupai kenyataan yang ada, saat aku bersikap dingin padanya bahkan tidak pernah tersenyum padanya tapi ditulisan ini dia menuliskan, bahwa aku tersenyum padanya, dia merasaka kelembutan dan kehangatan hatiku, aku baca lagi ternyata selama ini dia menahan perasaan kesepiannya dengan menulis di diarynya seperti ini, aku juga tahu dari diarynya bahwa Tiffany selalu setia menungguku pulang kerja meski aku sedang lembur. Semakin kubuka halaman diary itu tanpa terasa airmata sudah menumpuk dipelupuk mataku tumpah ruah sudah airmata yang selama ini aku tahan saat melihatnya dalam kondisi koma di rumah sakit.

Benarkah aku mengidap penyakit ini, tetapi yang paling aku takutkan bukanlah penyakit ini melainkan kehilanganmu. Status dalam rumah tangga kita, sebagai suami istri tidak serta merta menjadikan kita pasangan yang saling mencintai. Salahku, menerima perjodohan yang dibuat oleh orang tua kita Chen ah, Mianhae.

Cukup aku yang tahu tentang penyakitku ini, aku tak ingin membuatnya khawatir, aku akan menjaga jantungku ini sejauh aku bisa menjaga dan menjadi istri yang baik untukmu

Dia sudah tahu tentang penyakitnya, tetapi dia tidak memberitahukannya kepadaku selama ini. Lalu kubuka lembar baru halaman diarynya,

Maaf diarku, selama ini aku membohongimu, selama ini aku kesepian dengan sikap dinginnya, sejak kita menikah dari beberapa bulan lalu sebenarnya dia tidak pernah menyentuhku, membuatku merasa gagal menjadi seorang yeoja. Tetapi, saat aku meluapkan kemarahanku, esoknya dia menjemputku betapa senangnya hatiku saat itu. Terlebih saat diruang tamu dia memelukku dari belakang, back hug! Yeay! Bahagianya aku jika aku mengingat kejadian kemarin. Lalu dia menciumiku dengan hangat dan mulai membuka kancing bajuku, mengelus paha dan pinggangku serta dadaku, tetapi dia tiba-tiba berhenti melakukannnya. KENAPA??? T-T

Halaman berikutnya….

Saat aku sedang mencuci bajunya, aku mencium parfume wanita dari kemejanya saat aku perhatikan kemeja itu ada lipstik yang menempel. Hatiku mulai resah, aku bertanya-tanya mungkinkah dia? Tidak mungkin, meski dia selalu bersikap dingin tetapi tidak mungkin dia mengkhianatiku. Ini sebuah rasa percaya padanya ataukah aku hanya ingin menenangkan hatiku yang sebenarnya resah? Aah molla,,

Berikutnya…

Aku melihat fotoku yang sedang bergandengan tangan dengan Seohyun, ah saat itu kami sedang bermain di Lotte World. Kenapa dia memiliki foto ini?

Aku memberitahukan semuanya pada Taeyeon, Taeyeon yang sudah sangat berpengalaman dengan semua jenis lelaki lalu berinisiatif untuk membuntuti suamiku, aku sudah melarangnya tetapi dia tidak mau, dia tetap menguntit suamiku. Tadaaa dan inilah hasilnya, suamiku benar-benar mengkhianatiku, hatiku sakit, terasa diremas-remas, ahh.. sepertinya jantungku mulai bereaksi yang berlebihan jika aku melihat foto ini. Aku tak inign pergi dari sisinya meski dia mengkhianatiku, karena aku mencintainya Tuhan…

Dia…

Dia…

Dia.. mengalami serangan jantung saat melihatku di toko roti itu bersamanya, karena itu dia koma selama seharian, karena itulah aku tidak pantas menerima maafmu Tiffany.. Baru aku sadari, yeoja yang tak sadarkan diri didepan toko roti itu adalah kamu Tiffany, seharusnya aku tau itu dan membawamu kerumah sakit secepatnya, maafkan aku Tiffany. Tangisku semakin menjadi-jadi, tak terbendung lagi akupun terus menangis semalaman itu merasakan sakit yang Tiffany rasakan saat dia menangisiku yang mengkhianatinya. Dan bodohnya aku, saat dia pergi baru aku sadari aku mencintainya, Aku mencintaimu Tiffany.

 

Seseorang akan terasa lebih spesial saat dia sudah tidak ada disampingmu lagi, terlebih lagi dengan cintanya yang sangat tulus.

Maafkan aku… Tiffany

Berhentilah kau menangis di surga…

 

—-THE END—

 

8 thoughts on “[FF Freelance] Tears in Heaven

  1. huaa sedih nyesek ih bacanya. kasian tiffany..
    dan iya itu posternya bukan chen tapi xiumin, apa emang sengaja?
    nice ff

  2. Aku uda baca yg versi xiuminnya
    tp klo yg ini, kyakny beda poster y? Tp tetep dengan foto fany-xiumin
    cuma castny d gnti jd chen 🙂
    keep writing exofany fanfic y thor

  3. Ini ff apa sampe bisa bikin gw mokok sendirian tengah malem sambil nangis???
    Hua chennnn kau jahat sekali
    *kaburrrrrr

    Nice work keep writing…

Don't be a silent reader & leave your comment, please!