Brunch (Epilog)

brunch

BRUNCH

“When we’re together, nothing can be better…”

By

PSEUDONYMOUS

CAST: 2PM’s Nichkhun & SNSD’s Tiffany || GENRE: Family & Life || LENGTH: Chapter || RATING: G || DISCLAIMER: Inspired by Benny and Joon (1993) & Grave of the Fireflies (1988)

PREVIOUS PART:

PROLOGUE — CHAPTER 1 — CHAPTER 2 — CHAPTER 3 — CHAPTER 4 — CHAPTER 5

EPILOGUE

Pagi yang sepi. Musim gugur hampir tiba. Jaekyung duduk di meja kasir dengan bertelekan sikunya. Ia memerhatikan meja-meja kosong di dalam kedai tanpa minat, lalu mendesah ke pemandangan di luar jendela. Bahkan ketika seorang pria paruh baya membuka pintu kedai dan sosoknya yang dibungkus oleh cahaya lembut sinar matahari pagi dan bingkai pintu, juga tidak dapat merebut perhatian Jaekyung sama sekali, sehingga seorang pelayan lainnya—Jisook—harus turun tangan sendiri untuk melayani pesanan pria itu.

Saat Jisook melintas di sebelah mejanya, wanita itu menyenggol siku Jaekyung dan melotot kearahnya. Jaekyung menatapnya heran dan berbisik pada Jisook saat sahabatnya itu kembali ke mejanya seusai mengantarkan segelas kopi dan satu porsi Sandwich Club pada pelanggan pertama mereka di pagi itu.

“Ada apa, sih, denganmu?”

“Aku yang seharusnya bertanya demikian, Bodoh,” kata Jisook. Ia menarik salah satu kursi dan duduk di sebelah Jaekyung. “Kau terlihat murung akhir-akhir ini. Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?”

“Hm…” Jaekyung menggeleng lemah.

Jisook mencibir, “Pasti ini ada hubungannya dengan pria yang kau kenal di bengkel itu, siapa namanya? Mikun? Dikun? Rakun?”

“Nichkhun,” sahut Jaekyung membetulkan.

“Ya, itu maksudku,” kata Jisook mengangguk-angguk. “Bagaimana dengannya? Apakah kalian tidak bertemu lagi sejak kejadian itu?”

Jaekyung mengangkat bahu. “Dia bukan tipeku.”

“Oh ya?” Jisook tertawa lebar. “Aku ingat bagaimana kau begitu khawatir soal dandananmu saat hendak menemuinya di bengkel dan—aw!” Seseorang memukul kepala Jisook dari belakang.

“Maaf, Nona-nona,” seorang wanita bertubuh gempal dengan rambut ikal dan kulit berbintik-bintik merah tersenyum sinis di belakang Jisook, “aku membayar kalian untuk bekerja di sini, bukan untuk bergosip.”

Jisook mengerutkan bibirnya dengan perasaan dongkol. Wanita pemilik kedai itu—bos mereka—melotot kearah Jisook. “Apalagi yang kau tunggu? Kembali ke dapur dan bekerja!” serunya.

Jisook berdiri, lalu meninggalkan meja kasir. Sementara itu Jaekyung memperbaiki posisi duduknya dan mendongak pada atasannya. “Aku memang seharusnya di sini, kan?” ujar Jaekyung kala wanita itu menatapnya tajam dan mengancam.

“Ya, tapi sebelum itu,” wanita itu mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya, “pasang ini di pintu depan.”

Jaekyung menerima papan kayu persegi berwarna putih itu dengan tulisan “Wanted” yang besar dan berwarna merah.

“Kita membutuhkan satu orang pelayan lagi,” lanjut wanita itu.

Jaekyung mengangguk, kemudian keluar dari kedai bersama papan itu. Ia berdiri di depan pintu masuk dan hendak menggantungkan papan itu di salah satu tonjolan pada pintunya ketika seseorang mengetuk pundaknya. Jaekyung berbalik dan menemui seorang pria botak, bertubuh pendek, dengan wajah ramah menyerahkan sekuntum bunga mawar merah kepadanya.

“Untukmu,” kata pria itu.

“A-apa?”

Jaekyung menerima bunga mawar itu dengan ragu, lalu pria itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa lagi selain melontarkan senyuman dan anggukan. Jaekyung menatap pria itu dengan terheran-heran, bahkan ketika pria itu telah menghilang di belokan pertama, Jaekyung masih menatap kearah sana, berharap pria itu akan muncul lagi dan mengagetkannya, lalu berteriak sambil tertawa, “Aku hanya bercanda! Kau masuk dalam acara bla, bla, bla…

Namun, pria itu tidak kembali dan benar-benar hilang ditelan belokan jalan.

Jaekyung masih tidak percaya dengan setangkai bunga mawar yang diberikan cuma-cuma padanya ketika seseorang menyentuh pundaknya lagi dari belakang. Jaekyung berbalik lagi, dan kali ini seorang pemuda berambut cepak dan berkaus biru dengan gambar monster yang aneh, menyerahkan setangkai bunga mawar lainnya kepadanya.

“Untukmu,” kata pemuda itu, kemudian pergi tanpa penjelasan.

Jaekyung menatap pemuda itu lagi, kali ini berniat untuk mencegahnya. Namun, Jaekyung tercengang di tepi jalan, terkejut oleh pemandangan beberapa orang lainnya yang berjalan menghampirinya dengan membawa setangkai bunga mawar yang sama. Seorang gadis muda berseragam SMU, gadis kecil berumur lima tahun dengan sepeda roda tiganya, seorang wanita berambut panjang cokelat dengan mantelnya yang kebesaran, seorang anak kecil berseragam SMP dengan plester obat di atas alisnya, dan kelima orang lainnya yang tidak ia kenali juga.

Orang-orang itu mengantarkan bunga-bunga itu kepada Jaekyung secara silih berganti, kemudian berlalu begitu saja. Jaekyung menerima bunga-bunga itu masih dengan air wajah kebingungan. Seorang wanita tua dengan tubuh bungkuk datang menghampirinya dan menyerahkan bunga kesembilan pada Jaekyung.

“Kau wanita yang beruntung,” kata wanita tua itu sambil tersenyum ramah, “dia sangat tampan.”

“Apa?” Jaekyung meremas tangkai-tangkai bunga itu kuat-kuat. “Siapa yang tampan?”

Wanita tua itu juga tidak menjelaskan apa-apa selain hanya mengerlingkan sebelah matanya pada Jaekyung.

Jaekyung menatap kesembilan tangkai bunga itu dan menggelengkan kepala ragu. Ia masih belum tahu apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukannya dengan bunga-bunga itu sekarang. Sebelum keraguannya yang tidak juga tuntas semakin membuatnya bingung, Jaekyung memutar tubuhnya dan memutuskan kembali ke kedai. Begitu dia berpaling, dilihatnya Tiffany berdiri di depan sana dengan setangkai bunga lainnya.

Jaekyung mengucek matanya, dan meyakinkan diri bahwa itu benar-benar Tiffany. Gadis itu tersenyum kepadanya dan mengantarkan tangkai yang kesepuluh padanya.

“Tiffany,” Jaekyung tergagap-gagap.

“Kau tahu,” kata Tiffany seraya menghampiri wanita itu, “ini pertama kalinya aku melihat kakakku seromantis ini.”

“A-apa?”

Tiffany melirik ke belakang kepala Jaekyung. Jaekyung terpancing dan menoleh ke belakang dengan perlahan. Entah bagaimana Nichkhun tiba-tiba sudah berdiri tepat di belakangnya, membawa tangkai kesebelas untuknya. Pria itu tersenyum manis padanya dan menyerahkan tangkai itu kepada Jaekyung.

“Apa-apaan ini?” kata Jaekyung.

“Ini permintaan maafku padamu,” jelas Nichkhun. “Dan…” Nichkhun mengambil alih papan lowongan kerja itu dari Jaekyung dan memegangnya di atas dada, “…apakah masih ada yang tersisa untukku?” lanjutnya sambil menatap Jaekyung penuh harap.

Jaekyung mengamati Nichkhun dan bunga-bunga di tangannya secara bergantian, lalu beralih pada Tiffany di sebelahnya. Segala sesuatunya tampak berbeda. Sepertinya ia telah melewatkan sesuatu yang sangat penting.

“Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat,” ujar Jaekyung seraya merebut kembali papan itu dari Nichkhun. Nichkhun mengangkat kedua alis tebalnya dan menunggu. Jaekyung mendelik kearah Tiffany, kemudian berbalik kearah kedai. “Aku rasa kau perlu menjelaskan sesuatu padaku di kedai dengan segelas kopi dan Sandwich Club.”

Nichkhun tersenyum kearah Tiffany, menunggu persetujuan. “Aku rasa Tiffany juga lapar, bukan begitu?”

Gadis itu mengangguk-angguk antusias pada kakaknya. “Ya, aku lapar,” serunya.

Jaekyung tersenyum. “Kalau begitu, aku rasa segelas susu coklat dan roti panggang dengan selai kacang bisa mengisi perutmu yang kosong.”

Nichkhun dan Tiffany duduk di meja kosong dekat jendela yang juga bersebelahan dengan pintu kedai. Cahaya matahari yang keemasan menyentuh lengan-lengan mereka dengan lembut di atas meja. Nichkhun memandangi kegiatan kota Seoul di luar jendela dan tersenyum damai. Tiffany yang penasaran, ikut menikmati pemandangan itu dengan hati berdebar. Ini adalah kali pertama Tiffany merasa begitu diterima di kota yang ditinggalinya, merasakan dirinya berbaur dengan kesibukan pagi dan yang paling penting, ia menjadi bagian dari kesibukan itu tanpa merasa disisihkan lagi.

“Bagaimana menurutmu?” Nichkhun bertanya kepadanya. “Pemandangan yang bagus, bukan? Aku pikir kau bisa mendapatkan gambar yang bagus dari sini. Kau bisa menggambar jalanan, gedung-gedungnya, orang-orangnya, semuanya.”

“Hm…” Tiffany menggumam sambil mengangguk-angguk setuju.

Beberapa saat kemudian, Jaekyung bergabung bersama mereka dengan membawa nampan penuh berisi dua gelas kopi hitam yang manis, segelas susu cokelat panas, dua porsi Sandwich Club, dan roti panggang dengan selai kacang.

“Kalian sedang membicarakan apa, sih?” goda Jaekyung seraya menurunkan sarapan mereka dari atas nampan.

Nichkhun terkekeh. “Sepertinya kalian akan mendapatkan satu pelanggan tetap mulai pagi ini,” katanya sambil berpaling pada Tiffany.

“Dan satu pelayan tampan,” balas Tiffany terkekeh.

Jaekyung tersenyum pada keduanya secara bergantian. “Bosku pasti akan sangat senang.”

Ketiganya mulai menyesap gelas kopi dan susu masing-masing di bawah berkas sinar matahari yang menyisip lewat jendela. Mereka tersenyum, bersenda gurau, dan tertawa. Dan benar kata Tiffany bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja.

THE END

41 thoughts on “Brunch (Epilog)

  1. Menurutku, Nichkhun-Jaekyung gak serasi kalau dipairing kaya gini.. Jadi susah bayanginnya. Aku malah ngebayangin Victoria haha-_–

    Kayaknya endingnya kurang greget gitu._.
    Tapi suka kok sama ceritanya!

    • wah, endingnya kurang greget ya?
      akhir-akhir ini emang lagi suka banget bikin ending yang nggak cheesy, ngegantung, atau terlalu over-dramatical.
      makanya pengen bikin yang simple, tapi manis.
      🙂
      tapi, tetep makasih kritikannya hehe.

  2. Happy ending! ^^ Sempet kaget klo ini Epilog, takut aku ngelewati 1 part lainnya x_x
    Ternyata ga, emg aslinya ff ini short chapter.. .-.
    Cuma agak kurang greget soalnya pairingnya Jaekyung-Nichkhun.. Kata-katanya bagus, alurnya jg mengalir cuma pairing akhirnya aja yg menurutku kurang bisa di bayangin.
    Yaa.. Berharap KhunFany tp ga mungkin karna disini mreka itu sodara. Yg penting Tiffany udh sembuh deh.. 🙂 ditunggu ff KhunFany lainnya ya 😀

    • lagi-lagi ada yang ngeluh soal pairing ya hehe, cuma aku rada nggak paham sih sama pemikiran readers. kalo misalnya ada readers yang nggak bisa ngebayangin crack couple sama-sama, entah gimana mereka ngebayangin idol yang dipairing bareng OC yang kadang sosoknya masih kurang diperjelas sama author.
      tapi, nggak apa-apa deh hehe. makasih pujian & kritikannya. 😉

  3. aku kebayang kok thor.. tp lebih ke adik kakaknya ketimbang akhir cerita jaekyung nya… Dari awal ampe akhir keren kok, maaf kalo perhatiannya lbh ke fany-khun nya hehe 🙂 keren^^

  4. Mian ya thor, kalau menurut aku sih endingnya kurang jelas gimanaaa gitu. Lebih ke Jaekyung-Nichkun, bukan cerita Tiffany-Nichkun yang dari awal yang jadi sorotan utamanya gitu. Hehehe tapi bangus kok ceritanya

    • kalo menurut aku sih, ini udah jelas banget ya hahaha.
      endingnya lebih menggambarkan hubungan seluruh tokoh di cerita ini (gimana akhir hubungan Nichkhun-Jaekyung, gimana hubungan Nichkhun-Tiffany, dan bagaimana nasib Tiffany–yang pada akhirnya dia udah diterima & dibiarkan menentukan apa yang dia pengen).
      maaf ya kalo emang nggak sesuai sama yang kamu harapkan.
      mungkin emang masalah selera aja. aku emang pengen bikin ending yang nggak terlalu cheesy & over-dramatical. pengennya yang kayak gini aja, readers bisa mengambil kesimpulan sendiri di akhir cerita. simple, tapi manis. 🙂

  5. Pertama-tama, aku mau bilang kalo FF ini keren banget! Jarang ada FF yang mengusung tema adik dan kakak. Menurut aku FF ini out of the box banget, karena biasanya kita baca FF romance, friendship, etc. dan itu agak sedikit ngebosenin. Dari pertama kali aku tau kalo FF ini temanya adik dan kakak, apalagi pas aku tau FF ini inspired by “Grave of the fireflies” Aku sempet mikir “Jangan-jangan Tiffany bakal meninggal” sementara aku gasuka kalo maincastnya meninggal, tapi ternyata FF ini engga setragis “Grave of the fireflies” aku udah bersyukur banget, karena akhirnya bukan SAD ENDING. Kalo soal Nichkhun pairingnya sama Jaekyung, aku sih gamasalah, karena Tiffany itu kan adiknya Nichkhun, kalo mereka pacaran galucu dong? Wkwk dan aku gak terlalu bayangin Nichkhun sama Jaekyung karena inti ceritanya itu soal hubungan kakak beradik. But the point is….. FF ini keren banget!!! Dan aku tunggu FF KhunFany buatan author Pseudonymous yang selanjutnya!!! Apapun ceritanya, asal KhunFany maincastnya, aku pasti sukaaa!!! Gomawo Thorrr, maaf yaaa kalo komentarnya trashy banget^^

  6. W O W ^^ thor
    FF nya Keren Bengud #Plakkk ^Abaikan
    Kapan” buat ff kayak gini lagi ya thor ^^
    Jangan Lupa !?! #Maksa -,-

    Pokokny WOW banget deh buat ff Brunch ini ^^
    Buat Pembaca gk bosen… (^.^)

  7. W O W ^^ thor
    FF nya Keren Bengud #Plakkk ^Abaikan
    Kapan” buat ff kayak gini lagi ya thor ^^
    Jangan Lupa !?! #Maksa -,-

    Pokokny WOW banget deh buat ff Brunch ini ^^
    Buat Pembaca gk bosen… (^.^)
    Semangat Buat Thorrr…. ^^

  8. yeayy, happy ending !! :))
    sayang ending nya bkin nangis, sadar kalo disini khunfany cuma kakak-adik 🙂
    but this is out of awesome. this is too awesome! 🙂

Don't be a silent reader & leave your comment, please!