[ONESHOOT] Kiss The Rain – Khuntoria Fanfiction

Author : cherry_blossom a.k.a r13eoni a.k.a Pinky Girl

Main Cast :

– Nichkhun Buck Horvejkul

– Victoria Song a.k.a Song Qian

Other cast : Find it by yourself…

Genre : Sad Romance, Angst, Life

Type : One Shoot

Rating : PG-15

Lenght : 7612 Words

Credit Poster @vanflaminkey91

Disclaimer : Karakter dan pemainnya milik mereka masing2, tapi alur cerita MURNI MILIK SAYA…


*lagunya bisa di pause dulu, bisa di play lagi pas scene yang sedihnya..;D

~ Happy Reading ~

~~~

Tanpa aku mencari, cinta itu datang menghampiri
Tanpa aku mengerti cinta itu mengisi relung hatiku
Tapi tanpa aku tahu, cinta itu pergi meninggalkanku
Bersama kenangannya yang tersisa di sini
Yang hanya bisa ku nikmati setiap kali ku merindukannya

~ Kiss The Rain ~

Kenapa semua terjadi di saat aku masih ingin merasakan kebahagiaanku?

Victoria POV

Untuk pertama kalinya aku tersenyum ketika aku mendapatkan ujian terbesar dalam hidupku. Kenapa?? Sebenarnya aku juga ingin menangis, aku ingin berteriak, aku ingin marah pada Tuhan mengapa Dia memberiku ujian di tengah kebahagiaan yang sedang ku rasakan dengan keluargaku. Tapi aku tahu, jika aku menangis sampai menangis darah, jika aku berteriak sampai kerongkonganku mengering atau jika aku marah-marah dan mencaci maki Tuhan, semua itu tidak akan pernah bisa merubah kenyataan bahwa hidupku hanya bisa ku hitung dengan jari-jari tanganku. Dan aku hanya bisa berharap jika sebelum aku mengakhiri cerita hidupku ini, Tuhan berikan aku sebuah kebahagiaan yang bisa aku bawa ketika malaikat pencabut nyawa menjalankan tugasnya padaku kelak.

***

“Aku pulaaaang…” ucapku semangat saat aku sampai di rumah. Memakai sendal favoritku.

“Ah,,Qiannie, akhirnya kau pulang juga. Cepat ke sini, eomma sudah menyiapkan makanan kesukaanmu sayang” eomma memanggilku dari ruang makan.

Di sana sudah ada adikku yang bernama Meimei yang duduk manis di kursinya sambil menatap semua makanan yang eomma siapkan seolah dia sudah tidak sabar untuk segera menyantapnya.

“Eonni-ah, ppalli wa…aku sudah lapar nih. Dari tadi aku menunggumu pulang, eomma bilang aku tidak boleh makan dulu jika eonni belum pulang” ucap adikku tidak sabar.

“Ne..ne…arasso” jawabku pergi ke dapur untuk mencuci tanganku.

“Meimei-ah, aaa…” ucapku pada Meimei menyuruhnya membuka mulutnya.

“Ehm…eomma, samgyupsal buatan eomma memang paling enaaaaak di dunia, ia kan eonni??” Meimei memakan samgyupsal yang aku suapkan padanya.

“Um…samgyupsal eomma memang tidak akan pernah ada tandingannya” jawabku menyiapkan lagi samgyupsal untuk aku suapkan pada eomma.

“Eomma…sekarang giliranmu” Eomma membuka mulutnya dan memakan samgyupsal yang aku berikan.

“Gomawo Qiannie…” jawab Eomma tidak begitu jelas karna mulutnya sedang mengunyah.

Saat-saat seperti inilah yang mungkin suatu saat nanti akan aku rindukan. Melihat senyum Meimei dan Eomma, kehangatan yang aku rasakan bersama mereka, melewati hari-hari sulit kami dengan tetap penuh semangat. Semua itu akan aku simpan jauh dalam lubuk hatiku yang paling dalam dan meski Tuhan nanti memanggilku, aku ingin kenangan ini tetap abadi hingga masih bisa aku ingat ketika suatu saat aku tidak lagi bersama mereka.

“Eonni-ah, ngomong-ngomong kau tadi dari mana? Tumben kau tidak ingin di antar olehku?” tanya Meimei padaku sambil mulutnya masih sibuk melahap samgyupsalnya.

“Ehm..benar Qiannie, tadi kau dari mana? Sepertinya urusanmu penting, sampai-sampai kau tidak ingin di antar adikmu?” Eomma ikut bertanya.

Aku tidak mungkin memberitahu mereka kalau tadi aku habis dari Dokter.

“Uh..itu, tadi aku habis dari suatu tempat, tidak terlalu penting ko Eomma, hehe…” Aku berbohong dengan senyumku yang di paksakan, aku harap Eomma kali ini tidak menangkap keanehanku ini. Karna naluri eomma terlalu kuat, eomma satu-satunya orang yang tidak bisa aku bohongi di dunia ini.

“Geuraeyo??” eomma menatapku penuh arti.

“Ne..Eomma” jawabku santai berusaha menghindari tatapan mata Eomma.

“Aaaahh..aku sudah kenyang eomma, lihat perutku sudah menggembung, haaaa…” Meimei memegang perutnya setelah kami selesai makan.

“Biar aku yang cuci piring hari ini” ucapku tiba-tiba sambil membereskan piring-piring di meja makan.

“Ne?? Kau yakin Eonni? Ah..baguslah, jadi hari ini aku bebas tugas mencuci piring, hehehe…” Meimei tersenyum riang seperti mendapat undian berhadiah.

“Ya..kau seharusnya tidak boleh membuat eonnimu lelah, kau tahu belakangan ini dia sedang sakit, kau ini bodoh” eomma memukul kepala Meimei dan tentu adikku itu mengerang kesakitan.

“Eomma…appo..” Meimei mengusap kepalanya.

“Anhio eomma, gwaenchana, lagipula aku sudah baikan ko, jadi eomma tidak perlu khawatir, eoh?”

“Keundae…”

“Eomma..kau tenang saja, sebaiknya eomma nonton TV saja dengan Meimei, eoh?”

“Hah..baiklah kalau begitu, kau memang paling bisa membuat eomma tidak bisa menolak keinginanmu” eomma berlalu dengan pasrah.

“Oh ya, tapi kau harus janji satu hal pada eomma” eomma kembali lagi menghampiriku. “Kalau kau sudah merasa lelah, kau harus berhenti mencuci piring, biar adikmu yang melanjutkan, arasso??” eomma menatapku menunggu jawabanku.

“Ne..eomma algeseumnida” jawabku semangat.

Ini baru piring ketiga yang aku cuci, tapi tiba-tiba pandanganku mulai kabur, aku tidak bisa mendengar apapun, kepalaku terasa di pukul oleh puluhan orang dan aku merasakan tubuhku mulai melemas dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi setelah itu.

***

~ Kiss The Rain ~

Tuhan aku tidak ingin melihat air matanya terjatuh karnaku

Aku membuka mataku perlahan, bisa ku rasakan ada kehangatan di tanganku dan ternyata orang pertama yang aku lihat adalah eomma, tapi kenapa wajahnya begitu sedih? Matanya sembab dan tatapannya kosong melihatku.

“Eom..ma” aku mencoba memanggil eomma semampuku meskipun terasa berat.

Eomma menatapku dengan tangannya yang masih menggenggam tanganku kuat. Aku tersenyum dan eomma masih terdiam. Tiba-tiba aku melihat tetesan bening menetes dari kedua matanya, eomma menangis. Apa yang sebenarnya membuat eomma tiba-tiba menangis?? Astaga aku tidak ingin melihat eomma menangis, aku tidak ingin melihat eomma menangis karna aku. Ingin sekali aku mengusap air matanya tapi tanganku terasa kaku untuk di gerakkan dan tubuhku terlalu lemas untuk berdiri. Aku menoleh ke samping dan ku lihat Meimei tertunduk dalam . Matanya juga sembab, bibirnya bergetar menahan air mata yang mungkin sudah lelah menetes.

“Meimei-ah…” aku memanggil adikku tapi sepertinya suaraku tidak keluar.

“Mei..mei-ah” ulangku dan akhirnya Meimei mengangkat kepalanya dan menatapku perlahan.

“Uljima…” ucapku pelan “Kemarilah” aku menyuruhnya mendekat dan dia melangkah ragu mendekatiku.

“Tolong bantu aku mengusap air mata eomma, aku tidak ingin menlihatnya menangis, jebal” aku berbisik di telinganya.

Dan tiba-tiba aku merasakan ada air menetes di pipiku, aku tahu itu air mata adikku. Ku lihat dia cepat-cepat mengusap kedua pipinya yang basah dan menghampiri eomma.

“Eomma..uljimarayo, eonni menyuruh kita jangan menangis” suara Meimei terasa berat sambil tangannya menyeka air mata eomma, dia melakukan apa yang aku suruh.

“Gomawo Meimei-ah” aku tersenyum padanya.

Terdengar suara langkah mendekati kamarku berada sekarang, dan ada yang membuka pintu. Ternyata Dokter dan beberapa Suster datang untuk memeriksaku.

“Annyeong Victoria-ssi, kau sudah sadar?” tanya Dokter padaku dan aku hanya bisa mengangguk mengiyakan.

Yah, aku tahu sepertinya saat aku mencuci piring tadi malam, aku tidak sadarkan diri dan eomma membawaku ke Rumah Sakit ini. Aku juga yakin, saat ini eomma dan juga Meimei pasti sudah tahu tentang penyakitku.

Spinocerebellum Degeneration , kerusakan pada otak yang sedikit demi sedikit akan menyebabkan sang penderitanya kehilangan keseimbangan tubuhnya yang pada akhirnya akan mengalami kelumpuhan dan akan berujung pada kematian. Dan akulah sekarang yang menjadi salah satu dari penderitanya. Aku bahkan tidak pernah membayangkan akan mengidap penyakit yang sebelumnya tidak pernah aku dengar sampai akhirnya aku merasa aneh karna belakangan ini aku sering tiba-tiba terjatuh dan pandanganku juga sering kabur. Awalnya aku hanya menganggap biasa, tapi sudah 1 minggu hal itu berlangsung dan aku merasakan ada sesuatu yang buruk sampai akhirnya aku memutuskan untuk memeriksakan diriku ke Dokter dan akhirnya Dokter mem-vonis ku mengidap penyakit ini. Aku masih tidak percaya, bahkan aku ingin sekali tidak mempercayainya, tapi inilah kenyataannya.

***

Ini hari ketiga aku di Rumah Sakit ini. Sebenarnya aku ingin sekali pulang, aku tidak ingin eomma mengeluarkan uang banyak untuk membayar biaya Rumah Sakitnya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa saat eomma mengancamku untuk tidak ingin melihatku lagi jika aku bersikeras ingin pulang. Aku tahu ucapan eomma bukan hanya ancaman belaka karna aku tahu eomma selalu melakukan apapun yang di ucapkannya. Yah, tentu saja aku tidak ingin jika tidak melihat eomma di detik-detik terakhir hidupku.

“Eonni-ah, aku datang” Meimei masuk ke kamarku seperti biasa membawa makanan buatan eomma untuk bisa ku makan, karna aku paling tidak suka makanan Rumah Sakit.

“Ah..Meimei-ah, akhirnya kau datang juga” aku senang menyambutnya.

“Ne..eonni, sekarang kau harus makan dulu” Meimei menyimpan rantang di meja dan menyiapkan makan untukku.

“Meimei-ah, setelah aku makan kau mau kan mengantarku ke taman??”

“Ke taman?? Eonni-ah, kau masih sakit, kau masih harus banyak istirahat dan tidak boleh lelah. Aku tidak mau membuatmu sakit lagi seperti kemarin gara-gara aku membiarkanmu cuci piring, akhirnya sekarang kau…”

“Sssstttt….Meimei-ah, jangan bicara seperti itu lagi. Aku tidak suka kau masih menyalahkan dirimu atas kejadian itu. Bukan salahmu aku sakit seperti ini, tapi…semua inilah yang sudah Tuhan tentukan untukku” jawabku setegar mungkin.

Saat Meimei tahu aku mengidap penyakit serius ini, dia sangat shock dan sempat menyalahkan dirinya sendiri karna dia merasa menyesal sudah membiarkanku mencuci piring saat itu hingga membuatku pingsan dan akhirnya ada di Rumah Sakit ini. Aku menyesal, karna sudah membuatnya merasa bersalah, padahal semua itu tentu bukan salahnya. Toh, aku mencuci piring malam itu atau tidak, penyakit yang aku derita ini pada akhirnya akan membuatku tidak berdaya.

“Aku janji aku tidak akan apa-apa. Aku bosan di kamar ini terus, aku ingin menghirup udara segar. Kau mau kan mengabulkan permintaan eonnimu ini, eoh??” aku membuat suaraku semanis mungkin untuk merayunya mau mengantarku ke taman.

Meimei hanya terus menatapku tanpa menjawab, seolah dia berfikir apakah aku benar-benar akan baik-baik saja jika dia membawaku ke Taman seperti yang aku mau.

“Jebaaaaal, eoh??” aku seperti anak kecil yang merengek minta di belikan permen.

“Arasso, arasso….Tapi aku tetap akan minta ijin dulu pada Doktermu, jika dia mengijinkan, aku baru akan mengantarmu, uh??”

“Jinja??Aaaahhh..gomawo Meimei-ah, kau memang adikku yang paling maniiiiisss” aku mencubit pipinya yang chubby dan dia mengerang kesakitan.

Ternyata Dokter mengijinkanku untuk bisa pergi ke taman dan sekarang Meimei mendorong kursi rodaku dan membawaku ke sana. Hah…akhirnya aku bisa keluar dari kamar yang sudah mengurungku selama tiga hari ini. Yah, meskipun baru tiga hari, tapi itu sudah membuatku benar-benar bosan karna aku tidak bisa melihat dunia luar, dunia yang saat ini ingin ku nikmati keindahannya sebelum akhirnya aku tidak bisa lagi untuk sekedar melihatnya untuk selamanya.

“Meimei-ah, tolong bawa camera ku di kamar, aku ingin mengambil gambar di sini” pintaku pada Meimei saat kami sudah berada di taman dan aku duduk di kursi rodaku.

“Tapi, kalau aku pergi kau dengan siapa di sini??”

“Ya, aku ini sudah besar, aku tidak apa-apa jika kau tinggal sendirian di sini”

“Ia aku tahu kau sudah besar eonni, tapi saat ini kau sedang sakit. Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian di sini, kalau kau ada apa-apa bagaimana??” terpeta gurat kekhawatiran di wajah adikku itu.

“Gwaenchana..kau jangan khawatir, aku akan pastikan kau saat kembali ke sini nanti, aku belum jatuh pingsan, hehe…eoh??”

“Ya..kau ini, masih bisa tertawa seperti itu di saat adikmu ini khawatir padamu???”

“Kau lihat kan, aku bisa tertawa, jadi cepat ayo ambilkan camera untukku” pintaku lagi.

“Huh..kau ini, benar-benar selalu bisa membuat orang tidak bisa menolak kemauanmu”

“Hehe…seperti yang eomma bilang” aku terkekeh saat akhirnya dia pergi meninggalkanku dan mengambil camera untukku di kamar.

Saat Meimei belum kembali ke taman ini, aku sesekali memejamkan mataku, menghirup udara segar di taman ini yang mungkin suatu saat akan aku rindukan. Aku tidak tahu berapa lama aku memejamkan mataku, dan berapa dalam aku menikmati suasana ini, hingga aku tidak sadar, air bening menetes perlahan dari mataku.

“Apa kau sedang bermimpi buruk hingga membuatmu menangis, nona??” aku mendengar seseorang berbicara sesuatu padaku dan spontan aku membuka mataku.

Aku menoleh dan ku lihat sudah ada seorang namja yang duduk di sampingku sambil menatap ke depan. Siapa namja ini, rasanya aku yakin sekali kalau ini pertama kalinya aku melihatnya. Dia memakai setelan santai, memakai kaos putih salur-salur biru, celana jeans biru dan camera canon mengalung di lehernya.

“Nuguseyo??” tanyaku akhirnya sambil cepat menyeka air mata di pipiku.

Dia spontan menoleh ke arahku dan tersenyum sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaanku.

“Nichkhun imnida” dia mengulurkan tangannya memperkenalkan diri padaku.

“Victoria imnida” aku hanya mengangguk dan dia menarik lagi tangannya dengan senyuman karna aku tidak membalas ulurannya.

“Oh ya, apa tadi kau bermimpi buruk?” dia mengulang pertanyaannya.

“Ne??”

“Kau menangis sambil terpejam, apa tadi kau sedang bermimpi buruk??”

Entah kenapa pertanyaannya membuatku justru bertanya pada diriku sendiri, benar juga kenapa aku bisa tiba-tiba menangis tadi?? Apa yang aku rasakan? Apa yang terjadi??

“Anhio..keunyang….” aku terdiam dan menunduk.

“Kau hanya terharu karna ternyata ciptaan Tuhan begitu seindah ini untuk kau nikmati, bukan begitu??”tebaknya.

“Yah, bisa jadi seperti itu” jawabku singkat.

“Eonni, ini camera yang kau….” Meimei tiba-tiba menghamipiriku dengan membawa camera yang aku pinta, tapi dia langsung terdiam saat melihat pria asing itu duduk di kursi di samping kursi rodaku. Aku tahu, di pikirannya sekarang pasti sedang bertanya siapa pria asing itu, kenapa pria itu bisa duduk di sampingku.

“Meimei-ah, sebaiknya kita kembali ke kamar saja, aku tidak jadi mengambil gambar di sini” ucapku pada Meimei dan Meimei terlihat terkejut dengan ucapanku.

“Keundae eonni-ah, bukannya tadi kau bilang kau mau…”

“Lain kali saja, sekarang aku ingin kembali ke kamarku” aku langsung memotong ucapan Meimei sebelum dia menyelesaikannya.

“Maaf, aku mau kembali ke kamarku dulu. Permisi” sebelum aku memberi isyarat pada Meimei untuk mendorong kursi rodaku, aku pamit pada pria asing itu dan aku melihat ada gurat kekecewaan di wajahnya entah karna apa. Tapi akhirnya dia tersenyum dan membungkukkan badannya padaku.

“Ehm..eonni-ah…”

“Eoh….”

“Siapa pria yang tadi??” aku tahu Meimei pasti akan melontarkan pertanyaan seperti itu padaku setelah kami sampai di kamarku lagi.

“Molla…” jawabku singkat.

“Tapi jujur aku bilang, pria tadi tidak begitu buruk atau dengan kata lain, dia begitu tampan bahkan sangat tampan. Aku baru melihat pria setampan itu. Ya..eonni-ah, pria tadi bicara apa padamu?? Apa kalian sempat kenalan??” aku tidak tahu setan apa yang sudah merasuk ke dalam diri adikku, sampai-sampai dia lupa kalau eonni nya ini sedang sakit tapi dia masih sempat semangat jika membicarakan masalah pria. Yah, walaupun aku tidak bisa memungkiri, kalau aku juga sepikiran dengan adikku, pria itu memang tampan, sangat tampan.

***

~ Kiss The Rain ~

Apakah Tuhan sengaja mengirimkan dia untukku??

“Qiannie, kenapa kau belum tidur?? Apa yang sedang kau pikirkan, eoh??” eomma tiba-tiba bertanya padaku saat aku melihat pemandangan taman di malam hari dari balik jendela.

“Aku belum ngantuk eomma” jawabku sambil tersenyum kecil ke arahnya.

“Tapi kau harus istirahat sekarang, ini sudah malam” eomma menatapku dan aku tahu tatapannya itu benar-benar mengharapkan supaya aku cepat-cepat tidur dan istirahat.

“Ne…algeseumnida eomma, aku akan tidur sekarang” jawabku akhirnya. “Keundae…Meimei-ah odigayo?? Kenapa dia belum kembali?” tanyaku pada eomma sebelum akhirnya aku tidur.

“Aku di sini eonni” Meimei tiba-tiba masuk.

“Ah..Meimei-ah kenapa kau lama sekali pergi ke mini market nya?”

“Aku cuma membeli ini ko eonni” jawab Meimei sambil menunjukkan 2 minuman kaleng segar kesukaannya di tangannya.

“Meimei-ah, besok antar aku ke taman lagi yah”

“Waeyo??”

“Tidak apa-apa, karna hari ini aku tidak jadi mengambil gambar di sana, jadi besok saja”

“Hmm…..”

“Sudah, kau tentu tidak akan bisa menolakku. Sudah ah aku mau tidur dulu. Eomma aku tidur yah”

“Ne..Qiannie selamat malam, mimpi yang indah yah sayang” eomma mencium kening dan kedua pipiku sebelum aku benar-benar memejamkan mataku.

Keesokan harinya….

“Eonni-ah, aku kebelet nih, aku ke Toilet dulu yah. Kau tidak akan apa-apa kan kalau aku tinggal dulu??”

“Ne,,gwaencahana, sudah sana kau ke toilet jangan sampai kau buang air di sini” jawabku dan tanpa menunggu lagi dia pun pergi secepat kilat dari hadapanku.

Aku terkekeh melihat tingkahnya, saat dia tidak bisa menahan dirinya untuk pergi ke toilet, wajahnya akan sangat lucu.

Aku kembali fokus mengambil setiap sudut taman yang bisa aku ambil gambarnya dengan camera kesayanganku. Aku benar-benar merindukan hobiku ini, semenjak masuk Rumah Sakit ini dan juga sebelumnya, aku tidak bisa melakukan hobiku sesering dulu. Tapi kali ini, aku benar-benar ingin mengambil gambar sempurna yang setidaknya bisa membuat hatiku senang.

Morning…” saat aku mencoba mengambil gambar lagi, tiba-tiba aku melihat boneka dari lensa camera ku.

“Apa aku mengganggumu??” namja yang kemarin, muncul dari balik boneka itu.

“Kau…” aku terperanjat kaget. “Kau tidak menggangguku, tapi kau membuatku terkejut” sambungku datar dan mengalihkan pandanganku ke arah lain.

“Mianhae…” dia tersenyum manis ke arahku.

“Kau juga hobi foto yah?” tanyanya tiba-tiba saat aku melihat-lihat hasil foto yang aku ambil dari camera ku.

“…..” aku tidak menjawab pertanyaannya dan masih sibuk dengan camera ku.

“Oh ya ini untukmu” namja itu memberikan boneka yang dia bawa padaku.

“Maaf, aku tidak bisa menerima barang dari orang yang belum aku kenal” jawabku dingin.

“Hei..bukankah kemarin kita sudah berkenalan? Kemarin aku sudah memberitahu namaku, kan??”

“Tapi aku hanya tahu namamu, bukan mengenalmu” aku menatapnya sakratis.

“Baiklah kalau begitu, kau terima boneka ini, maka kau akan mengenal siapa aku” jawabnya dengan yakin.

Nichkhun POV

Hari ini aku mengunjungi adik temanku lagi di Rumah Sakit di mana kemarin aku bertemu dengan seorang yeoja di taman. Aku melihatnya sedang duduk di kursi rodanya, dia memejamkan matanya, seolah sedang menikmati udara di taman. Entah apa yang menuntunku untuk mendekatinya, dan saat jarakku dengannya sudah dekat, aku melihat dia menangis. Yah, dia tiba-tiba meneteskan air mata dari kedua matanya yang masih terpejam. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku saat itu, tapi yang jelas hatiku tiba-tiba merasa sakit, sakit ketika aku melihatnya menangis. Sepertinya yeoja itu memiliki sesuatu yang membuatnya sakit dan aku seperti merasakan kesakitan yang di rasakannya itu. Aku bahkan tidak tahu siapa yeoja itu, aku baru melihatnya kemarin tapi kenapa aku seolah sangat dekat dengannya?? Pertama kalinya aku melihat seorang wanita menangis di depanku, bahkan aku belum pernah melihat eomma menangis di hadapanku, tapi kemarin aku melihat yeoja itu menangis dan bisa membuat hatiku sakit, bukankah itu aneh?? Yah, aku fikir itu sangat aneh dan bukan hal yang biasa. Maka dari itu, hari ini aku memutuskan untuk mengunjungi Rumah Sakit itu lagi dan berharap bisa bertemu dengan yeoja itu lagi untuk menemukan jawabannya siapa sebenarnya yeoja itu??

Sebelum aku menjenguk adik temanku di kamarnya, aku memutuskan untuk pergi ke taman kemarin untuk memastikan apakah yeoja itu ada di sana dan ternyata feeling ku benar, dia ada di sana. Seperti biasa dia duduk di kursi rodanya, tapi kali ini dia sendirian dan sedang asyik mengambil gambar dengan camera nya. Wow, apakah hobinya juga memotret?? Berarti dia memiliki hobi yang sama denganku. Aku mendekat perlahan ke arahnya ketika dia masih asyik bermain dengan camera nya sehingga dia tidak menyadari kehadiranku. Dan sambil membawa boneka di tanganku akhirnya aku memutuskan untuk membuatnya terkejut. Aku bersembunyi di balik boneka di tanganku dan ku arahkan boneka itu dekat dengan lensa camera nya. Dan benar saja dia sangat terkejut, dia terperanjat ketika melihatku keluar dari balik boneka.

Morning…” sapaku akhirnya sambil tersenyum dan duduk di kursi di sebelah kursi rodanya.

“Apa aku mengganggumu??” tanyaku.

“Kau..?” matanya membulat melihatku “Kau tidak menggangguku, tapi kau membuatku terkejut” sambungnya datar dan memalingkan wajahnya dariku.

“Mianhae…” ucapku polos dan mengembangkan senyuman.

“Kau juga hobi foto yah?” aku memulai pembicaraan lagi tapi dia tidak menjawab.

“Oh ya ini untukmu” aku memberikan boneka yang ku bawa ini padanya.

Awalnya boneka ini akan aku berikan pada adik temanku, tapi entah apa yang merasuk ke dalam pikiranku sehingga akhirnya aku mempunyai pikiran untuk memberikan boneka itu padanya.

“Maaf, aku tidak bisa menerima barang dari orang yang belum aku kenal” jawabnya agak ketus.

“Hei..bukankah kemarin kita sudah berkenalan? Kemarin aku sudah memberitahu namaku, kan??”

“Tapi aku hanya tahu namamu, bukan mengenalmu” dia menatapku sedikit tajam.

“Baiklah kalau begitu, kau terima boneka ini, maka kau akan mengenal siapa aku” sambungku masih tetap menunggu dia menerima boneka ini.

Meski tanpa bicara appaun, dia akhirnya menerima boneka dariku itu. Yah, ada perasaan lega di benakku.

“Namanya Ireumi…Kau boleh memanggilnya Ireumi” mungkin ini adalah pertama kalinya aku melakukan hal-hal konyol yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.

Aku tidak pernah memberikan sebuah boneka pada seorang yeoja sebelumnya dan bahkan memberikan nama pada sebuah benda. Tapi mulutku dengan spontannya memberikan nama pada boneka itu.

“Gomawo” jawabnya singkat.

“Eonni-ah…”tiba-tiba seseorang yang aku fikir adalah adiknya datang sambil berlari.

Saat dia sudah dekat, langkahnya tiba-tiba berhenti sambil menatapku. Tidak seperti kemarin, kali ini dia tersenyum padaku.

“Annyeonghaseyo…” aku menyapanya.

“Ah..Annyeonghsaeyo” dia membungkukkan badannya.

“Ah..oppa, bukankah kau yang kemarin??” tanyanya dengan semangat.

“Ne?? Ah..ye. Kenalkan namaku Nichkhun” aku mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

“Aahh…aku Meimei, Song Meimei” dia menyambut uluran tanganku. “Oh ya, dan aku adiknya Qiannie eonni” sambungnya.

“Qiannie??” tanyaku bingung karna kemarin yeoja ini memperkenalkan diri dengan nama Victoria.

“Qiannie adalah nama panggilanku di keluargaku. Nama asliku Song Qian, eomma yang memberinya dan Victoria Song adalah nama dari appa ku” Victoria tiba-tiba menjelaskan seolah dia bisa membaca kebingunganku.

“Ah..begitu. Lalu aku harus memanggilmu apa??”

“Terserah kau saja” jawab Victoria dingin.

“Ehm..baiklah, kalau begitu aku akan memanggilmu Vic, bagaimana??”

“Ah..Vic, bagus juga oppa. Sepertinya Qiannie eonni akan suka dengan panggilan itu, ia kan eonni?”

Victoria tidak menjawab dan dia membulatkan matanya pada Meimei seolah memberi isyarat sesuatu.

“Baiklah Nichkhun-ssi, aku tidak boleh lama-lama berada di sini. Jadi, aku harus kembali ke kamarku sekarang. Aku permisi duluan” Victoria pamit padaku untuk kembali ke kamarnya.

“Ah,,baiklah. Maaf kalau aku sudah mengganggu waktumu. Silahkan”

“Oppa…kalau begitu aku juga duluan yah, aku harus mengantar eonniku kembali ke kamarnya” ucap Meimei padaku.

“Ah..ye silahkan”

“Senang bertemu denganmu oppa”

“Ne, senang bertemu denganmu juga Meimei-ah…”

“Annyeong oppa” Meimei melambai riang padaku sebelum akhirnya dia dan Victoria menghilang dari hadapanku.

~ Kiss The Rain ~

Apakah keajaiban itu benar-benar ada??

Victoria POV

Tuhan…semenjak Kau memberitahuku tentang kenyataan ini, aku sudah memutuskan untuk menerimanya dengan hati yang lapang. Aku tahu Tuhan, jika Kau sudah berkehendak, maka tidak ada siapapun yang bisa merubah kehendak-Mu. Yah, jika sekarang aku meminta untuk sembuh dan penyakit ini tidak merenggut nyawaku, mungkin itu hanya akan menjadi sebuah keajaiban untukku. Namun, aku tidak ingin berharap banyak, aku hanya bisa pasrahkan semuanya pada-Mu. Kau yang Maha Tahu yang terbaik untukku Tuhan, maka apapun yang terjadi denganku, aku tahu itulah yang terbaik untuk hidupku.

Tapi, bisakah aku meminta beberapa permintaan terakhir yang ingin aku capai sebelum akhirnya aku menghadap-Mu?? Aku akan membuat daftar ‘Permintaan Terakhir’ ku dan bisakah Kau mengabulkan semuanya???

1. Aku ingin eomma dan Meimei selalu tersenyum bahagia di depanku, bahkan jika nanti aku pergi, aku ingin mereka tetap bahagia

2. Jangan Kau ambil aku di hari Ulang Tahunku, karna aku ingin merayakan Hari Ulang Tahun terakhirku bersama eomma dan Meimei

3. Berikan adikku jodoh yang paliiiing baik suatu saat nanti

4. Aku ingin eomma dan Meimei selalu sehat

5. Seumur hidup aku belum pernah merasakan seperti apa itu jatuh cinta, aku ingin di detik-detik terakhirku, aku bisa menemukan seseorang yang bisa membuatku merasakan seperti apa itu cinta

6. Jika aku menemukan seseorang itu, aku ingin selalu melihatnya tersenyum padaku

7. Aku ingin mendengar dia mengucapkan “Aku Mencintaimu” padaku

8. Aku mempunyai cita-cita besar ingin menikah dengan seseorang yang sangat aku cintai dan juga mencintaiku dan aku ingin menikah di suatu tempat yang sangat romantis, meskipun hal itu sulit sekarang, tapi aku mohon ijinkan aku untuk bisa merasakan bagaimana rasanya menikah itu meski hanya sesaat

9. Aku ingin pergi dengan tenang, aku ingin menghembuskan nafas terakhirku dalam pelukan orang yang sangat aku cintai

10. Jika aku telah benar-benar pergi, biarkan orang-orang yang aku tinggal mengiringi kepergianku dengan senyuman karna aku tidak ingin melihat mereka menangis

Aku menutup buku diary ku setelah aku menulis daftar ‘Permintaan Terakhir’ ku pada Tuhan. Aku melirik ke sampingku, eomma dan Meimei sudah tertidur pulas di kursi. Genap hari ke empat belas aku di rawat di Rumah Sakit ini, eomma dan Meimei lah yang selalu menemaniku belakangan ini. Ah aku lupa, ada satu orang lagi yang belakangan ini mengisi hari-hariku di sini, dia tidak lain adalah pria yang beberapa hari lalu aku temui di taman dan pria itu pria pertama yang memberiku sebuah boneka selama hidupku, Ireumi. Meskipun hanya sebuah boneka ulat, tapi aku sangat menyukainya, bukan hanya karna bentuknya tapi karna ini adalah hadiah pertama yang pernah aku dapat dari seorang pria setampan Nichkhun sepanjang hidpuku. Sudah beberapa hari ini kami bertemu di taman pertama kali kami bertemu. Aku dan dia memiliki hobi yang sama, yaitu memotret. Yang membuatku lega, dia tahu keadaanku sebenarnya bahwa hidupku tidak akan lama lagi.

Nichkhun POV

Aku tahu jika aku menikahi seseorang yang memiliki penyakit serius seperti Victoria adalah sesuatu yang beresiko tinggi. Aku harus siap jika aku harus kehilangannya secara tiba-tiba. Yah, aku tahu mungkin aku tidak akan memiliki waktu banyak bersamanya, tapi setidaknya aku sudah bisa memenuhi setiap permintaan terakhir wanita yang sangat aku cintai ini di detik-detik sisa hidupnya.

Ini adalah hari pernikahanku dengan Victoria Song dan setelah kami resmi menikah, dia akan membawa namaku di belakang namanya, Victoria Buck Horvejkul. Aku ingin menjadikan hari ini sebagai hari terindah dalam hidupnya, satu hari pertemuan pertama kami saat itu benar-benar sudah mampu mengubah hidupku dalam beberapa saat dan Victoria mampu membuatku jatuh cinta padanya dengan ketegarannya. Meskipun aku baru mengenalnya 1 bulan terakhir ini.

Pastur memanggil Victoria memasuki altar, meskipun dia hanya bisa duduk di kursi rodanya, tapi Victoria tetap sangat terlihat cantik dengan gaun pengantinnya. Meimei membantu mendorong kursi roda Victoria sampai akhirnya berhenti di sampingku dan kami siap untuk mengucap janji suci kami di hadapan sang pastur. Vic menoleh ke arahku dan tersenyum, sungguh senyumannya mampu menggetarkan hatiku. Aku tidak sabar ingin segera menjadikannya istriku dan aku berjanji akan menyerahkan seumur hidupku untuk menjaganya.

“Nichkhun Buck Horvejkul, bersediakah kau menerima Victoria Song sebagai pendampingmu dan menemani seumur hidupnya baik suka maupun duka??” tanya sang pastur padaku.

“Ya saya bersedia” jawabku tegas dan tanpa ragu.

“Victoria Song, bersediakah kau menerima Nichkhun Buck Horvejkul sebagai teman hidupmu dan menemani seumur hidupnya baik dalam suka maupun duka??” tanya sang pastur pada Victoria.

Hening yang aku rasakan saat itu, Victoria tidak menjawab pertanyaan sang pastur. Aku menoleh ke arahnya dan Vic sedang tertunduk dalam. Aku mengangkat kepalanya, ku lihat air bening sudah membasahi kedua pipinya. Aku menyeka lembut pipinya dan dia kembali tersenyum seolah memberitahuku bahwa dia baik-baik saja.

“Victoria Song, bersediakah kau menerima Nichkhun Buck Horvejkul sebagai teman hidupmu dan menemani seumur hidupnya baik dalam suka maupun duka??” sang pastur mengulang pertanyaannya pada Vic.

“Ya aku bersedia” jawab Vic dengan mulutnya yang bergetar.

Aku kembali menoleh ke arahnya, wanita di sampingku saat ini sudah resmi menjadi istriku. Aku bersujud di hadapannya, menggenggam tangannya lalu mencium keningnya lembut. Riuh tepuk tangan mewarnai seisi ruangan gereja saat itu yang di iringi isak tangis keharuan. Victoria Buck Horvejkul, kau sudah resmi menjadi istriku sekarang dan aku berjanji akan menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia ini dengan cinta yang akan aku berikan untukmu.

***

~ Kiss The Rain ~

Demi Tuhan aku sangat merindukannya

Besok aku akan terbang ke China, ada urusan dari kantorku. Yah, jika aku mengingat kata China, itu akan selalu mengingatkanku pada seseorang yang sudah pergi meninggalkanku 3 tahun yang lalu, Victoria Buck Horvejkul. Dan apakah ini kehendak Tuhan yang menuntunku untuk kembali pada kenangan 3 tahun lalu itu?? Entahlah….

Flashback….

Author POV

“Yeobo, hari ini hari kedua kita bulan madu di sini, apa yang ingin kau lakukan??” tanya Nichkhun pada Victoria yang duduk menghadap cermin riasnya di kamar hotel.

“Aku ingin ke pantai” jawab Victoria mengeringkan rambutnya.

“Pantai?? Waeyo??”

“Aku ingin melihat matahari terbenam”

“Hmm…baiklah, aku akan membawamu ke pantai paling indah di sini. Oya sini biar aku yang menyisir rambutmu” ucap Khun mengambil sisir di depannya.

Dengan perlahan Nichkhun menyisir rambut istrinya itu, namun tidak lama kemudian ia tiba-tiba terdiam memandangi sisir yang di genggamnya.

“Chagia, waegurae?” tanya Victoria heran.

“Ne??? Ah,,anhio” jawab Nichkhun tersadar dari lamunannya.

Meskipun Nichkhun bersikap seolah tidak ada apa-apa, tapi Victoria tahu apa yang sebenarnya sedang ada dalam pikiran suaminya itu.

“Chagia…” Victoria memanggil nama Nichkhun yang masih menyisir rambutnya.

“Ehm…” jawab Nichkhun pelan.

“Jika rambutku semakin habis, apakah kau akan tetap mencintaiku??” tanya Victoria menatap Nichkhun dalam.

“…..” Nichkhun tidak menjawabnya, ia hanya tertunduk dalam merasakan hatinya yang sakit dengan pertanyaan istrinya itu.

“Chagia….jawablah pertanyaanku” Victoria mengangkat kepala Nichkhun agar menatap matanya.

Of Course…” jawab Nichkhun dengan berat.

“Dan jika selamanya aku tidak bisa lagi berjalan, jika semakin hari aku semakin tidak berdaya dan jika aku…..” Victoria melanjutkan pertanyaannya pada Nichkhun, tapi belum selesai ia mengatakannya Nichkhun memotongnya dengan menjatuhkan tubuh Victoria ke dalam pelukannya dengan sangat erat.

“Aku mohon jangan pernah bertanya hal-hal bodoh itu lagi” tangis Nichkhun akhirnya tidak bisa tertahan “Meskipun kau tidak punya rambut, meskipun kau tidak bisa berjalan lagi dan meskipun kau harus duduk terus di kursi rodamu ini, itu tidak akan pernah mengurangi rasa cintaku padamu. Apapun keadaanmu aku akan selalu mencintaimu Victoria, selamanya aku akan mencintaimu. Yang aku inginkan, teruslah hidup untukku dan jangan pernah meninggalkanku” tangis Nichkhun semakin menjadi dan Victoria pun tidak bisa menahan air matanya, ia pun merasa bersalah sudah menyakiti hati suaminya dengan pertanyaan-pertanyaan bodohnya tadi.

“Joseonghaeyo…seharusnya aku tidak bertanya hal itu padamu. Harusnya aku percaya padamu, meski aku tidak bertanya aku tahu cintamu padaku tidak akan pernah mati” ucap Victoria terisak masih dalam pelukan Nichkhun “Aku juga mencintaimu, sangat sangat mencintaimu dan aku harap Tuhan memberikanku keajaiban, agar aku bisa hidup lebih lama lagi dan menemanimu sampai akhir hayatmu” sambung Victoria.

“Kita sama-sama berdo’a saja, semoga keajaiban itu benar-benar datang padamu, sayang”

“Ne…semoga”

***

Nichkhun benar-benar membawa Victoria ke sebuah pantai yang sangat indah sesuai dengan janjinya.

“Bagaimana, kau suka dengan pantainya sayang?” tanya Nichkhun saat mereka sampai di pantai dan Nichkhun mendorong kursi roda istrinya.

“Woaaaaa….chagia, neomu neomu choayo…Pantainya benar-benar indaaah, ia kan Ireumi? ucap Victoria riang dan berbicara pada boneka pemberian Nichkhun yang tidak pernah lupa ia bawa ke manapun mereka pergi “Gomawoyo chagi” sambung Victoria tersenyum lebar menengadah menatap Nichkhun.

“Ne..cheonmaneyo. Aku senang kalau kau senang” jawab Nichkhun mengusap lembut rambut Victoria yang terurai dan di mainkan oleh angin.

“Oh ya biar aku berikan kau tumpangan di sini, supaya kau bisa lebih menikmati hembusan angin pantai di sini yang sejuk” Nichkhun menyodorkan punggungnya ke hadapan Victoria.

“Tapi nanti kau pegal karna menggendongku sayang”

“Tidak,,aku tidak akan merasa pegal, selama itu bisa membuatmu nyaman, Kajja…” Nichkhun membantu Victoria untuk naik ke punggungnya.

“Gomawoyo chagi…” ucap Victoria malu-malu ke telinga Nichkhun.

“Cheonmaneyo yeobo-ya” jawab Nichkhun lembut.

Nichkhun menggendong Victoria sepanjang pantai sambil bercerita tentang masa kecilnya dan Victoria sangat antusias mendengarkannya. Victoria baru mengetahui bagaimana sosok suaminya sewaktu kecil. Mendengar cerita dari Nichkhun,Victoria bisa tahu bahwa dari kecil suaminya memang type anak yang pendiam dan jika dia sudah mencintai sesuatu maka dia akan menjaganya dengan baik dan tidak ingin kehilangannya.

“Chagia, kau pasti lelah. Bagaimana kalau kita duduk saja??” ucap Victoria menunjuk salah satu sudut tepi pantai itu.

“Hmmm..aku tidak lelah, tapi pasti kau yang lelah. Jadi baiklah kita duduk saja yah, biar aku ambil dulu kursi rodamu” jawab Nichkhun berjalan menghampiri kursi roda istrinya.

“Anhio…aku tidak ingin duduk di kursi roda, bolehkah aku dan Ireumi tidur di pangkuanmu??” Victoria mendekatkan wajahnya ke wajah Nichkhun yang masih menggendongnya.

“Tentu….” jawab Nichkhun semangat dan menurunkan Victoria dari gendongannya dengan sangat hati-hati, lalu Victoria tidur di pangkuan Nichkhun sambil memeluk Ireumi.

“Jika kau lelah, kau tidur saja sayang. Nanti aku bangunkan” Nichkhun menyisiri poni istrinya yang berantakan tertiup angin dan Victoria hanya mengangguk pelan.

“Sekarang maukah kau menceritakan aku sebuah dongeng sayang?” tanya Victoria dengan matanya yang sudah terpejam.

“Ehm,,tentu, kau ingin dongeng apa?”

“Dongeng apa saja…”

“Hmmm..baiklah, kalau begitu aku akan menceritakan dongeng tentang sang pelayan yang jatuh cinta pada seorang Putri”

“Pada suatu hari di sebuah Desa, hiduplah sebuah keluarga yang hidupnya serba kekurangan dan……” Nichkhun memulai ceritanya.

Hampir 20 menit ia bercerita, sampai-sampai ia tidak sadar kalau Victoria sudah tertidur lelap dalam pangkuannya. Nichkhun menatap istrinya itu dalam, dia tidak melihat Victoria menggerakan tubuhnya. Ada perasaaan takut hinggap dalam dirinya, dengan ragu ia mencoba menempelkan kedua jarinya pada hidung Victoria untuk memastikan bahwa istrinya itu masih bernafas. Betapa lega hatinya saat ia merasakan jarinya hangat karna hembusan nafas Victoria.

“Terimakasih Tuhan dia masih bernafas, aku kira Kau sudah mengambilnya” batin Nichkhun sambil menepikan poni Victoria yang menutupi matanya.

2 hari kemudian…

Nichkhun terpana melihat Victoria yang selesai mengganti pakaiannya yang sudah di siapkan Nichkhun.

“Kau benar-benar cantik sekali dengan baju itu sayang. Like an Angel…neomu neomu kyeopta” mata Nichkhun tidak berhenti menatap kagum istri tercintanya itu.

“Kau jangan menatapku seperti itu sayang, aku malu” Victoria tersipu dan pipinya merona.

“Tapi kau benar-benar sangat cantik dan aku benar-benar beruntung memiliki istri secantik kau” puji Nichkhun lagi.

“Sudah ah, kalau kau terus memujiku aku bisa terbang. Oh ya chagia sebenarnya kau akan membawaku ke mana?? Sampai-sampai aku harus memakai pakaian sebagus ini??” tanya Victoria bingung menatap dirinya sendiri dengan gaun yang ia kenakan.

“Sudah, nanti kau juga akan tahu. Bagaimana kau sudah siap Tuan Putri?” goda Nichkhun membuat Victoria lagi-lagi tersipu.

“Ne,,,Pangeran” jawab Victoria ceria.

Namun baru Nichkhun mendorong kursi roda Victoria sebentar, Victoria tiba-tiba memegang kepalanya seolah dia merasakan sakit.

“Yeobo, waeguraeyo? Apakah kepalamu sakit lagi?” tanya Nichkhun panik.

“Anhio…aku sudah tidak apa-apa” jawab Victoria tersenyum kecil pada suaminya yang kepanikan itu.

“Kau yakin?? Kalau kau merasa tidak baik, kita tidak usah pergi lebih baik kau istirahat saja, eoh?”

“Anhio….aku benar-benar tidak apa-apa sayang, kau lihat kan aku sudah bisa tersenyum lebar lagi?” Victoria memaksakan senyumannya agar tidak membuat Nichkhun khawatir lagi padahal kepalanya masih sangat terasa sakit namun sekuat tenaga ia tahan.

“Yeobo, aku tidak ingin membuatmu lelah. Aku mohon jangan bohong padaku, apakah sekarang kau benar baik-baik saja?” Nichkhun mengusap lembut pipi Victoria berkali-kali.

“Benar sayang, aku tidak berbohong. Sudahlah kita jangan menyia-nyiakan hari ini, bukankah hari ini hari terakhir bulan madu kita di sini? Ayo cepat sayang, sebenarnya kau ingin membawaku ke mana??” Victoria membulatkan matanya terlihat antusias.

“Nanti juga kau akan tahu. Baiklah kalau begitu, kita pergi sekarang saja” jawab Nichkhun lemah, masih terpeta gurat kekhawatiran dalam hatinya takut kalau-kalau istrinya itu sedang menahan rasa sakitnya.

“Maafkan aku sayang, aku harus berbohong padamu. Kali ini saja, aku hanya takut jika aku tidak bisa melewatkan hari esok bersamamu. Biar aku tahan rasa sakit ini untuk malam ini saja, asal aku bisa melewati malam yang indah bersamamu…” batin Victoria sedih saat mereka sudah berada di dalam mobil.

Akhirnya mereka sampai di sebuah Restaurant yang cukup mewah di salah satu pusat kota di China. Nichkhun sengaja memesan satu meja khusus untuknya dan juga untuk Victoria yang sudah di hias seindah mungkin. Dan dua orang pelayan menyambut mereka dengan hangat dan mengantarkan mereka ke meja yang sudah di pesan.

“Kau yang menyiapkan ini semua sayang?” tanya Victoria bahagia.

“Ehm..bagaimana, kau suka??”

“Ehm….aku sangat suka. Gomawoyo yeobo, kau selalu membuatku terharu dengan kejutan-kejutanmu”

“Eits..ini belum seberapa, masih ada beberapa kejutan lagi untukmu malam ini”

“Geuraeyo?? Apa??” tanya Victoria penasaran.

“Kalau aku memberitahumu sekarang, namanya bukan kejutan lagi dong. Jadi kau sabar saja, nanti pasti akan aku tunjukkan. Sekarang ayo kita makan makanannya, nanti keburu dingin”

“Ehm..baiklah”

Nichkhun dan Victoria mulai menyantap makanannya dan beberapa menit kemudian seseorang berbicara pada semua pengunjung Restaurant malam itu.

“Selamat malam semuanya…” ucap seorang MC yang memang salah seorang karyawan juga di Restaurant itu

“Malaaaam…” jawab para pengunjung serempak.

“Yah malam ini kita kedatangan tamu istimewa, mereka datang dari Korea untuk berbulan madu di sini. Siapakah mereka?? Tuan Nichkhun dan Nyonya Victoria yang duduk di sebelah sana” ucap MC itu menunjuk ke arah Nichkhun dan Victoria di mana mereka duduk.

Nichkhun berdiri dan membungkukkan badannya dengan senyumannya yang mengembang, sedangkan Victoria terkejut dan hanya bisa tersenyum bingung pada semua orang yang sedang menatap ke arahnya saat ini.

“Chagi..apa-apaan ini?? Pasti semua ini kerjaanmu juga yah? Aku kan malu mereka semua menatapku” bisik Victoria pada Nichkhun.

“Sudahlah, kau tenang saja sayang tidak usah malu. Sudah kau diam, dengarkan apa yang ingin di katakan lagi oleh orang itu” jawab Nichkhun santai dengan senyuman manisnya.

“Tapi sayang sekali, malam ini adalah hari terakhir mereka di sini. Jadi, bagaimana kalau malam ini kita persilahkan mereka untuk memberikan penampilan yang menakjubkan untuk kita?? Kalian setuju??” sambung sang MC semangat.

“Setujuuuu…”

“Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita persilahkan Tuan Nichkhun untuk menyumbangkan permainan pianonya di depan kita semua?? Tuan Nichkhun silahkan untuk maju ke depan” MC itu menatap Nichkhun dan Nichkhun mengedipkan matanya pada sang MC tanda dia puas karna sang MC itu sudah menjalankan tugas dari Nichkhun dengan baik.

Nichkhun berdiri dan tersenyum manis pada istrinya sebelum akhirnya dia maju ke depan untuk bermain piano. Semua pengunjung termasuk Victoria memberikan tepuk tangan yang meriah untuk menyambut permainan Nichkhun.

“Terima kasih karna saya sudah di percayakan untuk bisa membawakan sebuah lagu lewat permainan piano saya nanti. Lagu ini saya persembahkan untuk kalian semua khususnya saya persembahkan untuk bidadari hati saya yang malam ini terlihat sangat cantik, Victoria Buck Horvejkul” ucap Nichkhun menunjuk ke arah Victoria.

Pipi Victoria merah padam karna tersipu, lagi-lagi kini semua mata tertuju padanya. Ia hanya bisa tersenyum kikuk, tidak tahu apa yang harus dia ucapkan.

Nichkhun mulai memainkan jari-jarinya pada tuts-tuts piano dengan perlahan. Dia membawakan lagu Nothing Better…

It always appeared before me
Your face, I remember
My heart that stopped short
You spitefully took my disfunctional heart
And with your bright smile
That’s how you easily opened my heart

It’s true, that is how I became your man
All my unpleasant memories, I no longer recall
Because the hand that holds me tight
is as warm as spring

And now like a dream my heart
has gradually stopped by your side
Without awakening for a single moment,
I dream an endless dream

And now like breathing,
if you were to always rest by my side
if you were to always remain this way
nothing better nothing better than you
nothing better nothing better than you

nothing better nothing better than you
nothing better nothing better than… you..

Nichkhun mengakhiri lagunya dengan terus menatap ke arah Victoria, seolah lagunya benar-benar menggambarkan isi hatinya untuk Victoria. Dan Victoria hanya bisa duduk terpaku tanpa bisa berkata apa-apa, itu pertama kalinya Nichkhun menyanyikan sebuah lagu untuknya. Dan dia benar-benar merasa terharu sampai-sampai tidak terasa air matanya terus membasahi kedua pipinya. Para pengunjung seisi Restaurant itu juga tidak lupa memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Nichkhun dan sebagian dari mereka pun ada yang sampai menangis karna ikut terharu, seolah merasakan bagaimana bahagianya jika menjadi Victoria memilki suami seromantis dan perhatian seperti Nichkhun.

“Kenapa kau menangis sayang??” Nichkhun menghampiri Victoria di tempat duduknya dan mengusap lembut kedua pipi istrinya itu yang basah dengan air matanya.

“Aku menangis karna aku bahagia sayang. Aku bahagia karna Tuhan mengirimku suami terbaik sepertimu, gomawoyo Khunnie-ah, kau sudah hadir dalam hidupku” air mata Victoria belum lelah untuk mengalir.

Nichkhun pun tidak kuasa menahan air matanya, ia langsung memeluk Victoria dengan erat seolah saat-saat seperti itu tidak ingin mereka lepaskan begitu saja. Para pengunjung seisi Restaurant itu pun akhirnya ikut menangis bersama kedua pasangan yang baru menikah 10 hari itu.

Tidak lama kemudian, seseorang memainkan piano dengan membawakan lagu Kiss The Rain dari Yiruma, lagu kesukaan Nichkhun yang sering dia dengar dari iPod nya. Dan lagu itupun menjadi lagu kesukaan Victoria karna sering melihat Nichkhun mendengar lagu itu saat mereka baru saling mengenal, Victoria pun sering ikut mendengarkan dan Victoria langsung menyukainya. Menurut Victoria syair lagu itu bisa membuat hati dan pikirannya tenang.

“Ini lagu kesukaan kita sayang, maukah kau dansa denganku malam ini??” Nichkhun bersujud di hadapan Victoria yang masih duduk di kursi rodanya dan menyodorkan tangannya pada Victoria.

“Aku mau, tapi apakah aku bisa berdansa dengan kursi roda ini??” tanya Victoria serak.

Tanpa menjawab pertanyaan Victoria dan tanpa menunggu reaksi Victoria, Nichkhun langsung mengangkat tubuh istrinya itu dari kursi roda, Nichkhun menggendong Victoria dan berjalan ke tengah area berdansa.

“Kita masih bisa berdansa dengan gaya seperti ini, bagaimana unik kan??” tanya Nichkhun menggoda Victoria namun jauh di dalam hatinya, ia pun merasakan sakit karna ia sedih melihat keadaan Victoria saat ini.

Victoria tidak menjawab, ia hanya menganggukan kepalanya dan menatap dalam mata Nichkhun yang jaraknya hanya beberapa centi itu. Semua orang menatap mereka berdua sekarang, di iringi lagu Kiss The Rain yang bernuansa mellow, Nichkhun menggendong Victoria dengan kuat dan berdansa mengikuti irama dari permainan piano yang di mainkan.

“Apa kau tidak berat menggendongku terus seperti ini??”

“Tidak, tanganku akan selalu kuat untuk melakukan apapun untukmu sayang” jawab Nichkhun lembut tanpa melepaskan pandangannya dari Victoria.

“Ya Tuhan, andai saat ini waktu tidak akan pernah berganti, andai saat seperti ini akan terus bisa aku rasakan, dan andai aku masih bisa memiliki hari esok, lusa dan seterusnya. Aku mohon Tuhan, aku ingin hidup lebih lama lagi dengan suamiku, jangan Kau hentikan waktu saat ini karna aku benar-benar baru merasakan sebahagia ini seumur hidupku. Tolong beri aku keajabian-Mu, aku mohon. Tapi jika aku benar-benar harus pergi, lebih baik Kau ambil aku sekarang, jangan Kau tunda lagi karna aku tidak ingin menyakiti suamiku lebih lama lagi melihat keadaanku yang lemah seperti ini” batin Victoria berperang bersamaan dengan rasa sakit yang semakin menggerogotinya namun lagi-lagi ia berusaha untuk menahannya dan akhirnya dia hanya bisa menangis.

“Sayang kau menangis lagi??” tanya Nichkhun khawatir.

“Anhio…” Victoria cepat-cepat menggeleng. “Chagi…aku ingin tidur sebentar dalam pelukanmu, boleh??” tanya Victoria dengan matanya yang sayu.

“Ehm..tentu saja, apakah kau lelah?? Kita sebaiknya pulang saja, eoh?”

“Anhi….kita tetap di sini. Aku hanya ingin tidur sebentar” Victoria tersenyum tipis sebelum akhirnya ia memejamkan matanya.

Victoria tertidur masih dalam gendongan Nichkhun dan tidak lama kemudian tangan Victoria yang sedari tadi melingkar di leher Nichkhun akhirnya terkulai lemas. Nichkhun sontak terkejut karna dia hampir kehilangan keseimbangannya, namun dengan cepat ia menahan tubuh Victoria yang hampir terjatuh.

“Yeobo-ya,,bangunlah..yeobo-ya….” Nichkhun berusaha untuk membangunkan Victoria dengan menepuk pipi istrinya itu dengan lembut.

“Yeobo-ya,,,ayo kita pulang. Aku mohon bangunlah, bukankah kau bilang barusan kau hanya akan tidur sebentar?? Ayo bangun Victoria…” Nichkhun kembali menepuk pipi Victoria dan kini perasaannya sudah mulai tidak enak.

“Yeobo-ya,,,ppalli ireona…Yeobo-ya….” Victoria tidak kunjung membuka matanya lagi tapi Nichkhun tetap berusaha untuk membangunkan istrinya itu.

Para pengunjung langsung berlarian menghampiri mereka, salah seorang pengunjung yang ternyata seorang Dokter mencoba untuk memegang lengan Victoria untuk bisa merasakan denyut nadinya, namun sang Dokter itu menggeleng lemas.

“Tuan, percuma anda berusaha untuk membangunkannya karna istri anda tidak akan pernah mungkin membuka matanya lagi” ucap Dokter itu dengan berat dan mengusap pundak Nichkhun untuk memberi kekuatan.

“Anhi…istriku belum mati, dia bilang dia hanya tidur sebentar. Victoria, ayo cepat bangun, jangan bermain-main denganku. Aku mohon bangunlah…” sekarang Nichkhun mengguncangkan tubuh Victoria dan menepuk pipi Victoria berkali-kali namun hasilnya tetap sama, Victoria tidak pernah bangun lagi dari tidurnya.

“Victoriaaaaaaaaaaaa……” teriak Nichkhun histeris.

Para pengunjung di sana tidak bisa menyembunyikan kesedihan mereka, melihat Nichkhun yang terus berusaha untuk membangunkan Victoria. Mereka pun ikut menangis melepas kepergian Victoria yang tidur selama-lamanya.

End of Flashback….

***

Nichkhun sudah tiba di Bandara, ini pertama kalinya lagi baginya menginjakkan kaki di China setelah 3 tahun yang lalu ia ke sana bersama Victoria untuk bulan madu. Ada perasaan berat menyelimuti hatinya karna ia kembali ke tempat yang menyimpan cukup banyak kenangan tentang istrinya. Sebelum pergi ke tempat yang di tujunya untuk urusan kantornya, Nichkhun memutuskan untuk pergi ke pantai di mana dulu ia pernah mengajak Victoria ke sana.

Sesampainya di pantai, Nichkhun tersenyum getir menerima kenyataan bahwa saat ini pantai itu hanya akan menjadi bagian dari kenangannya bersama Victoria.

“Sayang, aku kembali ke sini. Kembali ke tempat di mana dulu aku pernah menggendongmu untuk berjalan sepanjang tepi pantai ini. Kau masih ingat, kan??” ucap Nichkhun menatap laut yang membentang di hadapannya.

Ia berjalan menyusuri tepi pantai, seolah berusaha mengulang kenangan 3 tahun yang lalu. Dan sesaat ia menghentikan langkahnya dan teringat sesuatu, ia membuka dompetnya dan mengeluarkan secarik kertas dari celah dompetnya.

To : My Lovely Khunnie

Khunnie-ah, mianhae karna aku tidak bisa memberikan kebahagiaan yang seharusnya kau dapatkan. Kau menikahiku tapi kau tidak mendapatkan kebahagiaanmu, setelah aku pergi nanti aku mohon hiduplah dengan baik, dapatkan kebahagiaanmu yang tidak kau dapatkan dariku. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa memiliki hari esok untuk bisa bersamamu? Tapi sebelum aku tahu jawabannya, aku ingin memberi surat ini untukmu yang mungkin surat ini akan menjadi surat terakhir yang aku buat untukmu.

Oh ya terima kasih untuk gaunnya, aku sangat suka. Gaunnya sangat indah, seandainya aku bisa memakainya tidak dalam keadaan seperti sekarang, pasti gaun ini akan terlihat sangat indah di tubuhku, iya kan sayang? Hehe…Terima kasih Khunnie-ah, kau sudah hadir dalam hdiupku dan mengisi detik-detik terakhir hidupku dengan cintamu yang pasti akan aku bawa sampai aku mati. Aku benar-benar bersyukur Tuhan mengirimkanmu untukku, bersamamu aku bisa tahu seperti apa itu cinta dan kaulah pria pertama yang bisa membuatku benar-benar jatuh cinta padamu, Nichkhun Buck Horvejkul.

Terima kasih juga kau sudah mengiijinkanku untuk membawa namamu di belakang namaku, tapi kelak jika aku pergi carilah wanita yang bisa membahagiakanmu dan berikan nama itu untuknya, aku rela. Aku mohon hiduplah bahagia meski tanpaku, karna jika kau bahagia aku pun akan bahagia di surga nanti. Oh ya aku juga titip Eomma dan Meimei padamu, mereka adalah bagian dari hidupku dan jadikanlah mereka bagian dari hidupmu juga, kau tidak keberatan, kan?!

Saranghae Khunnie-ah….=]

Love,,,

Victoria Buck Horvejkul

Nichkhun melipat kembali surat yang sudah ratusan kali ia baca di saat ia merindukanVictoria. Surat yang ia temukan di kamar hotel sebelum Victoria meninggal. Victoria membuat surat itu tepat sebelum ia pergi dengan Nichkhun ke Restaurant pada malam 3 tahun lalu itu. Malam itu Victoria tidak kuat menahan rasa sakitnya yang sering menjadi-jadi. Seolah ia mendapatkan firasat bahwa malam itu memang hari terakhir baginya, maka ia memutuskan untuk membuat surat itu untuk Nichkhun. Ia menyimpan surat itu di meja riasnya yang ia taruh di bawah tubuh Ireumi.

Nichkhun mendongak, menatap langit yang mulai gelap dan tidak lama kemudian tiba-tiba turun hujan, cukup deras. Ia tidak berusaha lari menghindari hujan, tapi ia masih berdiri di tempatnya dengan terus menatap langit membiarkan wajahnya basah di guyur air hujan. Kemudian dia tertunduk dan terduduk lemas menjatuhkan dirinya ke tanah, menangis merasakan kepiluan yang begitu mendalam mengingat istrinya.

“Demi Tuhan aku sangat merindukannya…” ucap Nichkhun lirih menatap pasir yang sudah menyatu dengan air hujan.

~ FIN ~

Gimana kah FF nyaaaaa??? Maaf yah kalo kecepetan alurnya, yah maklum az namanya Oneshoot, hehe…SUMPAAAAAH,,author bener” mengharapkan komentarnya dari kalian biar bisa tambah semangat lagi bikin FF yang lainnya, yayayayayya?? *maksa,,lol

Oya pas bikin ni FF terinspirasi sama salah satu FF temen aku, tapi cuma penyakit yang di alami sama Victorianya az,,,yang laennya dan semua isi ceritanya murni hasil karya author sendiri….

23 thoughts on “[ONESHOOT] Kiss The Rain – Khuntoria Fanfiction

  1. aku suka khuntoria,walaupun umurnya gak cocok,tapi wajah khunpa udah dwasa bgt,keke
    kalo ma kyupa kayak noona-dongsaeng,!!!
    btw to tweet bgt,tp kashan khuntoria,

    • huaaaaaa,,,,khuntorian jg ah chingu???asyyiiik..

      makasih yah uda baca ff nya,,,,suka lho klo nemu khuntorian jg,,hehe…author lg mnebarkan virus khuntoria…hehehe..;))

  2. Wah,daebak,,aku sebagai khuntoria shipper,sumpah,aq nangis pas ngebaca ini fanfic,sedih bgt,,keep writing

    • jinjayo??ampe nangis kah??wah mian yah uda bkin nnagis,,,dan chingu khuntorian jg kah??aaahh,,senangnya bs nemu bnyak khuntorian jg,,^^

  3. sungguh deh terharu bgd bca ff ini, bantalku ampe bsah.. 😥
    top bgd thor kisahnya, bhasanya jga bgus, keren deh..

    • waaahh ksian dong bntalnya ampe basah gtu,,hehe..’

      makasih yah chingu uda baca n commentnya,,jgn lp baca jg ff author yg lain….

  4. duh…
    sedih banget yah,klo itu aku,aku nggak mau tidur bentar…
    aku pingin ngeliat mukanya untuk terakhir kali…
    bisa buat ff kyk gini lgi nggk ya eonni?

    • huft..ia tapi mudah” an kita jgn mngalami kya ff ini yah….

      makasiiih uda baca ff nya yah….siipp nti ka bkin lg ff kya gini de,,hehe

      oya de khuntorian jg kah??

  5. ya ampuuunnn authorrr….. aku nangis bacanyaaa 😥 sedih bgt, menyentuh…
    daebaaakkk authorrr 😀

    • gomawooo yah,,dan mian uda bkin nangis,,hehe..

      jgn lp baca ff author yg lain yah, biar authornya tmbh semangat,,hehe..;)

    • gomawo yah chingu uda nyempetin baca n commentnya,,,

      slm kenla chingu…baca jg ff author yg lain yah,,hehe..*mksa

    • gomawo chingu uda baca, comment dan suka sam ff ini,,hehe,,,seneng klo emang bnyak yg suka..^^

      slm kenal yah..;)

Don't be a silent reader & leave your comment, please!