[FF Freelance] Lier Couple (Oneshot)

Title                :      Lier Couple

Author            :     Iyane DongKyuChul

Cast                 :     Kim Hee chul & Han Ji eun

                               RYeowook & Shin Hye kyung

                               Lee Sungmin

 

Length            :     OneShoot

Genre              :    Romantice

 

Happy reading ^^

 

————————————-   Heeji Couple ——————————–

Han ji eun’s Pov

Perkenalkan namaku adalah han ji eun, ini adalah hari pertamaku bekerja disini. Aku bersyukur aku masih di terima bekerja padahal seingatku beberapa hari lalu saat aku mengajukan lamaran dan menyerahkan daftar riwayatku pada penjaga keamanan, mereka bilang bahwa lowongan telah terisi penuh.

Saat itu aku sangat sedih, hidup di seoul benar-benar tak semudah seperti sepupuku katakan, shin hye kyung. Aku tinggal bersama dengannya. Aku menumpang.

Kata ‘menumpang’ seharusnya menyenangkan terlebih dia yang berasal dari keluarga kaya mau berbagi untukku. Tapi tidak ketika mataku harus mengalami sakit, ketika ia seenaknya menyuruhku menguntit seorang namja yang di sukainya di fakultas seni –kim ryeowook-. Dia yang kuliah di fakultas kedokteran sangat susah sekedar keluar apalagi letak gografis yang terbilang tidak dekat dengan fakultas seni menyebabkan ia membujukku mati-matian dengan alasan demi persaudaraan dan cinta, cih. Tepatnya dia menyuruhku jauh-jauh dari wonju hanya ingin memanfaatkanku.

Jadi kupikir alangkah baiknya aku mulai mencari pekerjaan dari pada ia terus memaksaku menguntit. Kurasa bekerja disini adalah keajaiban. Kenapa? Karena beberapa jam setelah penjaga keamanan mengatakan bahwa lowongan telah terisi penuh, aku menerima telpon dari  kepala klinik ini.

Keberuntungan terletak pada seorang pasien yang tiba-tiba masuk, sehingga mereka membutuhkan seorang perawat lagi. Anehnya pasien itu meminta pelayanan khusus harus di tangani oleh seorang perawat saja, dan aku terpilih menjadi perawat itu. Kurasa pasien itu adalah orang yang kaya.

Baiklah jika kau mulai bingung, aku akan menceritakan tentang tempat ini. Tempat ini adalah klinik kejiwaaan yang menangani psikologis tentang namanya trauma. Pasien-pasien disini biasanya adalah pasien yang mengalami goncangan jiwa karena kecelakaan yang menyebabkan dirinya cacat seperti pincang , buta, tuli, bisu kecuali sakit jiwa.

“kalian dengar semua?”

Aku tertegun saat Suara cempreng kepala perawat berteriak kencang.

“NDE………” sahut para perawat lainnya yang berjejer rapi disisiku. Yeah kurasa ini upacara sebelum bekerja, ajhuma tua itu memberikan petuah-petuah banyak memaksa kami mendengarnya dengan baik.

Tap tap tap

Dia mulai memukul tongkatnya pada meja dari kayu “baiklah akan aku ulangi, sepertinya ada yang tidak mendengar ucapanku” serunya, entahlah aku merasa ia mendelik padaku.

“pertama buat pasien merasa nyaman dengan hidupnya sekarang”, kurasa aku bisa.

“kedua selama ia di sini, jangan buat dia frustasi. Kalian itu perawat sekaligus pembantunya secara tidak langsung”, kata ‘pembantu’ membuatku bergedik ngeri.

“ketiga jangan menggoda pasien. Kalian mengerti?”

“NDE…..” teriak kami semua, semua perawat tentunya.

Yeah aku tau itu alasannya ‘mengapa’ selain pasien-pasien disini kebanyakan dari keluarga yang memiliki harta yang berlimpah, kekuasaan yang tinggi yaitu mereka cacat. Menurut kepala perawat jika kami memberi mereka cinta, cinta yang di berikan hanya karena harta. Sederhananya perawat itu adalah pengincar kekayaan pasien, kami matre.

Penuturannya hanya membuatku mendeskripsikan sesuatu itu jalur otakku ‘orang kaya itu selalu sombong dengan apa yang mereka miliki walau bagaimanapun keadaan mereka’. Well,  yang benar saja hanya kekayaan mereka aku jadi buta!. sekalipun menurut orang-orang di muka bumi cinta itu buta, tapi aku tak kan buta menentukan pilihanku sendiri, masih banyak namja di luar sana yang tergolong ‘perfect’ yang bisa di jadikan pilihan, bukan namja di klinik ini yang notabene ….. akh aku malas menyebutkan ini ‘Ca-ca-t’

********

“hai kim heechul-ssi, bagaimana kabarmu hari ini?” sapaku ramah.

Apa aku belum memberi tahu?, namja yang terbaring di sini adalah kim heechul. Pasienku. Sebelah kakinya di baluti perban, dia lumpuh dan….. buta.

Aku mendesah pelan, dia sama sekali tak merespon ucapanku. Ia hanya mengedarkan pandangan keseluruh penjuru, kemudian menutup matanya. Mungkin lain kali aku bisa mencobanya lagi.

***

Hari ini adalah hari ke -7 artinya tepat seminggu. Aku mulai membuka balutan perban di kakinya.

“hai kim heechul-ssi, bagaimana kabarmu hari ini?” ucapku sambil tersenyum. Ok, tak penting aku tersenyum bahkan ia tak bisa melihat, bahkan seminggu ini ia selalu mengacuhkanku dan aku masih berbaik hati menyapanya ramah.

“apa kau tak bosan menanyai pertanyaan yang sama padaku setiap hari uisa?”

Jlep

Aku senang ia mulai bicara, tapi kenapa kata-katanya pedas sekali.

Dengan kesal aku menjulurkan lidahku padanya, kemudian berkata tanpa mengeluarkan suara “dasar buta”

Uhuk..uhuk, ehem “aku haus, ambilkan aku air”

Aku rasa ini maksudnya ‘perawat sekaligus pembantu’ . aku beranjak dari tempatku mengambil teko dari sebuah meja kecil disamping ranjangnya kemudian menuangkan  ke gelas sebelum  menyodorkan padanya. Disaat bersamaan Aku mengerjab pelan saat rambut halus yang terjuntai di dahinya tertiup angin, tanpa sadar bibirku malah tertarik sempurna. Dia ini tampan sekali.

“apa aku memberitahumu sebelumnya?, aku haus”

Aku tersentak kaget, bagaimana mungkin ia dapat mengambil gelas yang ku sodorkan  jika ia tak bisa melihat.

“ah, nde, maafkan aku” tuturku, kemudian membantunya meminumkan air padanya sambil memperhatikan wajahnya yang tampan. Entahlah aku sudah tersenyum berapa kali, mungkin jika ia bisa melihat aku sudah kehilangan detak jantungku, karena malu terang-terangan begini.

*****

Hari ini aku mengajaknya ke taman. Dia terduduk di kursi roda dan aku mendorongnya hingga kami tiba di sebuah bangku coklat panjang. Aku duduk diatasnya.

“heechul-ssi, walaupun kau tak bisa melihat. kau masih punya mata hati, kau masih bisa mendengar bahkan kau masih bisa merasakan udara luar, hmmm?”

“itu tak menarik” gumamnya.

Nadanya yang datar, membuatku merasa kasian padanya, andai ia tak cacat seperti ini, pasti banyak sekali yang ingin menjadi kekasihnya. Selama ini tak seorangpun mengunjunginya, sesekali aku hanya bisa melihat seorang teman berkunjung. Saat itu tak seorangpun diizinkan untuk masuk, termasuk aku yang notabene adalah perawat khususnya.

“Kau jangan putus asa, mulai sekarang aku akan jadi kakimu, jadi kau bisa memanggilku kapan saja otte?” tawarku.

“bagaimana aku mengenalimu?, aku tak bisa melihatmu. Kau lupa ya?”. Akh dia benar.

Aku mencoba berfikir, kurasa sedikit lama karena ia mulai mengetuk-ngetuk kursi roda dengan jari-jarinya membentuk bunyi-bunyian alunan nada.

Aku mendongak menatapnya kemudian menggenggam jemarinya. Aku tak tau apa ini termasuk menggodanya atau tidak. Tapi yang jelas jemari putih itu dingin atau darahku yang mulai membeku. Tak berapa lama kemudian aku mengangkat kedua tangan itu, hingga jari-jari dan tangannya yang lebih besar dari pada diriku, kubiarkan menyentuh wajahku.

Saat itu terjadi, aku menyadari satu hal. Sentuhan tangannya di wajahku membuatku bagaikan tersengat listrik. Pipiku bersemu merah dan aku mulai berandai jika ia bisa melihatku, aku yakin ia akan tau bagaimana merah padamnya wajahku sekarang.

“hafalkan bentuk wajahku di kepalamu. Kau orang pertama yang kubiarkan menyentuh wajahku”

Dia menyunggingkan sebuah senyuman untukku . aku merasa harus mengutuk senyumannya, sangat menganggu kinerja sarafku

“idemu bagus” .

***

Aku menyusuri kamarnya. Tempat tidurnya kosong, ia terduduk di kursi roda hanya menatap jendela  yang menampakkan sisi luar. Aku menghampirinya sambil tersenyum kemudian membuka jendela agar angin sore menghembus masuk keruangan.

“apa kau bisa merasakan udaranya sekarang?” tanyaku lembut.

“akan ku ceritakan , di luar jendela ini ada sebuah pohon maple, daunnya lebaaaaaaaaaaaattttt sekali. Kau tau, ajhumma yang membersihkan taman hingga  harus mengeluarkan keringat yang banyak sekali ketika membersihkan daun yang berguguran”

Sedetik kemudian aku mendelik ke arah jendela, sebenarnya aku berbohong, di luar sana hanya ada pohon kering kelontang hanya bersisakan daun berwarna coklat sekitar sepuluh lembaran di luar sana.

Yeah aku mendongeng sekarang, samar-samar aku melihatnya berseringai, gerakan tubuhnya memberi gambaran padaku, dia tau aku menipu. Dia tau? Tidak mungkin, akukan pencerita yang hebat.

“Daunnya sudah berubah warna menjadi warna coklat kemerah-merahan, kau tau kenapa? Daun-daun itu sedang tertimpa matahari senja.  Kau tau Warna merah jingga di langit?, aku yakin kau pernah melihatnya, indahkan?”

Aku mendesah, lagi-lagi dia mengacuhkanku. Terserah kau saja, kali ini aku harus bisa membujukmu belajar berjalan. Aku tak peduli jika harus berbohong sekalipun.

“Alangkah baiknya jika kau bisa keluar dan merasakan panasnya sendiri. Kau tenang saja, itu tak akan terlalu panas”

Lagi-lagi aku tersentak saat ia perlahan menelangkupkan tangannya ke pipiku. Aku sudah seperti terhipnotis padanya setiap kali dia melakukannya, pipiku selalu memerah.  Seharusnya aku tak  punya ide gila, membiarkannya menyentuh wajahku hari itu, sekarang dia melakukannnya setiap kali bertemu.

Jantungku selalu berdegub kencang saat itu terjadi, sentuhan namja ini benar-benar gila. Kurasa lain kali aku harus menjaga mulutku, aku benar-benar tergoda padanya sekarang. Apa aku jatuh cinta padanya? Andwe, andwe kepala perawat akan membunuhku.

“ini aku, han ji eun, kau tak mengenal suaraku?”

“iya, aku mengenalmu sekarang. Nona berbentuk wajah mungil”

“wuah bagus, sekarang kau percaya padaku kan?, bagaimana jika besok kita belajar berjalan?”

“tidak” jawabnya singkat. Aku hanya bisa tertunduk lemas, namja menyebalkan. Apa dia tidak bisa bisa merasakan bagaimana usahaku heh?

***

Malam ini terlihat lebih tenang, hye kyung sedang belajar dengan tekun dan aku hanya membolak-balikkan laporanku tentang heechul. Aku mendadak frustasi saat melihat isi laopranku. Sudah lebih dari sebulan namun tak ada perubahan berarti. Dia masih tak ingin belajar berjalan.

“ya, hye kyung, ceritakan padaku bagaimana kau merayu wooki oppa”

“aku mengajaknya taruhan”

“taruhan apa?”

“jika aku berhasil ujianku kali ini, dia akan mempertimbangkanku”

“bagaimana cara kau mengajaknya taruhan?”

Hye kyung memutar kursinya ke belakang, menatapku sengit “OENNI AKU SEDANG BELAJAR” jeritnya, yang membuatku bergedik “tak perlu berteriak, ceritakan padaku. Palli…”

“aisy, oenni jika kau sedang jatuh cinta jangan melibatkan orang lain”

Yeoja ini benar-benar lupa, bagaimana aku jadi penguntit demi dirinya heh? , “JANGAN MENYINDIR DIRI SENDIRI” teriakku tak mau kalah, kemudian melempar sisir yang berada di sisiku  ke kepalanya yang membuatnya meringis.

“aku juga tak jatuh cinta, aku harus merayu pasienku agar ia mau belajar jalan”

“OENNI, APPO!”

“makanya ceritakan padaku, sebelum aku lebih menganggumu”

Aku melihatnya mengelus kepalanya “jika tak jatuh cinta, kenapa harus memakai trik cintaku?!” dengusnya pelan.

Seketika wajahku memanas lagi . ‘jatuh cinta?’ entahlah aku menjadi elergi setiap kali ada yang mengatakannya. Sepertinya ia benar, aku mulai jatuh cinta.

***

Ini sudah beberapa kali aku Cuma mondar-mandir di depan kamarnya. Kakiku seperti enggan hanya sekedar untuk masuk. Aku sudah hampir gila.

Beberapa kali aku menatap potongan karton yang telah bertuliskan beberapa kata. Aku juga berdandan cantik hari ini dan berharap ini tak berlebihan. Dan aku lupa sekarang, bagaimana dia tau aku cantik atau tidak, sedang ia tak bisa melihat.

Ini gara-gara aku mengikuti trik cinta hye kyung.

“jika kau mencintai seseorang, kau harus mengatakannya oenni. Seperti aku mengatakannya wooki oppa. tak peduli dia menyukaiku atau tidak, setidaknya setelah mengatakannya aku sedikit tenang”

“hari itu aku menyodorkan satu persatu kertas ini padanya karena aku malu mengatakannya, padahal aku berdandan cantik hari itu untunglah dia mau mempertimbangkanku yeah walaupun dengan persyaratan”

“dasar bodoh kau ji eun, dia tak bisa membaca maupun melihat, kenapa aku menyadarinya sekarang?” runtukku pada diri sendiri

Kreeuukk…

Jantungku berdetak kencang saat kenop pintu berputar. pintu kamarnya terbuka, dia terduduk di kursi roda. Dia semakin sehat, lihat saja Dalam waktu satu bulan dia sudah bisa menghafal denah kamarnya di kepalanya. Tentu saja itu berkat aku yang mengajarkannya. Seperti sekarang dia yang membukakan pintu untukku dan dia di hadapanku sekarang dengan kursi rodanya.

“apa itu kau?”

“nde” ucapku sambil menyentuhkan tangannya ke wajahku. Aigoo kenapa tanganku malah gemetar

“apa kau sakit uisa?

“a…ni” ucapku terbata. Aku menarik nafas berusaha bersikap tenang “kau mau kemana?”

“aku mendengar suara langkah kaki, ku pikir itu kau. Bisakah kau mengantarku?”

“odika?”

“ke atas atap, tadi para suster bilang ada kembang api malam ini”

Aku mengerjab bingung, ya ampun begitu frustasinya ya?, apa dia sama bodoh denganku, sudah jelas tak bisa melihat.

“aku ingin merasakan suasananya saja” jelasnya seolah menjawab pertanyaanku. Apa dia bisa membaca pikiranku? , sudahlah.

“mari ku ku bawa kau ke sana”

***

Malam ini bintang memenuhi langit, bulan sabit menambah aksesoris indahnya malam ini. Aku melepaskan tanganku yang memegangi kursi rodanya kemudian berjalan pelan ke sisi pembatas. Dari sini jalan setapak menuju taman terlihat kecil sekali. Bahkan aku merasakan bagaimana angin malam berhembus melewatiku.

“dulu ketika aku di wonju, aku suka menikmati bintang sendirian. Dan sekarang aku menikmatinya bersamamu” kataku bersemangat, “kau tau?, bintang yang besar itu sudah ku veto menjadi milikku”

Ku dengar dia terkekeh, tertawakah?. Aku memutar badanku menghadap dirinya. demi Tuhan, aku lagi-lagi tergoda akan senyumannya di akhir tawanya.

Aku mencoba menenangkan diriku sendiri, aku benar-benar tak ingin suaraku menggambarkan denyut jantungku atau wajahku yang memerah “kenapa tertawa? Apa aku aneh?”

“jika semua orang men veto bintang itu menjadi milik pribadinya. Apa kau akan bertengkar dengan mereka”

Ukh menyebalkan, aku heran kenapa disaat aku sedang senang dia selalu menjatuhkanku “saat ini aku yang melihatnya, berarti dia menjadi milikku sekarang” protesku.

“dasar bodoh” gumamnya.

Reflek Mulutku mencibirnya “dasar menyebalkan” gumamku tak mengeluarkan suara.

“kenapa kau tak ingin berlatih berjalan heechul-ssi?” tanyaku mulai serius.

“karena kau tak mau memanggilku ‘oppa’, kurasa aku lebih tua darimu”

“ya! Tapi itukan tak dapat di jadikan alasan!” protesku lagi.

Aku terdiam beberapa saat “baiklah, tapi janji kau akan belajar oe?”

“tidak”

“YA!” aku mulai jengah “bukankah aku sudah mengatakan akan memanggilmu oppa”

“aku belum mendengarnya”

“aku akan mengatakan setelah kau belajar” tegasku.

“sekarang dan nanti tak ada bedanya, katakan sekarang juga”

Sejenak aku memalingkan wajahku, dari hadapannya. Aku benar-benar bingung cara mengatakan ‘oppa’. ok, itu mudah tapi jika kau bermain dengan namanya hati akan terlalu sulit. Apakah ia tak mengerti itu?, oppa itu kan seharusnya di panggil oleh kekasihnya, bukan aku.

Aku menarik nafas kemudian menutup mataku erat “oppa, oppa, oppa, oppa” ucapku dalam tempo cepat.

Aku mendengarnya lagi-lagi tertawa “kau ingin memakiku atau sedang memanggilku? Hmmm?”

“aku memanggilmu, ukh kau itu menyebalkan…op..pa”

Kulihat ia manggut-manggut “aku suka itu … oppa” katanya mulai menyunggingkan senyumnya lagi dan kuakui itu sungguh menggodaku.

Tiba-tiba guntingan karton-karton yang ku bawa dan ku selipkan di sakuku terjatuh, aku baru akan mengambilnya saat tiba-tiba ia berkata “itu apa?”

Aku mengerjit bingung lagi, sebenarnya aku berulang kali merasa dia seperti bisa melihat. namun aku menepisnya karena ia akan berkata ia dapat merasakannya.

“aku merasa sesuatu jatuh”

Benarkan yang kukatakan.

“akh ini hanya kertas, mau ku bacakan?”

Dia mengangguk.

Aku memperlihatkan tulisan yang tertera pada kertas itu padanya. Disini tertulis jelas perasaanku padanya yang tak bisa kukatakan.

Apakah kau tau, heechul-ssi?

Kuingin kau tau, aku selalu ingin kau berada di dekatku setiap hari.

“kertas yang ini tertulis bahwa kelumpuhan fisik bisa di karenakan karena penyakit, jangan takut kesembuhan itu milik kita semua. Yakinlah kita akan sembuh jika berusaha” ujarku.

aku belum bisa mengatakannya, karena aku pengecut.

Aku membalikkan kertas lainnya

Kau tau, kadang aku merasa enggan mengajakmu berlatih karena jika kau sehat,

kau pasti akan melupakanku.

 

“ada cara tradisional untuk menyembuhkannya, pertama membasuh kaki penderita dengan air hangat”ujarku lagi berbohong. “aku …. Akan membantumu”

Aku mengangkat karton berbeda lagi

Aku tak melihat dari sisi sempurnamu

Tak melihat kekuranganmu lagi.

“ketika pagi hari sebelum matahari terbit, mendudukkan penderita pada rumput” bualanku yang kesekian kali lagi “maafkan aku, aku tak bisa melakukannya, karena aku selalu terlambat datang”

Lagi, aku menukar karton baru, tulisan terakhir

Aku jatuh cinta padamu.

Karena mungkin itu sudah takdirku, sekalipun aku mungkin bukan takdirmu

 

“berlatih yang tekun, bisa mendapatkan kesembuhan abadi” tuturku.

Mataku memanas, perlahan aku merasa air mataku mengambang disudut mata, saat mataku bertumbu pada tulisan terakhir

Seharusnya aku tak boleh mengatakannya.

Kepala perawat akan memecatku.

Tapi aku sungguh tak ingin memendamnya lagi.

Tak peduli kau pincang atau tidak, tak peduli kau itu buta.

Aku hanya ingin mengatakannya.

Atau Membiarkan cinta rahasia ini.

Aku lihat ia bangun perlahan dari kursi rodanya. Aku tercengang hebat saat ia bangkit dari kursinya. Lagi, ia merengkuh wajahku, menelusuri wajahku dengan jari panjangnya.

Kau tau, saat ia berjalan mendekatiku. Aku merasa ia sangat mengenali tempat ini, bahkan dalam keadaan buta saja dia tau keberadaanku. Dia sudah bisa menggunakan mata hatinya. Rasa takut mulai menyelimutiku, aku takut dia sembuh dan pergi dari tempat ini. Aku egois? Benar.

Cintaku egois

“duduk di kursi roda, bukan berarti tak bisa berjalan. Maaf tak memberitahumu sebelumnya, karena aku takut kau tak memperhatikanku lagi ”

“Apa kau bisa…. Melihat juga?” tanyaku harap-harap cemas.

Aku mendongak menatapnya namun tiba-tiba jari tangan itu berhenti di bibirku, sedetik kemudian entah kenapa aku menutup mataku saat ia mendekati wajahku hingga helaan nafasnya menyapu wajahku dan aku merasakan bibir kami menyatu. Dia mengucupku pelan.

“kau cantik malam ini, sangat cantik” gumamnya “aku dapat merasakannya”

Ya aku tau dia hanya dapat ‘merasakannya’ Dia tak bisa melihat, sederhananya ia buta.

Saat ia melepas kecupannya aku mendengar letusan di langit, kembang api yang sudah menghias langit

***

Aku menggeliat pelan saat sinar matahari menusuk mataku. Dengan kesadaran di bawah rata-rata aku mencoba menatap keliling. Ini masih di atas atap, tidak ada seorang pun disini termasuk heechul oppa. yang ada sebuah selimut tebal yang menyelimutiku. Mungkin aku bermimpi semalam.

Aku bangun dari kursi dan sedikit merapikan rambut yang mulai kusut kemudian menyusuri tangga kecil sebelum tiba di lift. Aku sedang menunggu lift yang turun saat aku mendengar suara sungmin oppa, seorang perawat juga yang memanggil-manggil namaku.

“kau kemana saja?” tanyanya saat tiba di hadapanku dengan raut wajah panik “kepala perawat mencarimu”

“ke..na..pa?” tanyaku takut, ikutan panik.

“apa yang kau lakukan diatas atap semalam?, Kau tau kim heechul itu bukan orang biasa. Dia itu…. Anak presiden direktur yayasan klinik ini”

“jadi itu bukan mimpi?” desisku, “lalu kenapa kau panik begini sunbae?”

“saat itu aku menemaninya ke atas atap, dia melihatmu berciuman dengan dirinya”

“MWOYA?!”

***

Aku berlari secepat yang aku bisa hingga tiba di ruangannya. ku lihat ia sudah memasang wajah marah saat melihatku.

Ia memandangku dengan mata melotot “kau benar-benar lancang, berani-beraninya kau menggoda tuan muda heechul, bukankah kau sudah sudah kuperingatkan dengan peraturan no.3 , jangan menggoda pasien. Kenapa kau masih melakukannya hah?”

“mrs. Oh, aku benar-benar tak tau jika…”

“jika tak ada sungmin, sudah kupastikan ku seret kau dari sana semalam” potongnya

Aku menunduk pasrah “beri aku kesempatan mrs. Oh, aku akan meralat tindakanku padanya”

“KAU …KUPECAT” aku mendongak, kakiku mulai gemetar.

“mrs oh…”

“kemasi barangmu!” kecamnya. “SEKARANG” lanjutnya.

Aku mematung, di pecat? Aku di pecat?

“mrs. Oh…”panggilku lagiku

“keluar”

Aku tersentak dan berjalan lunglai keluar, kulihat ada sungmin sunbae disana.

“kau tak apa?”

Aku menggeleng lemah

“semangatlah, aza aza hwaiting”

Sungmin sunbae merengkuhku dalam dekapannya “kau mencintainya? Kalau begitu kejarlah dia dari luar sana”

***

Aku berjalan menyusuri koridor, kemudian berhenti di pintu kamarnya. Ada tulisan dilarang masuk disana, mungkin ada temannya berkunjung.

Kuputuskan aku akan menunggu hingga temannya keluar. Aku duduk berjongkrok di dinding sebelah pintunya, membenamkan kepalaku di lututku.

Pembicaraan mereka terdengar jelas olehku.

“kau ingin keluar dari sini hyung?, sepertinya misimu sukses besar”

“tentu saja, bukankah aku sudah mengatakan aku akan membuatnya melihatku”

“tapi caramu itu konyol”

“cinta itu memang egois, itulah caranya agar ia mau melihatku dari pada ia melihatmu setiap hari, menguntitmu. Itu kan lebih konyol, mungkin sudah takdir kami saling menyukai”

Sepertinya heechul oppa menyukai seseorang, syukurlah sepertinya ia telah sembuh dari goncangan batinnya. Lalu kenapa ia menciumku? Apa ia mengira aku adalah yoeja yang disukainya?.

Perasaanku miris, hatiku seperti tertusuk duri. Sakit sekali, kenapa ia selalu membuatku melayang dan kemudian menjatuhkanku lagi!

“aku ingin muntah mendengarnya, menggelikan!”

Setelah itu tak ada lagi terdengar suara. tak lama kemudian, pintu itu ruangan itu terbuka. Aku terjerembab kaget saat melihat seseorang yang keluar dari sana.

Reflek aku berdiri, sepertinya bukan diriku saja yang terkejut. Dia juga. Dia tak mungkin juga mengenalkukan? Selama ini kurasa ia tak pernah tau jika aku menguntitnya. Yah dia kim ryeowook.

Dengan ragu aku membungkuk “annyeong haseyo”.

Diapun melakukan hal sama “annyeong haseyo”

“kau perawatnya?”

Aku mengangguk.

Kulihat ia sedikit mengintip kedalam kemudian tersenyum, wajahnya imut sekali. Pantas saja hye kyung tergila-gila padanya.

“masuklah, sepertinya ia telah menunggumu” ujarnya kemudian langsung pergi.

Aku masuk ke kamarnya, dia berbaring di kasur dengan pakaian yang berbeda dengan semalam.

“oppa, kau sudah sangat sehat sekarang” ujarku.

Perlahan tangan itu bergerak ingin menyentuh wajahku, aku menepisnya “aku han ji eun, kau mengenal suaraku kan?”

ia sedikit terkejut dengan reaksiku yang menepis tangannya, “aku senang oppa, akhirnya kau sudah sembuh, kapan kau akan pergi?”

“wae, kau ingin mengusirku, hmmm?”

Aku tersenyum, mana mungkin seperti itu “aku juga akan pergi dari klinik ini”

“mwo?”

Aku mendekatkan diri ke telinganya “mereka memecatku” bisikku.

Kemudian aku terkekeh pelan “ini gara-gara kau oppa, jika  saja kau tak mengira yoeja yang kau sukai itu aku, mungkin kau tak menciumku”

“mwoya? Ya! aku melakukannya hanya pada orang yang kusukai saja”

“aku tau, saat itu aku juga terkejut”, aku merasa mataku mulai memanas lagi “Kau mencintainya? Kalau begitu kejarlah dia” lanjutku. Hatiku sakit sekali rasanya saat mengatakannya.

“kau benar-benar membuatku terlihat konyol”

Tanpa peduli aku menuntaskan perkataan terakhirku “oppa, jaga dirimu baik-baik oe, aku harus pergi karena aku belum mengepak kardusku”

Setelah mengatakan itu aku melongos begitu saja, keluar melewati pintu kamarnya. Mataku sudah mengeluarkan cairan bening. Tak ku perdulikan heechul oppa memangil-manggil namaku.

Aku berjalan cepat keluar dari klinik ini. Urusan barangku, aku akan meminta sungmin sunbae membereskannya untukku.

***

One week later

“oenni…………….” Teriak hye kyung saat memasuki apartemen kami. Karena teriakannya hampir saja membuatku tergores pisau saat memotong bawang.

“sekali lagi kau berteriak, aku akan memutongmu dengan pisau ini”

Dia mengerucutkan bibirnya padaku tak lama kemudian suaranya kembali terdengar.

“AKU LULUUS UJIAN” teriaknya lebih keras, semangat kemerdekaan.

Kesabaranku habis, yoeja ini benar-benar tak mengindahkah perkataanku.

“ya! Telingaku itu berharga” bentakku.

Hye kyung menghempaskan tubuhnya ke sofa kemudian tersenyum tak karuan “aisy oenni kau tak pernah jatuh cinta ya?”

Tiba-tiba pisau yang siap memotong bawang, terhenti begitu saja ‘jatuh cinta?’, yah aku mengalaminya, dan kemudian harus melupakannya.

Kim heechul, ia adalah anak dari presiden direktur dan aku adalah perawatnya. Perbedaan banyaknya harta yang ia miliki dan diriku miliki yang memisahkan kami. Bodohnya aku adalah, sebelum mengenal dirinya ku pikir hal mustahil jatuh cinta pada orang yang bahkan tak bisa melihat dunia. Tapi ternyata aku jatuh cinta padanya dan parahnya lagi dia menyukai orang lain. Aku idiot.

“bukan urusanmu” jawabku ketus. Aku melanjutkan potongan bawangku.

“kau itu pemarah sekali, minggu depan ryeowook oppa akan berkencan denganku, artinya dia akan mempertimbangkanku hahahaha”

Pantas saja, jika dia berjingkrak-jingkrak kesenangan seperti itu.

“oenni, kenapa kau tak bilang jika kau bertemu dengannya di klinik itu?”

“itu kan tak penting”

“tapi oenni, bagiku itu penting. Apa dia bilang sesuatu padamu disana? Mengenaiku mungkin”

Aku mencibirnya “dia Cuma menyapaku, kau puas?”

“minggu depan kita pergi bersama saja ke taman bermain, aku kasian melihatmu hanya mengurung diri di rumah. Bagaimana jika kau ikut saja?, Tapi nanti jika di sana,kita berpisah oe? Kita jalan masing-masing. Aku bersama wooki oppa dan kau sendirian. Otte?”

Gadis kejam “aku tak sudi”

Changkaman, berarti ryeowook mengenaliku?, dia tau aku menguntitnya?

Aku beranjak dari dapur menuju tempat gadis busuk ini, kemudian aku membawa tanganku ke leher gadis ini mencekiknya

“ohok…ohok oenni kau mau membunuhku”

“nde, aku ingin membunuhmu” sergahku “YA!  Wookimu itu tau aku menguntitnya. Namaku rusak karena kau gadis busuk”

“ohok ohok oenni……..”

***

Hari ini aku ke taman bermain, hye kyung memintaku untuk ikut. Tepatnya memaksaku. Jadilah aku kambing congek pembawa obat nyamuk.

Kami bertiga memasuki taman bermain bertiga, aku benar-benar malu pada ryeowook. Gara-gara hye kyung aku harus menunduk sepanjang taman bermain, bahkan jalanku sangat pelan. Untung ryeowook tak mengatakan apapun, jika tidak aku pasti akan mati beku.

“oenni, palli… jalanmu itu pelan sekali seperti siput”

Ini gara-gara siapa?, dasar gila.

“kalian jalan duluan saja, aku ingin disini”

“baiklah kalau begitu” sungutnya “kajja oppa” dia menggandeng tangan wooki mesra. Cih menjijikkan, ka ka ka pergilah sana.

“oenni” panggilnya lagi “semoga kau menemukan pasangan hidupmu” lanjutnya lagi sambil mengerling matanya padaku, sepersekian detik aku melihat ryeowook, namja imut itu menahan tawanya.

Memangnya aku begitu nelangsanya?

Sreeeeeeeeeeeeetttttt

Aku memperhatikan sekitarku, miris.

Adakah tuhan mendengarkanku? Aku benar-benar sengsara. Mataku di paksa menyaksikan adegan romantis pasangan yang sedang bergandengan tangan. Jomblo benar-benar bukan pilihan di saat ini.

Dengan kesal, aku berpindah haluan kearah yang lebih tenang. Aku menuju sebuah kolam ditengahnya terdapat patung wanita yang mengeluarkan pancuran air dari mulutnya.

Aku memilih duduk di rumput sambil memberikan merpati-merpati ini makanan, aku merasa geli saat tanganku tergigit paruh burung yang mencotok makanan dari tanganku.

Belum lama aku duduk dan memberi makanan ke burung-burung, seorang anak kecil yang memegang balon menghampiriku.

“noona, ini untukmu” katanya sabil menyerahkan balon berwarna merah itu padaku kemudian berlari.

Ku perhatikan balon berwarna merah itu, di bawah untaian tali yang mengikatnya ada sebuah kertas yang bertuliskan beberapa kalimat.

Sebelum bertemu denganmu, aku tak percaya itu love first at sight. Tapi aku merasakannya padamu. Hatiku sedih ternyata kau tak melihatku.

Aku tertawa, apa anak kecil tadi menyukaiku. Lalu dimana dia?

Di saat aku mengedarkan pandangan, seorang anak perempuan datang dan menyerahkan balon lagi. Di bawahnya terdapat untaian tali dan mengikat sebuah kertas yang tergantung.

Ku baca lagi tulisan itu.

Kau tau? Aku merindukanmu saat kau tak lagi menguntit

karena pada saat itu aku tak bisa lagi melihatmu.

Tapi takdir berkata lain, Takdir memberi jalanku lagi agar bisa bertemu denganmu.

Saat itu aku sungguh bahagia dan aku memutuskan agar kau hanya akan melihatku saja.

 Jlep, aku menguntit? Dia tau?, aku terpaku namun seorang gadis remaja menyerahkan balon berikutnnya, buru-buru aku membaca tulisan berikutnya pada balon itu.

Kau ingat ketika tanggal 10 juli 2012?

Aku mencoba berfikir, bukankah itu tanggal pertama kali aku bekerja di klinik?

Aku melanjutkan membaca.

Hari itu adalah hari ulang tahunku, aku semakin sedih saat kau menyapaku dengan sapaan formal.

Kau benar-benar tak mengenaliku. Kau juga menanyakan pertanyaan yang sama

setiap hari padaku, ‘apa kabarku’. Hingga aku bosan.

Balon berikutnyapun tiba

Maafkan caraku yang terkesan egois. Hari itu aku benar-benar bingung cara agar kau mau melihatku.

Hanya cara konyol itu yang terpikir di kepalaku.

Balon berikutnya

Maafkan aku yang telah membohongimu.

Aku benar-benar sangat merindukanmu, dua minggu sudah kau hilang dari jarak pandangku.

Aku benar-benar takut aku tak bisa melihatmu lagi.

Kali ini aku benar-benar bingung. Dua minggu? Itu adalah jarak antara waktu sekarang dan masa aku di pecat. Hingga sebuah balon berwarna merah berbentuk hati di serahkan oleh seorang anak kecil.

Jika kau memaafkanku, angkatlah balon-balon itu di atas. Kemudian lihatlah 120 derajat dari tempatmu  sekarang, aku akan menghampirimu jika kau memaafkanku.

Hanya jika kau memaafkanku.

Aku merindukanmu, saranghae.

Kim heechul

 

Dasar egois.

Aku tersenyum pelan mencerna pelan isi tulisan-tulisan di setiap kertas. Aku mengangkat balon itu ke atas, sesuai perintahnya memalingkan wajahku ke arah 120 derajat dari tempatku. Benar. Aku bisa melihatnya, orang yang kurindukan. Dia menngendarai sepeda dengan memegang sebuah balon merah berbentuk hati.

Dia tak pernah lumpuh, dia bisa melihat dunia. Aku mengingatnya sekarang, saat aku masih menjadi penguntit ryeowook. Mereka sering terlihat bersama, bodohnya aku baru menyadari sekarang.

Aku tersenyum saat ia berada di hadapanku.

“kau menipuku”

“kau juga sering menipuku saat di klinik, pohon maple di sebelah kamarku tak berdaun lebat, setiap tulisan yang tertulis di karton-karton itu dengan yang kau bacakan padaku saat di atas atap sungguh berbeda. kau ingat?” sungutnya.

Ini sungguh memalukan, dia bahkan mengetahuinya dengan tepat. Sekarang aku hanya bisa mengeluarkan kekehan ringan, menutupi rasa Maluku padanya, dia benar aku juga menipunya.

“saranghae ji eun-ya.

Aku menunduk tak berani menatapnya “ na do oppa”

Nafasku kembali tercekat saat ia memelukku, otot sarafku merasa lemas “aku merindukanmu” bisiknya di telingaku. Aku baru akan  membalas perkataannya saat ia melumat bibirku. Lagi-lagi aku aku hanya bisa membatu, pipiku memerah lagi. Mataku hanya bisa membulat.

“ini yang kedua, mengapa masih terkejut dengan wajah memerah itu?” godanya, lagi-lagi aku hanya bisa menunduk tak bisa berkata apapun. Wajahku sudah memanas bahkan tanganku sudah berubah dingin sekali terlebih saat ia memegang tangan kiriku.

“menikahlah denganku” serunya sambil menyodorkan balon.

“kau ingin melamarku hanya dengan balon?” pekikku tak percaya.

“siapa bilang?” senyum mautnya lagi yang membuatku mengutuk senyumnya.

Satu persatu jari tangan di ujung tali yang mengikat balon terbuka, mataku membulat ada cincin bermatakan berlian biru sapphire mengait disana.

Lagi dia mengucupku cepat kemudian menyamatkan cincin yang terikat tali balon di jari manisku. Aku sudah membatu saat ia menarikku menuju sepeda yang tadi di kendarainya. Hanya bisa menurut saja saat dia menyuruhku naik sepeda lalu menyentuh pinggangnya. Aku sudah tak peduli kemana ia membawaku.

Aku sudah terhipnotis dengannya. Bukan aku yang menggodanya tapi dia yang menggodaku. Bukankah seharusnya dia yang di pecat?

***

Author pov

“oppa ini bukan kencan. Kenapa malah mengintip mereka dari sini?” rajuk hye kyung, ia memandang kesal pada balon-balon yang di peganginya. Heechul memberikan seluruh sisa balon padanya.

“memangnya aku mengatakan ini kencan?”

“oppa..” pekik hye kyung kesal.

“ara…ara kita lanjutkan kencan kita”

Ryeowook menarik tangan hye kyung kembali menulusuri taman bermain.

“kau akan mempertimbangkanku hmmm?”

“itu tergantung dirimu padaku?

“oppa…” rajuknya lagi, manja.

“baiklah, aku akan mempertimbangkan kau jadi istriku atau tidak”

Hye kyung hanya bisa tersenyum tak jelas mendengarnya “istri?, berarti oppa menyukaiku?”

“tidak”

“huaaaa……hiks”

Ryeowook menjitak pelan kepal hye kyung membuat gadis itu mengelus pelan kepalanya.

“kalau tidak suka kenapa mengajakku, aku pergi sendiri saja” ujarnya kesal, kemudian melangkah pergi lebih cepat namun  Tangan ryeoowok menahannya pergi.

“siapa bilang aku menyukaimu? Hmmm?” kata ryeowook, “aku sangat sangat menyukaimu, aku mencintaimu!”

Bibir gadis itu sepontan tertarik sempurna, senyum merekah terlampir dari sana. Reflek ia memeluk ryeowook.

“nado”

The end

shin hye kyung… kamu nyempil ajah yah????
terima kasih yang mau baca n coment…
ditunggu ya RCL nya ^^…

9 thoughts on “[FF Freelance] Lier Couple (Oneshot)

  1. annyeong..izin baca y…^^
    kereeeeen…daebak…..lucu dan manis….kekeke….aq suka pemilihan kata2ny yg di karton kecil dan balon…. 🙂

Don't be a silent reader & leave your comment, please!