[FF Freelance] Love is Really Blind (Part 1)

Main Cast :

  • Suzy ‘Miss A’
  • Lee Junho ‘2PM’

Other Cast :

  • Seohyun ‘SNSD
  • Xiah Jun Su ‘TVXQ’

Genre : Romance, Life, Sad

Length : Continue

Rating : PG-13

Author : Xan She

Disclaimer : Murni hasil pemikiran sendiri. Mohon saran dan kritiknya setelah membaca FF ini… 😀

Author’s POV

Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang. Sepertinya mereka adalah rekan kerja satu ruangan di lantai 12. Tapi Suzy sama sekali tidak peduli, begitu pula mereka. Mereka bahkan tidak saling bertegur sapa atau sekedar membungkukkan badan memberi ucapan selamat pagi. Hal ini tentu bukan hal asing bagi Suzy. Ia memang terkenal angkuh. Tidak ada satu orangpun di gedung itu yang berniat menjadi temannya. Semua orang menganggap dirinya aneh.

Suzy hanya diam selama di dalam lift menuju lantai 12. Ia mulai risih ketika ketiga wanita dalam lift tersebut mulai menceritakaan keistimewaan namjachingu mereka masing-masing.

Namjachingu-ku memberikanku cincin berlian saat makan malam kemarin. Ia melamarku.” Wanita pertama mulai bercerita dengan semangatnya kepada kedua temannya yang lain. Tangan kirinya memamerkan cincin berlian yang tersemat di jari manisnya, disusul ekspresi kagum kedua temannya itu.

Suzy hanya mendengus kesal menyaksikannya. Cih, wanita bodoh yang termakan rayuan busuk, katanya dalam hati.

Namjachingu-ku akan membawaku jalan-jalan ke Paris saat liburan nanti.” Wanita kedua tak mau kalah membanggakan sang kekasih. Wanita yang lain mulai histeris dan berteriak iri pada keberuntungan wanita itu mendapatkan kekasih yang sangat romantis.

Suzy mulai gerah dengan semua cerita omong kosong itu. Membuatnya ingin cepat-cepat keluar dari lift itu, namun angka di dalam lift memberitahunya bahwa lantai yang ia tuju belum sampai. Bodoh, percaya saja bualan pria, pikirnya.

“Kalau aku baru beberapa hari ini resmi berpacaran dengan namja yang kusukai. Ia menyatakan cinta dengan sangat romantis. Bahkan ia rela mati hanya untukku.” Senyum lebar wanita ketiga mengembang, membuat kedua teman lainnya memberikan selamat kepadanya. Mereka pun saling berpelukan dan melompat-lompat merayakan kebahagiaan mereka memiliki namjachingu yang sangat baik dan romantis.

Suzy semakin muak dengan keadaan dalam lift itu, terutama karena mendengar cerita para wanita itu yang saling membanggakan bualan namjachingu-nya masing-masing. Untung saja pintu lift segera terbuka begitu mereka telah sampai di lantai yang dituju. Suzy segera ‘menyelamatkan’ diri dari situasi yang sangat mengganggu pendengarannya itu.

Suzy berjalan cepat menuju ruang kerjanya. Banyak orang yang ia lewati begitu saja. Tidak ada orang yang perlu ia sapa ataupun sekedar memberikan salam selamat pagi seperti yang dilakukan rekan lainnya, karena ia merasa itu memang tidak perlu. Tujuannya ke gedung ini adalah untuk bekerja dan menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri, sama sekali tidak berniat untuk mencari teman apalagi kekasih di tempat ini.

—<><>—

Suzy mulai berkutat di depan layar komputernya. Ia tengah serius mendesain dekorasi sebuah ruang pertemuan rapat besar di salah satu gedung terkemuka di kota seoul. Ya, Suzy bekerja sebagai seorang desainer. Ia bertugas menata setiap seluk beluk ruang agar terlihat nyaman dan pantas sesuai dengan acaranya. Beberapa direktur perusahaan akan menghadiri pertemuan di gedung tersebut. Oleh karena itu, Suzy harus membuat ruang itu menjadi nyaman dan terkesan mewah.

Seorang namja menghampiri Suzy yang tengah serius bekerja. Namja-namja di belakangnya terdengar bersorak-sorak memberikan semangat.

Suzy tidak tau maksud namja itu menghampirinya. Ia tatap namja yang sedang berdiri tegak di depan meja kerjanya lalu sesekali melirik sekumpulan namja yang sedang memperhatikan mereka.

Cih, dasar pemakan gaji buta. Maki Suzy dalam hati. Ia muak dengan sikap semua pegawai di gedung ini yang bermalas-malasan. Tidak pria, tidak wanita semuanya sama, pemalas. Tapi ketika direktur sedang mengawasi, pasti mereka pura-pura sibuk. Dasar cari muka. Itu pikiran Suzy tiap kali ia menyaksikan pemandangan yang teramat sering itu.

Author’s POV end

Suzy’s POV

Kutatap sekilas seorang namja yang telah mengganggu konsentrasiku. Huh, namja ini lagi. Kami rekan kerja satu ruangan. Aku agak lupa siapa namanya, kerena memang bukan tugasku menghafal semua nama orang-orang pemalas di gedung ini. Sebisa mungkin aku kembali fokus pada pekerjaanku dengan tidak menghiraukan kehadiran pengganggu itu.

“Suzy-ah, pulang kerja nanti bolehkah aku mengantarmu pulang?” Namja yang namanya kulupa itu berkata dengan nada yang sok manis, membuatku mual saja.

“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri.” Jawabku ketus tanpa sedikitpun mengalihkan pandanganku dari layar monitor.

“Ck, Suzy-ah. Jangan seperti ini terus. Aku sudah lama menyukaimu. Kenapa kau terus bersikap dingin terhadapku?” Namja itu mulai menarik tanganku dan menggenggamnya cukup lama. Membuat kesabaranku berada pada titik akhir.

“YA! Apa kau tuli. Aku sudah bilang aku bisa pulang sendiri.” Kulepaskan tangan namja itu dengan kasar. Aku benci pada semua namja yang pura-pura baik di hadapanku. Aku tidak peduli semua orang kini menatapku tajam karena bentakanku barusan. Namja yang satu ini memang perlu diberi pelajaran karena berani mengusikku.

“YA! Kau pikir kau itu siapa? Kau hanya seorang gadis yatim piatu dan tidak punya teman. Masih untung ada orang yang mau mendekatimu seperti aku.” Namja itu berteriak tak terima dengan perlakuanku.

“Aku memang anak yatim piatu. Lalu kenapa? Apa urusannya denganmu?” Aku ikut berteriak tak mau kalah. Aku benci bila ada yang menyinggungku hanya karena aku tidak memiliki orang tua. Memangnya apa peduli mereka? Apa mereka bisa merasakan apa yang aku rasakan?

“Dasar gadis tidak berguna. Kau pikir sikap angkuhmu itu membuat para namja tertarik? Justru aku kasihan dengan kondisimu yang malang. Dengan sikap sombongmu itu, aku yakin kau akan menjadi perawan tua seumur hidupmu.” Setelah puas menyumpahiku, namja itu berlalu begitu saja menjauh dari meja kerjaku.

Aku berusaha sekuat tenaga mengatur nafasku yang mulai bergetar karena amarah. Aku sama sekali tidak perduli dengan sumpah serapah yang dilontarkan namja tadi. Kata-kata itu sudah terlalu sering kudengar dari banyak mulut. Aku juga tidak peduli bila sumpah itu akhirnya menjadi kenyataan. Apa tidak ada sumpah yang lebih keren lagi?

Sekelompok namja yang sejak tadi serius menyaksikan perdebatanku tadi makin berisik saat namja yang menyumpahiku mulai bergabung bersama mereka.

“Yisung-ah. Mana janjimu? Hari ini sudah genap 1 bulan. Kau bahkan tidak bisa menakhlukkan yeoja seperti Suzy. Apa ini yang kau sebut sebagai pria sejati?” Salah satu diantara mereka menyambut Yisung dengan cibiran pedas. Ah, iya namanya Yisung. Aku baru ingat namja yang menggangguku itu bernama Yisung.

Tanpa sadar aku meremas selembar berkas yang ada di atas mejaku. Sial, ternyata mereka menganggapku sebagai bahan permainan. Aku benar-benar benci semua pria di dunia ini.

“Suzy, Tuan Lee memanggilmu untuk masuk ke ruangannya.” Suara seorang yeoja tiba-tiba saya mengejutkanku. Jangan tanya siapa nama yeoja itu, karena aku memang tidak berniat menghafalnya. Yang kutau ia adalah sekretaris Tuan Lee, Presiden Direktur Han Corp.

Aku hanya mengangguk dan segera menuju ruangan yang dimaksud.

Suzy’s POV end

—<><>—

Author’s POV

Suzy tak habis pikir kenapa Tuan Lee memilih dirinya untuk menjemput anaknya yang akan segera mendarat di bandara Seoul. Ia tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya itu selama dalam perjalanan menuju bandara tempatnya berdiri saat ini.

Suzy sudah berdiri cukup lama diantara kerumunan orang yang tengah mengarahkan pandangannya ke sebuah pintu menanti orang-orang yang ditunggunya muncul di baliknya. Semua orang menampakkan ekspresi harap-harap cemas menanti orang-orang yang disayang menghampirinya. Bahkan banyak diantara mereka yang membawa poster besar bertuliskan nama orang yang dicari.

Dengan hanya bermodalkan selembar foto yang dititipkan Tuan Lee kepadanya, Suzy memperhatikan satu persatu penumpang yang keluar dari pintu itu dengan cermat. Suzy berharap orang yang ia cari segera menampakan diri agar dirinya dapat segera pergi dari tempat bising ini.

Suzy segera menyimpan kembali selembar foto yang sedari tadi ia pegang setelah beberapa kali menyocokkan seorang namja yang baru keluar dari pintu dengan orang yang berada dalam foto tersebut.

Seorang dengan gaya rambut berantakan namun terlihat modern melemparkan pandangannya ke arah kerumunan orang yang berdesakan di kejauhan. Ia mencari namanya di poster-poster yang terbentang ke arahnya, namun tak berhasil ia temukan. Bukankah appa bilang akan mengirimkan orang untuk menjemputku?, pikir namja itu.

Dengan menenteng tas ransel yang terlihat ringan serta menarik sebuah kopernya dari depan, namja yang bernama Junho itu berjalan terus hendak memisahkan diri dari kerumunan orang yang tidak ia kenal. Ia berniat menghubungi appa-nya untuk menanyakan orang yang akan menjemputnya. Berani sekali orang itu tidak datang lebih awal untuk menyambutku, bahkan membuatku menunggu, gerutunya dalam hati.

Namun belum juga ia berhasil meloloskan diri dari kerumunan massa, seseorang menarik lengan jaketnya dengan kasar. Terpaksa Junho harus menabrak beberapa kerumunan orang di bagian belakang dengan keras. Usahanya untuk meloloskan diri, gagal total. Selain karena tarikan paksa seseorang itu begitu kuat, juga karena koper dorongnya yang sedikit mengganggu pergerakannya. Akhirnya mau tidak mau, ia menuruti tarikan itu hingga membawanya menjauh dari kerumunan massa.

Junho melepaskan dengan paksa tarikan seorang yeoja di lengan jaketnya setelah terpisah cukup jauh dari kerumunan massa. Ia sama sekali tidak kenal dengan yeoja yang tidak tau sopan santun itu. “Ya! Mwohaneungoya? Kau ini siapa?”

Yeoja itu ikut berhenti lalu menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal.

Ada apa dengan yeoja ini? Yang seharusnya marah itu aku, kenapa justru dia yang memasang ekspresi marah seperti itu? Pikir Junho dalam hati.

“Aku Suzy. Appa-mu yang memintaku untuk menjemputmu disini. Setelah kau kuantar pulang, tugasku selesai.” Suzy menjawab tanpa merubah ekspresinya sedikitpun.

Mho? Menjemputku? Kenapa harus…” Junho terkejut bukan main. Belum juga ia menyelesaikan kalimatnya, terdengar dering ponsel dari saku jaketnya. Ia segera mengangkatnya begitu tertera nama ‘Appa‘ di layar ponsel.

Appa, apa kau menyuruh yeoja yang tak tau sopan santun ini untuk menjemputku?” Tanpa salam pembuka, Junho langsung memastikan orang yang diutus appa-nya.

Tentu saja Suzy berang mendengar dirinya disebut tidak bersopan santun. Masih untung aku sudi datang menjemputmu, barani sekali kau mengatakan aku tidak punya sopan santun. Tentu saja Suzy mengatakannya dalam hati, ia malas berlama-lama di tempat seperti ini. Ia hanya ingin tugasnya cepat selesai. Banyak pekerjaan di kantor yang harus segera ia selesaikan.

“Apa maksudmu dengan yeoja yang tak tau sopan santun? Appa meminta Suzy untuk menjemputmu pulang kerumah. Apa kau sudah bertemu dengannya?” Terdengar suara dari sambungan telepon.

Mho? Jadi benar yeoja ini utusan Appa?” Junho melirik Suzy dengan ekspresi jijik sekali lagi. Ingin sekali Suzy melempar koper ke namja itu. “Aku lebih memilih untuk pulang sendiri dari pada harus ikut dengan yeoja ini.” Tambahnya lagi tanpa mengalihkan pandangannya pada Suzy masih dengan ekspresi yang sama. Suzy hanya buang muka menahan emosinya agar tidak meledak.

Appa tidak mau dengar pendapatmu tentang Suzy. Kau ini baru kembali ke Korea setelah lima tahun di Amerika. Seoul sudah banyak berubah. Appa khawatir kau akan tersesat nanti. Kau jangan banyak membantah, turuti saja Suzy. Appa sedang banyak pekerjaan, kita bicarakan di rumah saja nanti malam.” Appa Junho mengahkhiri sambungan telepon secara sepihak tanpa membiarkan Junho menjawab.

Yeobboseo? Appa?” Junho masih berusaha memanggil Appa-nya di sebrang telepon, namun sayang sambungan telepon telah benar-benar terputus. Junho pun hanya bisa memasang ekspresi kesal pada sosok yeoja di depannya.

“Kau sudah dengar sendiri kan? Aku tidak punya banyak waktu. Cepat ikut aku ke tempat parkir mobil.” Suzy berjalan begitu saja sebelum Junho menyahut.

Mho? Sebenarnya siapa yeoja ini? Berani sekali dia bersikap seperti itu terhadapku, pikir Junho.

“Ya! Bawakan koper ini.” Junho menyerahkan kopernya pada Suzy begitu ia berhasil menyusul yeoja itu, lalu berjalan mendahuluinya.

“YA!” Suzy berteriak tidak terima.

Mwo? Apa kau keberatan?” Junho menoleh ke arah Suzy yang terlihat kesal.

Appa-mu hanya memintaku mengantarkanmu pulang, bukan membawa semua barang bawaanmu. Arasso?” Suzy melemparkan kopernya ke arah Junho dengan tiba-tiba. Junho spontan mengulurkan tangannya untuk menyambut lemparan itu.

Tanpa memperdulikan keterkejutan Junho, Suzy berlalu lebih dulu. Sedangkan Junho masih terheran-heran tak percaya dengan perlakuan yeoja itu yang sangat pemberontak. Bahkan untuk statusnya yang sebagai anak direktur tempat yeoja itu bekerja, ia merasa tidak sedikitpun dihargai.

“Sebenarnya dia itu gadis atau bukan? Kenapa melempar koper seberat ini seperti melempar sebuah botol ringan?” Junho tidak dapat menghilangkan keterkejutannya dari yeoja yang telah lumayan jauh meninggalkannya. Kopernya masih berada dalam pelukannya erat.

—<><>—

Junho POV

Mobil yang kutumpangi telah menjauhi bandara. Aku beristirahat sejenak dengan menyandarkan tubuhku di kursi belakang mobil, sementara yeoja aneh yang bernama Suzy di depanku tengah berkonsentrasi mengendarai laju mobil.

Dengan kedua headset di telingaku, aku berusaha mengakrabkan kembali telingaku dengan lagu-lagu hits di Korea. Sudah lama aku tidak update lagu-lagu di negara kelahiranku ini karena sibuk menuntut ilmu di negeri Amerika.

Tubuhku merasakan letih yang luar biasa karena terbang terlalu lama. Harusnya aku terbiasa dengan keadaan seperti ini karena aku terbilang sering berpergian jauh dengan menggunakan pesawat. Tapi entah mengapa kali ini aku benar-benar lelah. Mungkin tenagaku telah habis terkuras karena terlalu terkejut menemukan yeoja angkuh yang kini bersamaku di dalam mobil ini. Entahlah, aku memutuskan untuk memejamkan mataku sebentar, sekedar mengurangi rasa lelahku.

BUUKK!!

Tiba-tiba aku merasakan tubuhku terpental ke depan. Wajahku membentur bagian belakang jok yang ada tepat dihadapanku. Aku meringis kesakitan memegang kening dan hidungku yang sepertinya memerah karena benturan keras tadi.

“YA! Kau mau membunuhku? Sebenarnya kau bisa menyetir atau tidak?” Kulepaskan headset yang sedari tadi menutup rapat kedua telingaku. Bersamaan itu juga suara gemuruh klakson dari mobil-mobil lain di belakang mulai terdengar nyaring di telingaku, memekakan telinga. Sepertinya para pengemudi itu juga marah karena Suzy seenaknya saja menginjak rem di tengah-tengah jalan raya yang padat.

Kudapati Suzy yang menoleh ke arahku tanpa ekspresi bersalah sedikitpun di wajahnya. Justru dia menatapku penuh amarah. Benar-benar yeoja yang aneh.

“Aku sudah bertanya padamu berkali-kali. Dimana rumahmu?” Katanya dengan nada tinggi.

“Aish, kau tidak tau dimana rumahku? Kenapa tidak tanya dari awal? Gayamu menyetir bahkan seolah kau tau tanpa kuberi tau.” Tentu aku marah dengan kebodohan gadis itu.

“Junho-ssi, apa kau tidak mendengar pertanyaanku sejak keluar dari bandara? Sudah berapa lama headsetmu itu menyumbat telingamu?” Suzy masih juga tidak menurunkan nada suaranya yang terdengar membentakku. Ia bahkan terlihat sama sekali tidak terganggu dengan gemuruh suara klakson yang semakin melengking menimbulkan kebisingan yang teramat sangat.

Kuputar kembali ingatanku untuk menjawab pertanyaan Suzy. Aku baru menyadari headset ini sudah menempel di telingaku sejak aku menyusulnya dari belakang menuju tempat parkir sambil menarik koperku.

“Aish, sudahlah. Antarkan aku ke sebuah restaurant di dekat sini. Perutku lapar berdebat denganmu.” Kubenarkan posisi dudukku, kembali bersandar dengan mengalihkan pandangan ke jendela menatap jalanan yang mecet hingga ke belakang.

“Aku tidak punya banyak waktu menemanimu berwisata kuliner. Jadi cepat katakan dimana rumahmu, Junho-ssi!”

Yeoja ini benar-benar membuatku kesal. Sikapnya sejak awal membuatku selalu kehilangan kesabaran. Terutama karena nada bicaranya yang tinggi dan selalu tidak mau kalah berdebat denganku.

“YA! Kubilang aku lapar. Cepat antar aku ke restaurant terdekat.” Aku tidak boleh kalah dari yeoja sombong ini. Sudah beberapa kali Suzy selalu mengacuhkan perintahku. Bahkan ia terang-terangan menyuruhku membawa koperku sendiri.

“Kau kan bisa makan di rumahmu.”

Sudah kuduga yeoja ini begitu keras kepala. Ia selalu punya kata-kata untuk membalasku.

Buk! Buk! Buk!

Terdengar suara gedoran kaca mobil di samping Suzy oleh seorang pria tua. Sepertinya ajjushi itu adalah salah satu pengendara mobil yang terganggu karena Suzy tidak juga menjalankan mobilnya.

Suzy terpaksa mengakhiri tatapan sinisnya dari mataku dan perlahan menuruni kaca mobil yang tak henti-hentinya digedor ajjhusi itu.

“Nona, kalau mau bunuh diri jangan disini. Tabrakan saja mobilmu di pohon besar. Kau membuat kemacetan parah.” Ajjushi yang sepertinya berumur lebih dari 50 tahun itu terus saja memarahi Suzy.

Suzy tidak menanggapi betul omelan itu. Ia hanya sekilas melirik kaca spion yang memperlihatkan kemacetan parah di belakangnya. Tanpa berkata-kata, ia menutup kaca mobilnya dan mengacuhkan pria tua yang masih belum selesai menceramahinya itu. Lalu segera ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi yang cukup membuat tubuhku terhempas ke belakang.

Cih, sudah jelas-jelas dia yang bersalah, tapi minta maaf pun tidak.

Junho POV End

—<><>—

161 thoughts on “[FF Freelance] Love is Really Blind (Part 1)

  1. Hy bleh gbung donk bca ff’y suzy. Bru tau nie klau da ff. Ya kyak’y asik bc ff’y suzy. Nie part 1 suzy emng bnar2 angkuh n sombong, gmn y lnjutan’y ma junho kwkkkw

  2. moment junzy paling nyebelin deh thor. tapi- justru bikin gemes buat nerusin ke ff selanjutnya. fighting thor!

  3. wah pasangan suzy sama junho..
    aku suka eonnie karakter suzy disini jutek gimana gitu..
    awal pertemuan suzy sama junho..
    tp aku gak suka seohyun eon 😦

Don't be a silent reader & leave your comment, please!