First Love [SongFict]

Title : First Love. Eunhyuk Version (SongFict)

Author : AltRiseSilver

Cast : Lee Hyuk Jae, Min Ji as You, Super Junior’s Member

Genre : Romance

Rating : General

Annyeonghasimika^^ setelah bikin Donghae Version akhirnya aku memutuskan untuk bikin Eunhyuk Version kkk~ maaf ya kalo FFnya jelek dan ini postingan pertama aku sebagai author disini.. semoga suka^^

WARNING!! Listen Eunhyuk & Donghae – First Love when you read this Fanfict^^ *bow*

Comment Like Oxygen^^ don’t be a plagiator please^^

I’m your only oppa

You’re my only girl

I will always be by your side

Sayup-sayup kudengar suara Donghae menyanyikan lagunya dari kamar, aku membuka knop pintu dan mendapatkan Donghae tengah memetik gitarnya dan memainkan notasi-notasi lagu itu. “Hyuk Jae.” Donghae menghentikan permainannya saat melihatku tengah memandanginya.

“Kenapa kau menghentikan nyanyianmu?” tanyaku seraya menghampirinya dan duduk disampingnya. Dia memandangiku, “Kau terpesona dengan suaraku?” tanyanya mengundang tawaku.

Ani, aku hanya tidak mengerti kenapa lagu itu harus kau yang menyanyikan sendiri,” jawabku. Donghae memukul pelan lengan kiriku. “Itu berarti suaraku lebih indah daripada suaramu,” jawabnya sambil tertawa dan mulai memetik gitarnya lagi.

Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya, mataku tak lagi memandangnya, pandanganku berpusat pada langit malam yang cerah dari jendela kamar Donghae. “Kau sedang memikirkan apa?” tanya Donghae mengejutkanku.

Aku menoleh dan menatapnya. “Seseorang,” jawabku singkat lalu kembali melakukan kegiatan memandang langitku tadi.

“Kekasihmu?” tanyanya.

Aku menoleh lagi sambil menggeleng. “Lalu?”

“Dia hampir menjadi kekasihku,” jawabku sambil tetap tersenyum. Aku meilirik gitar Donghae sekilas, “Pinjami aku gitarmu,” pintaku lirih. Donghae memberikan gitarnya ke pangkuanku.

Aku memetiknya perlahan, mengulang notasi-notasi yang tadi dimainkan sahabatku ini. Kemudian melanjutkan lirik lagunya.

I’m your only oppa

Our love is so sweet

Oppa will only love you

“Oke, harus ku akui suaramu juga bagus Hyuk,” ujarnya tiba-tiba membuatku menghentikan petikan gitarku yang mengalun lembut diruangan ini. Aku memandangnya lalu tersenyum menunjukkan gummy smile-ku. “Jadi? Seharusnya kita berdua ‘kan yang menyanyikan lagu ini,” kataku percaya diri.

Donghae hanya tertawa. “Ceritakan padaku, siapa gadis yang membuatmu termenung seperti ini,” kata Donghae tiba-tiba. Aku terdiam, kembali menerawang langit malam, mencoba mengingat bagaimana perkenalan pertamaku dengan gadis itu. Gadis manis yang menyukai musim salju seperti sekarang ini.

Flashback

“Kau suka menari?” tanya gadis berambut panjang yang aku temui di taman sedang bermain dengan seorang anak kecil. Aku mengangguk. “Siapa namamu?” tanyaku membuka pembicaraan setelahnya. Dia tersenyum lebar. Senyum yang memikat mataku sejak aku melihatnya pertama kali.

“Kau bisa panggil aku Min Ji,” jawabnya dengan suara lembut. Tiba-tiba seorang anak perempuan menghampiri kami dan merengek meminta Min Ji menemaninya bermain. “Ah, maafkan aku, sepertinya aku harus pergi duluan,” pamitnya. Anak kecil tadi masih tetap menarik-narik tangannya.

“Tidak apa-apa, besok aku akan kesini lagi,” jawabku. Dia menarik senyuman diwajahnya, senyum yang mungkin bisa kuartikan adalah senyum kegembiraan.

Dia sempat melambaikan tangannya padaku namun aku tetap bergeming ditempatku tanpa membalas lambaiannya, lamat-lamat kupandangi punggungnya yang mulai menjauh dariku, suara tawanya yang sedang bercanda dengan anak kecil tadi pun perlahan mengecil dan menghilang ditelan keramaian.

Aku tersadar dari lamunanku kemudian menarik tangan dan melihat jam ditanganku. Astaga! Sudah waktunya datang latihan, aku akan habis dimarahi Hyungku, batinku. Aku melangkahkan kakiku menjauh dari taman itu, sesekali aku menoleh ke belakang, berharap gadis tadi masih terlihat oleh pandangan mataku. Namun ternyata dia benar-benar menghilang.

On February 2, 2006, you came to me like white snow

I remember you – even the slightest tremble

To you who leaned against me and fell fast asleep,

On your lips, I planted a sweet kiss

Aku menempelkan badanku pada bangku taman yang kududuki kemarin bersama Min Ji, seperti janjiku padanya, aku datang lagi untuk bertemu dengannya.

“Kau datang lagi?”

Sebuah suara mengagetkanku, kutolehkan wajahku kesamping dan menemukan Min Ji tengah memeluk seorang anak laki-laki yang tengah tertidur digendongannya. Aku tersenyum. “Ah, maaf aku datang sambil membawa Yong Jin, dia tidak bisa jauh dariku,” ujar gadis itu sebelum terduduk disampingku.

Tangannya mengelus pipi anak laki-laki itu. “Kau suka anak-anak?” tanyaku.

“Tentu saja, mereka itu malaikat,” jawabnya sambil memandang wajah polos Yong Jin di pangkuannya. Refleks, aku meraih tangannya dan menggenggamnya erat. Dia terkejut dan menoleh ke arahku. “Maaf, tapi sepertinya aku juga merasa nyaman bila didekatmu,” kataku cepat sebelum dia mengeluarkan pertanyaan dari bibirnya yang tipis.

Dia memiringkan kepalanya dan meletakkannya di pundakku. “Aku lebih nyaman berada didekatmu,” katanya. Aku terperangah, sikapnya membuat jantungku berdetak ratusan kali lebih cepat. Tanganku masih menggenggam tangannya, mengeratkan jemari kami semakin kuat seperti tidak ingin melepaskannya.

Perlahan matanya terpejam, menikmati desir angin siang ini. Aku mengecup puncak kepalanya, aku benar-benar tidak sanggup harus menahan perlakuanku pada gadis ini. Dia benar-benar membuatku gila hanya kurun waktu 24 jam. “Maukah kau berjanji satu hal padaku?” tanyanya memecahkan keheningan.

“Walau nanti kau sudah tua dan mulai pikun, jangan lupakan hari ini ya,” katanya lembut. Aku terdiam, sungguh, aku tidak akan melupakan kejadian hari ini. Aku mengecup puncak kepalanya lagi. “Pasti.”

Flashback end.

“Lalu setelah itu?” tanya Donghae antusias saat aku menghentikan kisahku. “Aku tidak menemuinya lagi,” jawabku polos.

Mendadak, sebuah jitakan keras mendarat dikepalaku. Aku mengaduh sambil mengelusnya. Donghae memandangku dengan tatapan kesal. “Kenapa kau tidak mendatanginya, bodoh sekali kau ini!” bentaknya.

Aku ingin membalas perbuatannya, namun tangannya cekatan menangkap tanganku. “Kalau aku jadi kau, hari itu juga aku akan menarik tangannya ke gereja terdekat,” lanjutnya masih tetap memegang tanganku.

“Untuk apa?” tanyaku tak mengerti. Dia menghempaskan tanganku ke udara. “Tentu saja menikahinya!  Bodoh!” jawab Donghae. Habis sudah kesabaranku, dia ini benar-benar menyebalkan. Aku meninju lengannya. “Kau pikir segampang itu, kalau dia menolak bagaimana?” tanyaku.

“Kau memegang tangannya dan mencium kepalanya saja tidak membuatnya marah lalu kenapa kau harus takut dia marah saat kau mengajaknya menikah?” tanya Donghae. Aku meresapi kalimat itu, andai saja aku berani menemuinya setelah itu mungkin sekarang dia sudah menjadi kekasihku.

“Lalu sekarang apa yang harus kulakukan?” tanyaku.

Dia memandangku lalu memutar bola matanya. “Temui dia.”

“Apa kau yakin dia masih sering ke taman itu?” tanyaku.

“Kalau begitu, kau pergi kerumahnya.”

“Aku tidak tahu rumahnya.” Donghae menepuk keningnya. “Cari alamatnya di pusat informasi, marganya apa?” tanya Donghae lagi. Aku menggeleng. Aura kecantikannya membuatku lupa bertanya dimana rumahnya dan siapa marganya. Donghae menepuk keningnya lagi.

“Satu-satunya cara kau memang harus kesana,” katanya meyakinkan.

I can only tell you that I love you

I can only tell you that I love you

This is all I can give to you

Sesuai saran Donghae, aku mengedarkan pandanganku di taman tempatku bertemu dengan Min Ji, mencari sosok mungil gadis itu. Kulihat sekelompok anak-anak tengah bermain di sudut taman membuatku yakin bahwa Min Ji ada disana.

Aku merapikan penampilanku sambil sesekali melihat-lihat bahwa tidak ada yang mengikutiku atau sekedar sadar akan penyamaranku.

Langkahku makin dekat ke kerumunan anak-anak itu, semakin yakin pula perasaanku kalau Min Ji ada disana. Aku menghentikan langkahku, mataku menangkap sosok gadis berambut panjang dengan senyum yang sama namun aku menemukan sisi kedewasaan di matanya sekarang.

“Min Ji-a,” panggilku. Gadis yang kupanggil menoleh kearahku dan mengerutkan keningnya. “Nugu?” tanyanya ramah. Ah, suaranya masih sama seperti dulu.

Aku melepas semua penyamaranku, topi, kacamata, syal tebal dan juga jaket tebal yang kupakai. Tidak peduli angin musim gugur masuk kedalam tubuhku yang kurus ini. Aku hanya ingin Min Ji mengingatku.

Matanya membulat, mengisyaratkan rasa terkejutnya. “Lee Hyuk Jae-sshi­,” gumamnya. Aku tersenyum. Kulihat beberapa orang mulai mengerumuni kami.

“Kau—.“ Ucapannya terhenti, ia berlari dan menghamburkan badannya ke pelukanku. “Aku merindukanmu,” ucapnya dengan terisak dipelukanku. Aku membelai lembut rambutnya. “Maafkan aku.” Hanya itu kata yang bisa keluar dari mulutku sekarang ini. Aku sangat senang bisa menemukannya lagi.

Dia melepaskan pelukan itu dan menatapku. Wajahnya memerah, airmatanya membasahi seluruh wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi,” ucapnya lirih. Aku mengangguk lalu mengecup keningnya.

Beberapa kudengar suara blitz kamera berbunyi di sekelilingku. Aku tidak peduli, hanya ada Min Ji dan kebahagiaanku yang sekarang bersemayan di kepalaku. Aku tidak peduli para fans itu akan menyebar berita seperti apa. Yang aku mau hanyalah semua orang tahu kalau Min Ji adalah milikku.

Snow is falling outside the window

Underneath the streetlight

You and I are there

Salju perlahan turun diluar sana. Aku menatap semua member dihadapanku satu-persatu. Mereka seperti ingin menghakimiku.

“Jadi, perempuan manis ini yang membuatmu tidak bisa berhenti memikirkannya selama 6 tahun?” tanya Donghae membuka pembicaraan sambil menunjukkan sebuah foto yang diambil kemarin di taman. Aku mengangguk.

“Manis ya, boleh buatku tidak?” tanya Yesung Hyung sambil memandang foto yang sama. Kulihat tangan Leeteuk Hyung mengayun diudara dan sukses membuat Yesung Hyung mengelus kepalanya. “Gadis itu milik adikmu, jangan sembarangan,” ujarnya. Aku tersenyum melihat keduanya.

“Kau harus membuat pernyataan ke media Hyuk, manager Hyung sudah memintanya,” kata Leeteuk Hyung. Aku mengangguk mengerti. “Aku tahu Hyung, besok aku akan melakukannya,” jawabku.

Hyung, kau akan menjelaskan apa pada media?” tanya Ryeowook. Aku terdiam, sebenarnya aku ingin membuat kejutan besok namun sebaiknya aku mengatakannya dulu pada semua saudaraku ini. “Aku akan menikahinya,” jawabku lantang.

Semua member terkejut –termasuk Kyuhyun yang sedang sibuk dengan game-nya. “Kau yakin?” tanya Shindong Hyung, aku mengangguk untuk kesekian kalinya. “Kau pikir hanya kau saja yang memikirkan untuk menikah, aku juga menginginkannya Hyung,” jawabku.

Semua member saling berpandangan. Hanya Heechul Hyung yang menatapku. “Aku tidak mau ada gadis lain yang merebut Eunhyuk-ku,” celetuknya sinis. Aku –dan member lainnya sontak tertawa mendengar celetukkannya. “Baiklah kalau itu maumu, jaga gadis itu baik-baik,” kata Leeteuk Hyung bijak, aku hanya tersenyum.

Semua member akhirnya membubarkan diri dan melakukan kegiatannya masing-masing. Tiba-tiba Heechul Hyung menghampiriku. “Berikan ini padanya dan berjanjilah menjadi laki-laki yang mampu menjaganya, jangan lagi kau tinggalkan dirinya,” ujarnya seraya memberikan sebuah kalung dengan bandul not balok kepadaku. Aku meraihnya. “Gomawo Hyung, jeongmal gomawo.”

Heechul Hyung kemudian meninggalkanku sendirian yang tengah bersiap untuk pergi kerumah kekasihku itu. Baru saja aku ingin menutup pintu dorm, Ryeowook memanggilku. “Ini Hyung, berikan pada Min Ji,” katanya. Dia menyerah sekotak bungkusan kepadaku, aku menerimanya lalu pergi meninggalkan dorm.

I’m your only oppa

You’re my only girl

Oppa only wants to love you

“Min Ji-a Annyeong,” sapaku saat memasuki rumahnya dan menutup pintu. Aku membersihkan salju tipis yang hinggap di jaketku.  “Annyeong Oppa, kenapa kau datang saat turun salju seperti ini?” tanyanya cemas sambil membantuku membuka jaketku.

“Aku merindukanmu,” jawabku.

Dia tersenyum tersipu.

“Ini, aku bawakan makanan dari Ryeowook untukmu,” kataku sambil menyerahkan kotak yang sedari tadi aku pegang. Min Ji meraih kotak bungkusan itu lalu berjalan masuk menuju dapurnya, aku mengekornya dari belakang.

“Wah, Ryeowook-sshi sepertinya benar-benar pintar memasak,” puji Min Ji saat membuka kotak makanan tersebut. Aku melihat isinya, Ryeowook memang pintar memasak, batinku. “Ini makanan kesukaanmu ‘kan?” tanya Min Ji sambil menoleh kearahku, aku mengangguk. “Darimana kau tahu?” tanyaku.

“Seharian kemarin kau menceritakan semua hal yang kau suka dan kau benci dan aku sudah menghapalnya semua di otakku,” jawabnya. Tangannya mengambil sumpit lalu menyuapkan makanan itu kedalam mulutku.

“Min Ji-a,” panggilku dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Aku merogoh sakuku, mencari hadiah dari Heechul Hyung. “Ada apa?” tanyanya. Matanya yang menatapku itu membuat jantungku berdegup cepat sama seperti pertama kali aku menggenggam tangannya. “Ini dari Heechul Hyung,” kataku sambil menunjukkan kalung tersebut.

Min Ji tersenyum senang. “Aku menyukainya,” katanya.

“Lalu mana hadiah darimu?” tanyanya dengan senyum jahil. Aku tertawa. Sekali lagi aku merogoh kantungku dan mengeluarkan kotak berwarna merah mudah kehadapannya. “Apa ini?” tanya Min Ji sambil meraih kotak itu.

“Bukalah.”

Perlahan Min Ji membuka kotak tersebut, matanya semakin membulat saat melihat isinya. “Hyuk Jae-sshi.”

“Menikahlah denganku,” ujarku. Aku mengambil cincin di kotak itu lalu mengaitkannya di jari manisnya. “Kau tidak bisa menolaknya, karena aku tidak mengijinkannya,” kataku sebelum mencium bibirnya.

“Tapi—“ Aku menyentuh bibirnya, mengunci rapat perkataannya. Dia tidak boleh menolak lebih tepatnya tidak bisa menolak karena dia memang untukku dan aku memang untuknya.

The End.

8 thoughts on “First Love [SongFict]

  1. Aaaaaaaa eunhyuuuuk!! Wow!! So so so ???
    Author… So sweeeett g kalah ya ama punya hae, ini juga so sweeet , kekekekekke

    kalo gitu thor.. Bisa dong yah q requset ff juga… Lee sung ra ama yesungie… Ya thooor…. Jebaaaaaall *melas mode on*

  2. donghae bru nyadar suara eunhyuk bgus haha
    akhirnya eunhyuk ketemu cewe yg dicari2nya itu ya , chukkae lee hyuk jae 😀

Don't be a silent reader & leave your comment, please!